Jumat, 24 Maret 2017

Mengisi Waktu


Happy Weekend.
Udara yang segar dengan cuaca cerah mengawali hari ini, Sabtu 25 Maret 2017. Dinihari tadi cuaca sangat buruk dengan hujan disertai petir yang menghantam bertubi-tubi seolah mengajak penghuni alam untuk bangun menyaksikan kedahsyatannya. Mengingatkan kita betapa kecilnya kekuatan manusia di tengah alam semesta. Kekuatan manusia hanya sebatas kekuasannya dan kekuasaannya hanya sebatas keadaan orang sekitarnya, dan orang sekitarnya hanya sebatas kelemahannya. jadi kekuatan manusia ada jika ada orang lemah di bawahnya.

Ah melantur saja saya. Baiklah pembaca, yang penting untuk kita ingat bahwa setiap jiwa kita adalah kekuatan kita, kekuatan yang tidak bergantung kepada apa pun dan tidak bertanggung jawab kepada siapa pun. Hanya kepada Sang Pencipta Seru Sekalian Alam.



, sering kita mendengar kalimat ' Hanya waktu yang bisa menjawabnya...hanya waktu yang bisa merubahnya'

perubahan usia tidak harus berarti kemajuan atau kemunduran karena usia itu hanya kuantitas hitungan waktu. Perubahan jiwa lebih penting dan upaya untuk mematangkan jiwa lebih penting lagi.

Saya respek dengan me
reka yang muda tetapi sudah memiliki sikap kedewasaan. Sebaliknya saya merasa geli melihat mereka yang dewasa tetapi tidak memiliki kedewasaan. Mereka punya kekuasaan bukan karena proses kematangan dalam pengalaman, mereka lupa bahwa orang lain  melihat kualitas jiwa mereka dari mulut mereka. Hahaha saya kok melantur menyindir ke politisi ya. Orang semacam saya setiap kali melihat mereka berucap seperti orang pandai dan bijak, jadi meragukannya trus...jadi teringat siapa mereka dulu. Ah Dag Dig Dug Der juga lah mereka.


Tetapi patut disyukuri bahwa mereka hadir sebagai pelengkap keragaman sifat manusia
Goa Jepang Batu Malang
di dunia ini juga ada misi Tuhan, yaitu untumenj
Saya bicara bukan berarti saya orang baik dan punya kematangan jiwa, wong saya juga masih suka selfi-selfian, tetapi saya bicara untuk membicarakan itu saja sebagai pengisi waktu. 


Sampai di sini pembaca semuanya, selamat berakhir minggu.

   

Jumat, 17 Maret 2017

Mengenal yang Tersimpan di Kota Karawang


Salah satu perjalanan akhir tahun lalu yang baru sempat saya posting adalah kunjungan kami ke Kota Karawang. Menuju Kota Karawang dari Bekasi cukup memakan waktu karena padatnya lalu-lintas serta jalan yang tidak terlalu bagus, apalagi memasuki wilayah Karawang.
 Tujuan semula adalah Pantai Karawang, tetapi sesampai di sana sudah senja jadi pantai wisata itu sudah tutup sehingga kami putuskan melanjutkan ke Pantai Pelangi. Pantai Pelangi juga merupakan pantai wisata di Karawang khususnya wisata kuliner. Menu utamanya adalah sea food.

Hari sudah remang petang ketika sampai di kawasan Pantai Pelangi sehingga loket masuk kawasan sudah tutup tetapi kami masuk saja karena di dalam masih ada beberapa warung yang buka. Kami sudah lapar dan tujuan kami antara lain juga ingin makan di sini.

Sebenarnya panorama pantai Pelangi tidak begitu bagus. Hamparan pantai memanjang saja di latar belakangi pertambakan dan kebun yang gersang, pasirnya halus hitam keabuan. Sepanjang pantai warung makan berjajar rapi dengan menu yang sama. menghadap ke laut. di bibir pantai dibuat semacam gazebo dari bambu untuk bersantai sambil menikmati hidangan.

Pantai ini sudah sangat sepi. Hanya ada satu dua warung saja yang buka. Kami berpapasan dengan seorang pengendara motor yang langsung menghentikan motornya dan menawarkan kami makan di warungnya. Kami sepakat lalu dia membawa kami ke warungnya yang berada di ujung pantai.
Syukurlah kami cocok, pemiliknya satu keluarga yang ramah dan menyenangkan.
Seandainya saja mereka mau berbuat jahat, kami tak akan bisa berbuat apa-apa. Tempat ini sudah jauh terpencil dari kampung dan jalan menuju ke sini  kecil dan rusak.

Angin bertiup kencang, kami beristirahat sambil menunggu menu dihidangkan, ikan bakar, dan cumi asam manis.
Karena warung ini semula sudah tutup maka mereka membuat lagi api pembakaran.





Pada akhirnya selesai juga ikan bakarnya tinggal menunggu cumi asam manis dan minuman







Bersiap makan, hidangan sudah siap semuanya. Daan selanjutnya kami makan dengan lahapnya sampai tandas walaupun sebenarnya itub berlebihan. Masakan di warung ini sangat lezat dan aroma sambalnya menambah selera walaupun penampilan hidangan ini sederhana tetapi kebersihannya terjaga.

Setelah puas beristirahat dan bersantai kami juga menyaksikan nelayan menangkap ikan. mereka menawari kami kepiting yang masih berada dalam jaring tetapi karena harganya yang sangat mahal kami tidak membelinya apalagi pemilik warung menyarankan kami membeli di kampung nelayan saja karena harganya lebih murah. Akhirnya kami mampir juga di kampung nelayan diantar pemilik warung sambil pulang juga. Kami membeli rajungan dan ikan besar untuk dibakar malam mingguan esok hari.




Kami mampir Kecamatan Rengas Dengklok untuk melihat monumen peristiwa bersejarah perjanjian Rengas Dengklok, tempat penyusunan  teks proklamasi kemerdekaan RI. Walaupun hanya mengintip dari luar pagar, kami sudah puas bisa melihat tempat itu.



Selanjutnya kami juga mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno tidak jauh dari tempat itu,.
Rumah pengasingan itu tersembunyi di tempat yang tidak terawat . Semak-semak liar dan bekas tanah rawa-rawa dan tempat-tempat yang kotor oleh sampah kebun menjadi ciri khas tepat yang tidak ramah lingkungan, bahkan pada malam hari melewati jalan kecil yang kasar menuju rumah itu seperti melewati kuburan. gelap dan sepi.
Inilah Rumah Pengasingan Rengas Dengklok

Sepi dalam Keremangan

Saksi Bisu Jejak Kaki Bung Karno

Edisi Kota Tua 2016



Postingan kali ini adalah pengalaman jalan-jalan saya dengan keluarga dalam rangka menutup akhir tahun 2016 lalu di Jakarta.








In Memoriam




Aku tak menahu engkau ada di mana
Sejak perpisahan itu
Beribu lembar anganan mengingatmu
jadi melupa waktu

Kini kudapati dunia yang sepi
melintas hari jauh di balik bukit sunyi
tempat berkhalwat jiwa yang mencari
sampai waktu mengakhiri




Pelangi di Gunung Rinjani

Kamis, 16 Maret 2017

Api yang Masih Menyala

 
          Api yang masih menyala dalam kehidupan saya adalah murid saya yang semakin hari semakin hangat. Berbeda ketika pertama kali saya datang di sekolah ini tiga tahun yang lalu, Seolah mereka masih menaksir-naksir saya seperti apa mengingat latar belakang mengajar saya adalah sekolah menengah umum sedangkan sekolah ini berbasis pendidikan agama.
         Tetapi sekarang semuanya sudah berubah kami sangat akrab dan saling membutuhkan. Mereka puas dan saya selalu mendapatkan apresiasi.  Ini terkadang membuat saya khawatir akan menjadikan saya sombong dan merasa berharga di mata mereka.
         Sejak pertama kali memasuki sekolah ini sebenarnya saya sudah meletakkan motto ' Bekerja untuk beramal pantang membuat perubahan seperti yang saya inginkan', ingin mengikuti arus dalam tradisi pendidikan yang mengikuti dua kebijakan kementerian yaitu Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan.
          Mulanya seratus persen bisa tetapi kini apatisme suda h berkurang. Banyak hal yang tiba-tiba saya koreksi dan saya kritik. Tetapi syukur saya bisa mengintrospeksi kembali tindakan saya sehingga tidak menampakkan gejala ketidaksepakatan saya terhadap beberapa hal yang masih jauh tertinggal dari sekolah umum. Disiplin siswa terhadap tata tertib, situasi belajar yang kurang konsen. Itu masalah pada siswa. Sedangkan pada sekolah adalah masalah administrasi kelas, kerapian administrasi sekolah dan kebersihan ruang guru dan kantor.                                                    Sedangkan kelebihan sekolah ini adalah hubungan kekeluargaan  dan kekerabatan yang baik di sekolah. Hubungan yang baik ini tidak memberi ruang untuk saling melirik kinerja satu dengan yang lain. Kepala sekolah dan guru serta pegawai berada dalam satu garis kesamaan.




Selasa, 14 Maret 2017

Hobi Baru ... Merajut Benang


Selamat pagi dari Tamansari,
Cukup lama tidak menulis, apa sebabnya? Sebabnya adalah tidak adanya hal istimewa untuk ditulis. Bahkan sampai detik ini sesuatu yang berbeda dari hari-hari biasanya, semua berjalan seperti biasa, pekerjaan, komunikasi, aktivitas sehari-hari di  rumah.


Bahwa setiap kali saya mengisi waktu dengan merajut, saya teringat dalam gambar-gambar yang dulu sering saya lihat di buku-buku cerita tentang perempuan merajut. Perempan yang digambar adalah perempuan setenah baya dan perempuan usia lanjut yang duduk di kursi santai sambil merajut benang... hahaha. Rupanya gambar dalam cerita itu adalah potret dari kenyataan bahwa pekerjaan yang cocok bagi perempuan lanjut usia adalah merajut.  Artinya, alamiah dan naluriah  jika sekarang saya menggemari lagi pekerjaan ini. Padahal ketrampilan itu saya kenal ketika saya masih duduk di sekolah dasar. Seingat saya kelas 3, karena saya meniru kakak-kakak kelas saya yang sudah pandai dalam hal merajut benang.


Merajut masa kini lebih mudah karena benang yang digunakan lebih besar dengan berbagai warna dan jenis sehingga merangsang kita untuk terus mencoba. Lagi pula contoh model serta motif bahkan cara merajut bisa juga kita tonton lewat video di internet. Foto-foto hasil rajutan yang saya posting di facebook mengundang peminat dan mereka menyangka saya mempromosikan rajuan saya sehingga ada dua pemesan karya saya. Ahaha ini motivasi untuk belajar sehingga hasil karya ini nanti layak jual dan memuaskan pembeli.







Saya menikmati setiap waktu yang berjalan dalam kehidupan saya karena saya menyadari bahwa waktu itu sangat berharga  dan tidak bisa diganti ketika ia hilang. Yang ada hanya mengisi waktu yang berlanjut dan terus berjalan.


Sampai nanti.