Senin, 13 Mei 2013

Perjalanan ke Utara



Mengisi hari Minggu selalu tak terencana, seperti kemarin. Jam Sembilan pagi spontan saja kepingin jalan. Berpikir hanya satu menit lalu memutuskan jalan ke utara ke Gunung. Dengan motor tentunya, karena kami tahu jalan ke utara di pelosok desa seperti apa. Terkadang jalan bisa lebih buruk dari sawah yang baru dibajak. Kami mulai memasuki jalan desa dari sebelah barat kota Tabanan yaitu kecamatan Selemadeg kea rah kanan. Begitu keluar dari Jalan utama Denpasar-Gilimanuk langsung jalan menanjak berliku-liku memasuki desa demi desa kurang lebih dua jam. Selama itu hanya setengah jam melewati jalan baik walau tidak mulus. Selebihnya jalan yang dahsyat kerusakannya hingga beberapa kali saya turun dari boncengan apabila motor sudah tidak kuat mendaki.

Desa pertama yang kami lewati adalah desa Gadungan. Desa perkebunan di tanah dengan kemiringan sampai 90 derajat. Memasuki desa ini jalan sudah sedemikian rusaknya, Hanya sedikit lahan datar yang bisa ditinggali. Yaitu sepanjang kurang lebih satu di pusat desa. Kami hanya bertemu beberapa orang yang semuanya adalah lansia. Pal penunjuk jarak sudah rusak semuanya sehingga tidak terlihat tulisannya lagi.

Udara mulai terasa sejuk. Kami memutuskan beristirahat membuka jaket, kacamata dan helm agar bisa menikmati udara pegunungan. Tidak sengaja kami berada di dekat sebuah monumen yang berbentuk tugu besar. Pas sekali. Motor kami parkir selanjutnya kami menyeberang mendekati monumen itu.
Di sana tertulis Monumen MBO DPRI SOENDA KETJIL MUNDUK MALANG. Tidak menyangka kami bisa di sini karena saya sudah sering mendengar murid-murid saya mengadakan kegiatan pramuka dalam Persami (perkemahan Sabtu-Minggu) di sini, tetapi saya tidak tahu di mana persisnya.Sekarang tempat itu ada di hadapan.







Di sini ada situs peninggalan Pejuang Kemerdekaan I Gusti Ngurah Rai berupa rumah kecil yang pernah menjadi markas pasukan Ciung Wanara. Saya memasuki rumah yang sudah tidak asli lagi tetapi dibuat sesuai dengan aslinya. Ada dua ruang kecil, yaitu ruang tamu dan ruang rapat. Ruang tamu hanya berisi foto-foto yang di dinding bedeg dan ruang rapat berisi patung Gusti Ngurah Rai sedang duduk di kursi memimpin rapat. Dan Sebuah balai-balai besar, dimana patung anak buah Sang pejuang mendengarkan.
Sayang situs ini sangat tidak terawat, tidak ada penjaga sehingga siapa serta apa saja bisa memasuki rumah ini sesukanya.

Rumah MBO dari Samping


Markas Besar Oemom 





Rapat Menyusun Strategi
I Gusti Ngurah Rai
Maaf, prajurit tanpa kepala 


Ada sebuah warung kecil di sana, kami minum sambil bertanya-tanya arah. Perempuan itu menyarankan kami meneruskan perjalanan saja ke desa Wanagiri yang menjadi tujuan kami. Padahal kami sudah hampir menyerah. Di peta , Wanagiri ini merupakan desa paling utara di Tabanan, berada di kecamatan Selemadeg Timur. Saran itu membuat kami bersemangat lagi dan selanjutnya memulai perjalanan lagi mendaki dan mendaki jalan yang menyerupai dasar sungai berbatu. Hampir tak sempat melihat pemandangan kiri kanan, yang berupa jurang dan lembah tertutup kebun coklat, kopi dan ada juga salak.

Desa selanjutnya adalah desa Dalang, jalan masih mendaki sampai kami sampai di sebuah pertigaan. Ada dua pedagang keliling sedang beristirahat. Mereka tampaknya pedagang yang mendrop makanan ringan dan kerupuk ke desa-desa. Kami bertanya lagi, lucunya kedua orang itu berbeda saran. Ada dua jalan menuju Bajera yaitu jalan pintas yang jalannya rusak ,dan jalan melingkar yang jalannya agak rusak. Pedagang yang tua menyarankan kami lewat jalan pintas, sedang pedagang muda menyarankan kami melingkar. Akhirnya kami memutuskan akan melewati jalan melingkar, karena desa Wanagiri berada di jalan lingkar itu.
Kami melanjutkan perjalanan melewati banjar Sarin Buana. Ternyata perjalanan ini sudah mendekati puncak desa Wanagiri. Udara sangat sejuk sampai akhirnya Desa kecil Wanagiri terampaui. Kami sampai di tempat terbuka dengan pemandangan lembah dan sawah menghijau. Beristirahat, turun ke sawah dan menikmati panorama sampai puas.

Sudah  di kaki Gunung Batukaru Bajera Utara



Jalan lagi, jalanan membaik dan sangat mulus ketika memasuki desa Pupuan Sawah. Jalan mulus ini kurang lebih sepanjang 13 km menurun terus sampai bertemu kembali dengan jalan utama di Kecamatan Bajera. Waw lega….terasa nikmatya keluar dari perjalanan yang sangat sulit.
Jam satu siang kami tiba di rumah dan tertidur sampai jam tiga sore.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar