Minggu, 31 Januari 2016

Belajar Dari Aliran Sungai




Waktu beredar terlalu cepat seperti sedang berlomba dengan gerak manusia dan alam semesta. Waktu tak mau terkalahkan oleh  perubahan apapun. Ia terus melaju dan melaju dengan garangnya.
Manusia tak akan bisa meminta waktu untuk berlambat apalagi berhenti walau sedetik. Manusia hanya bisa menyesali  kehilangan waktunya hanya satu menit tanpa mendapatkan apa-apa. Seharusnya ada satu kata dua kata yang sebagai catatan hidupnya, misalnya kali ini aku harus ingat atau aku harus tetap semangat atau besok harus selesai dsb. pada setiap menit yang datang.
yak ini cuma teori, kalau ada yang bisa begitu, itu menjadi hal yang luar biasa karena mereka sadar sesadar-sadarnya bahwa waktu sangat berharga.

Pada suatu waktu, kala itu hujan turun sangat lebatnya dan saya terperangkap di sebuah bangunan  di puncak bukit. Sebuah makam kuno. Pemandangan ke lembah menjadi perhatian saya, Sebuah aliran sungai yang sangat deras dan airnya berwarna coklat kemerahan membelah dua dataran tinggi. Dan aliran itu berakhir di sebuah bendungan lalu terjun ke dasar tebing dan membentuk aliran baru yang sempit. Air sungai itu kini berdesakan saling mendahului dan muncrat ke sana kemari tampak penuh semangat dan gembira. Warna gelapnya memudar oleh percikan-percikannya yang lincah.
Hujan itu membawa berkah. Sungai ini adalah satu-satunya sungai di kawasan hutan jati itu yang sangat sedikit airnya saat musim kemarau. Karenanya hujan deras ini memberinya kehidupan baru yang memberinya kebanggaan dalam semangatnya. Sampai ia memperlambat alirannya saat pergantian musim, begitu seterusnya dari waktu ke waktu.

Seperti hidup itu sendiri kegetiranlah yang akan menjadikan  rasa manis akan terasa lebih bermakna dan seterusnya, Semoga.



 

Sabtu, 30 Januari 2016

Untuk Ria Sanfania Almendi




aku terus menumpuk kerinduanku kepadamu
seperti awan kelabu yang membentuk simpul dalam bening  malam
kepadamu aku merasa kerinduan ini tak ada akhirnya
sepertinya cintaku kepadamu juga tak akan ada akhirnya

Aku sudah mencoba mengubur cintaku kepadamu
membuka jalan untuk kepergianmu
Tapi itu tak cukup untuk meredam kerinduan
Yang membakar dadaku


Melangkahlah jangan ragu
Kamu harus pergi sebelum cahaya memudar dan hari berganti
karena waktumu hanya satu kali  

Aku akan tinggal di sini menghabiskan hariku
membawa cinta yang mungkin kau beri
Aku ingin kamu mendapatkan kehidupanmu
berbahagia beranak cucu



Jumat, 29 Januari 2016

Di Kelas XI IPA


Hari itu tidak menyenankan di kelas ketika LCD menayangkan film Magic Hour suara tidak masuk ke sound sistem lalu murid mencoba-coba menukar tempat kabel dari satu lubang ke yang lainnya dan srakkkkk laptop saya bersuara dan selanjutnya to dead. Sempat menyesal dan mereka saling menyalahkan. Tetapi sekalipun saya menyesali kesalahan ini saya tidak mau memperburuk keadaan, saya katakan laptop saya sudah tua dan teman seangkatannya juga sudah pada mendahului. Akhirnya kegiatan kelas beralih ke teks hingga jam pelajaran usai. Di rumah saya coba lagi untuk menghidupkan tetapi nihil. Selanjutnya saya langsung membawanya ke bengkel berharap segera bisa diperbaiki. Ternyata tidak bisa secepat itu karena kemungkinan kerusakan pada mother boardnya. Ehem..ini bertubi-tubi, dari masalah batere, modem dan sekarang puncak krisisnya. Yah syukurlah bukan sakit yang bertubi-tubi. Segalanya bisa diatasi selama badan masih sehat tidak ada yang tidak bisa diselesaikan.

Beli baru! maybe ini solusi paling jitu tetapi situasi saya sekarang sedikit berbeda. Saya masih perlu berpikir dan menunggu hasil bedah laptop saya dua hari lagi.

Minggu, 24 Januari 2016

Mengusir Galau

Selamat malam.
Malam ini bulan penuh tampak dari jendela kamar saya diselimuti awan tipis di sekelilingnya. Dan angin masih bertiup lembut dan menyejukkan.
Ini adalah anugerah tak terhingga untuk hari ini bisa mengurangi rasa sakit di kepala saya. Sudahlah saya tidak mau berpikir berat saya mau menikmati hidup saya dengan tenang.

Saya berpikir untuk besok, saya bekerja dan punya tanggungan di rumah. Saya pening memikirkan ini karena ketidakjelasan sampai kapan saya harus begini. Hmm kembali lagi berpikir, Ah manusiawilah anggap saja sedang memuntahkan lagi segala makanan buruk yang saya telan agar sembuh.

Kawan, hari terakhir minggu lalu saat saya mengajar di kelas  tentang sinopsis dan resensi film, saya menayangkan sebuah film dari You Tube. Saya minta murid saya memilih film yang mereka suka. Mereka memilih film Indonesia terbaru " Magic Hour"
Mereka menyiapkan segalanya dan memang menyenangkan belajar sambil berhibur, sambil beristirahat he he bagi gurunya. Terinspirasi oleh blog Free Technology ForTeachers, guru ganteng asal Woodstok Maine itu, yang dengan mudahnya  menanamkan ilmu kepada muridnya melatih ketrampilan berpikir siswa hanya lewat tehnologi. Memutar film memang baru kali ini tetapi browsing untuk materi lainnya sudah biasa. Untuk saat ini seberapa yang bisa kita berikan untuk mereka tanpa bantuan teknologi. Murid sudah lama tidak suka diceramahi dan baru-baru ini murid juga tidak mau susah-susah membuat tugas. Mereka umumnya maunya kopi paste pekerjaan temannya  atau mengambil jawaban dari internet, alhasil kompak samanya.
Kali ini saya mau yang beda. Mereka harus bisa bercerita di depan kelas dan menjawab pertanyaan.serta membuat resensinya.
Sayang catatan mereka belum sempat dibaca ketika bel pertemuan panjang berakhir. Tetapi yang jelas mereka serius belajar mendengar dan melihat.

Terpikirkan juga kalau Byrne bisa mengajar matematika menggunakan sastra dan puisi, kenapa tidak jika saya juga menggunakan matematika untuk mengajar bahasa. Pada saat saya mengajar tentang cara membuat grafik, tabel, diagram dan statistik, saya tayangkan materi untuk dibaca dan setelah itu saya beri soal berupa data yang berkaitan dengan angka-angka. Mereka harus mencari persentase dan menemukan skenario penyelesaian yang menyeluruh dan kompleks sehingga semua informasi itu bisa terbaca. Ahaha mencari persestase saja banyak bingung dan tidak bisa membayangkan persentase itu bagaimana. Tetapi cukuplah mereka tidak bisa beralasan untuk jenuh dan apatis walaupu jam saya selalu pada jam-jam akhir.
Baiklah selanjutnya untuk besok, yaitu belajar tentang cara bernegosiasi perlu saya siapkan juga contoh visualnya. Saya tidak sabar segera ingin tahu hasilnya apakah lebih baik atau sama saja, yang jelas komunikasi kami lebih baik dibandingkan saya menggurui di depan kelas dan mereka menonton saya.

Pukul 23.04 WITA sekarang, tetapi terdengar suara ayam berkokok, katanya......?


Sampai jumpa

Antara Badai



Semula aku menginginkan badai
Tetapi ternyata yang kubisa hanya gelombang
Pada suatu hari nanti badai itu akan datang
Untuk menjaga musim

Andai laut hanya tenang pertanda udara tak berpindah
maka stagnasi kehidupan akan terjadi
Dan siapakah yang bisa melawan sepi
dalam kebosanan menanti tanpa arti

Antara angin dan badai
antara ombak dan gelombang
antara siang dan malam
bulan dan matahari
langit dan bumi
adalah kehidupan yang sebenarnya.


Engkau Kembali






Semangatku kini datang lagi karena jiwaku telah kembali.
Belum sepenuhnya,
Tetapi aku harus bisa membangun lagi

Seperti hari yang terus berganti
suasana hatiku juga terus berganti
seperti hembusan angin kali ini
lembut menyejukkan hati

Terima kasih semesta, engkau telah menjalankan tugasmu
menyampaikan pesan Sang Pencipta
untuk membangkitkan semangatku lagi
Dan aku masih memiliki

Selasa, 19 Januari 2016

Hanya Waktu yang Membantu

Selamat malam dari Tabanan.
Udara sedikit sejuk berada di luar rumah karena hujan baru saja turun. Sayang derasnya tidak cukup untuk memberi kesejukan sepenuhnya. Udara di dalam masih gerah, apalagi di kamar sangat gerah.

Saya selalu berpikir saya sedang tidak sehat. Tidak ada gairah walau tetap bekerja seadanya, mengajar seadanya. Makan seadanya, tidur seadanya. Terkadang saya tersenyum sendiri setiap kali berdiri di depan cermin. Benak saya menertawakan hati saya karena menyimpan sesuatu yang abnormal. Sesuatu yang aneh dan imposibel.
Tetapi hati saya berang, tidak bisa menerima dikatakan tidak normal. Dan bertanya keada benak saya, " Aku tidak terima, sekarang apa yang menurutmu normal? Aku memiliki kesetiaan yang lebih baik dari kamu."
Apa jawab benak saya, " Sekarang saatnya kamu merubahnya, karena ia tak berguna lagi."

Hatiku pun nelangsa, "Sebegitu jauh aku sudah menghabiskan waktu untuk menjalani  dan sebegitu lama aku selalu mengikuti kataku, kata hatiku, dan sekarang benakku baru menyadarkanku"

Ia benar, kata-kata benak itu benar, hati lah yang selalu tidak menurut setiap kali diingatkan dan sekarang setelah sakit baru berpikir untuk bisa merubah.
Hanya berpikir dan berharap untuk merubah, sedang kemampuan untuk berubah saya belum yakin. Merubah dari mengingat ke melupakan. Hanya waktu yang bisa membantu.



Senin, 18 Januari 2016

Apa Yang Bisa Kukatakan



Jutaan kata yang tersusun dalam irama waktu tidak akan cukup
helaan ribuan kali nafasku tak akan sanggup
menumpahkan segala yang tersimpan
sudut-sudut hatiku penuh oleh duka

Segala pertimbangan semula tidak berlaku lagi
Waktu sudah membuatnya kadaluwarsa. aku semakin renta
Aku tak lagi punya rasa
dan melihat segalanya sebagai hal yang tak akan terlihat
sia-sia

Kini apa yang bisa aku katakan
go away from me!
....off from my face!

Sejarah singkat telah mencatat segalanya
dalam tinta aneka warna
aku harus adil menimbangnya, menerimanya
tak semuanya menyakitkan
hanya pahit kurasakan






Berbagi Nikmat Kehidupan



Selamat pagi.
Ketika hari-hari awal memulai ini, saya masih bisa memahami bahwa saya harus bisa berbagi rasa. Saya berpikir hidup yang lebih baik baginya sudah datang saatnya. Tetapi kali ini saya menyalahkan diri sendiri. Tak sanggup menatap langit yang kelam di jendela atas itu demi membuang segala kegelisahan.
Kehidupan memang tidak lebih dari panggung peran manusia yang tak terlepas dari intrik tipu daya.
Banyak orang bicara tentang kejujuran hanya untuk kamuflase dan untuk mendapatkan sesuatu.
hhh saya harus yakin sesuatu yang buruk atau baik yang terjadi juga karena nasib.

Saya berharap hal baik yang terjadi, Berbagi dalam merasakan nikmatnya kehidupan.





Antara Dua Hal

Selamat petang dari Tabanan.
Beberapa menit tadi hujan tiba-tiba turun namun segera berhenti setelah menyirami halaman dan jalanan. Hujan kini meninggalkan titik-titik yang tidak menentu di dedaunan yang diam tak bergerak seolah sedang menggambar kesedihan.

Pasti bukan hanya saya, manusia di bumi yang milyaran jumlahnya ini memiliki pengalaman batin yang  sama tentang rasa baik rasa sedih maupun gembira.
Bahwa kesedihan itu datang perlahan dan pergi dengan perlahan pula. Sedangkan kegembiraan itu  datang serentak dan perginya juga serentak. Tidak ada jaminan bahwa kegembiraan lebih langgeng dari penderitaan dan sebaliknya. Tidak ada yang bisa memilih mana yang akan kita langgengkan. Seperti ombak dan badai yang akan pasang dan surut tergantung pada banyak faktor. Pergantian musim dan peredaran bulan adalah bagian dari  penentunya. Akan tetapi jika anomali alam terjadi maka siapa yang bisa memprediksi kapan ombak menguntungkan dan kapan ombak menakutkan atau kapan badai datang dan kapan badai reda.

Yang bisa kita prediksi adalah semuanya akan datang dan pergi. Ada saatnya kita bergembira dan ada saatnya kita bersedih. Ada saatnya kita tertawa dan ada saatnya kita menangis. Yang pasti keduanya ada karena adanya permulaan dan tentu ada akhirnya.
Tidak ada gunanya membelenggu hati dalam kesedihan dan memuaskan hati dalam kegembiraan. Menikmati variasi keduanya lebih nikmat dibanding terkurung dalam salah satunya.

Kawan, omongan saya ini ngelantur. Kawan pasti bisa menduga saya sedang gundah gulana, Galau kata Anda.
Yap begitulah. Tetapi saya bisa menerima kegundahan ini dan berharap ini ada hikmahnya.
Jiwa saya sedang sakit dan hanya dengan menulis ini rasa sakit itu terkurangi. Saya tidak mau sakit hati karena ini identik dengan dendam. Saya merasa sakit jiwa saja masih dalam derajat yang rendah.

Ah suara azan maghrib sudah memanggil saya harus meninggalkan ini dan mengambil air wudlu.
Selamat petang.






Minggu, 17 Januari 2016

Richard Byrne sudah lebih dari dua hari tidak ada di daftar bacaan saya, padahal setiap harinya ia tidak pernah meninggalkan halamannya kosong. Bahkan bisa hampir rata-rata dua jam sekali ia menulis. Tulisan-tulisannya suka menyemangati saya untuk mengikuti jejaknya sebagai penulis momentum yang penting atau tidak penting.

Hari ini kepala saya agak pening. Saya banyak kehilangan hal-hal yang berguna untuk mengisi hari-hari saya.dalam masalah sosial. Ada saat kegembiraan ketika pulang kampung akhir tahun lalu pada saat kami berkumpul di rumah tua dan setiap kali banyak pembicaraan yang lucu-lucu mengenai keluarga kami masing-masing. Setiap saat selalu ada bahan lelucon, apakah tentang suami, anak atau teman kami masing-masing. Semula kami merencanakan menyambut detik pergantian tahun ke luar kota. Tetapi rencana itu batal karena salah satu anggota geng remaja kena demamberdarah dan opname di rumah sakit.tidak..yah akhirnya diputuskan di rumah saja, apalagi hujan turun sebentar.
Walau begitu tidak mengurangi kegembiraan kami dan terus tertawa lepas.
Korban dari kekonyolan kami seringkali ibu kami yang sudah pikun dan mulai cerewet oleh kekhawatiran-khawatiran dan ketakutan.

ah itu sudah berlalu dan sekarang saya kesepian, mungkin juga mereka di sana.

Sabtu, 16 Januari 2016

Memandang Sukses

Selamat sore dari Tabanan.
Hari ini hari Minggu, hari yang sepi karena hanya saya, televisi, radio dan komputer yang menemani.
Tetapi saya masih punya energi untuk melanjutkan aktivitas saya di rumah. Pagi tadi saya awali dengan ngobrol di warung tak jauh dari rumah. Saya ingin sosialitas, spontan keinginan ini muncul ketika melihat dua ibu sebaya saya dan seorang bapak sedang ngobrol sehabis sarapan di warung itu. Saya pun memesan bubur sayur padahal saya sudah membeli sebungkus nasi kuning selanjutnya saya pesan segelas kopi. Obrolan kami mula-mula seputar keluhan, karena ibu yang kedua datang belakangan dengan berjalan tertatih. Tadi saat saya datang, pemilik warung itu bercerita dia baru periksa ke dokter karena tensinya 180. Saya hanya membesarkan hatinya bahwa dia sehat hanya perlu rileks sedikit dari memikirkan masalah. Hi Hi apa jawabnya, benar ia selalu punya masalah katanya tetapi saya tidak perlu bertanya apa masalahnya karea saya sudah tahu salah satu masalahnya pastilah karena ia dimadu dan tinggal serumah.

Dalam hati saya kagum, wanita mana yang tampak kesehariannya hidup rukun bahu membahu mengurus warungnya dengan madunya yang lebih muda dan punya satu anak. Memang keduanya sudah saling mengenal karena madunya adalah pembantu rumah tangganya yang diam-diam hamil dengan suaminya. Kedua wanita ini berstatus ibu Jero sekarang karena suami mereka keluarga bangsawan, Gusti.

satu jam obroal bubar. saya masih tinggal dan topik perbincangan berkembang ke masalah anak-anak, pekerjaan dan pendidikan. Ini mengasyikkan bahkan suaminya ikut juga. Ibu itu mengatakan bahwa saya sukses mendidik anak menjadi orang-orang berhasil. Saya balik katakan mereka juga sukses karena kedua putranya sudah bekerja. Omong-omong soal pendapatan anak, ia katakan anaknya pernah bilang belum bisa memberi uang kepada orang tuanya karena untuk keluarga kecilnya saja terkadang pas. Saya katakan, anak tidak boleh merasa berhutang harta pada orang tuanya karena orang tua juga tidak boleh berpikir akan mendapatkan uang dari anaknya sekalipun anaknya sudah sangat berkecukupan. Saya jadi ingat pada besan saya yang lebih tahu tentang anak saya tentang keberhasilan dan pendapatan menantunya. Besan saya ini orang yang terlalu lugu dan berpikir terlalu positif untuk menantunya dan selalu memuji anak saya sebagai calon Dirjen hanya karena ia selalu mewakili Pak Dirjen untuk urausannya.

kembali ke warung, andaikan saya menceritakan bagaimana anak-anak saya bekerja dan sering tugas ke luar negeri barangkali ia melihat kesuksesan itu lebih besar. Padahal bagi kami itu bukan hal luar biasa. Saya juga senang melihat keluarga ibu ini, sangat kompak dan saling menghormati antar anggota keluarga. Tidak pernah nampak ada permusuhan. Itu bagi saya juga sebuah indikator dari kesuksesan.

Itulah semangat saya hari ini sampai datangnya semangat baru esok, ketika saya dirindukan beberapa murid saya setelah tiga hari saya di rumah. Selanjutnya saya akan menyelesaikan kreasi saya lagi.






Ibu Menangislah Demi Anakmu



Begitu buruknya kau perlakukan aku...
Ibu menangislah demi anakmu

Ternyata  mengagungkan cinta
harus ditebus dengan duka lara
tetapi akan kuhadapi nikmat sakit hati ini
Telah sempurnakan kekejamanmu


Saya hanya ingat-ingatan saja untuk lirik lagu Ebit G.A.D. yang satu ini. Hanya ingat saja.
Bisa jadi ingatan saya salah. Yang jelas isinya tepat menggambaran sesuatu yang kurang lebih sama.
sesuatu yang terus menjadi pikiran saya, mengapa bisa seperti itu?
Begitu berartikah segala sesuatu yang selalu menjadi pikiran saya setiap saat, sehingga sekarang saya begitu sedih. Bukankah dia pembelenggu hati saya.
Saya telah dibebaskan? Jika ya,kebebasan saya adalah kebebasan daun kering yang melayang mengikuti arah angin. kemana angin menghempaskan saya tidak menjadi masalah, karena saya tahu pada akhirnya daun kering akan terjatuh dan  menyatu dengan tanah.
Dan saya ingin menjadi tanah yang menyuburkan. Menyuburkan ladang orang lain agar apa yang ditabur tumbuh menjadi pohon yang berbuah manis.



Tanah Lot Senja Kala 


caption

Rabu, 13 Januari 2016

Larut Malam

Malam melarutkan segalanya. Kehidupan seperti tidak berlangsung. Hanya dikuasai oleh sunyi. Ada suara serangga dan binatang malam yang sesekali meningkahi.
saya ingat bahwa masih ada kesunyian lain yaitu sunyi di hati manusia.

Bertambahnya aktivitas dan kawan di dunia maya, tidak ada artimya dalam keadaan seperti ini
yang bisa menjadi kawan ya diri sendiri. Monolog tanpa suara, memanggil tanpa bicara,
Menyebut tanpa kata hanya sepi.
Tetapi berapa banyak orang yang merasa kesepian dan bisa menghadapinya.

Dan di sini saya tidak harus ingkar terhadap rasa sepi yang merambat. Saya bisa saja memasuki area sepi ini tetapi saya tak sanggup berada di sana selamanya..
saya harus keluar secepatnya, bergegas meninggalkan ruang yang tak ada batas itu.
Sebelum terperangkap didalamnya.



Minggu, 10 Januari 2016

Seperti Yang Kamu Bilang



      Seperti yang kamu bilang
      aku juga tidak mengerti bagaimana ini bisa ada dalam hidupku
      tetapi aku bisa mengerti mengapa pertanyaan itu terjadi
Karena jurang di antara kita tidak akan pernah menyatu
kita hanya bisa melambai  karena kita tak bisa menggapai
kita hanya bisa tersenyum karena suara kita mungkin berpadu

waktu telah memberi kita kesempatan
merasai segala kata-kata
melewati duka nestapa
menyeberangi gelombang tak berkesudahan

seperti yang kamu bilang cinta akan ada selamanya
walau kau tahu hidupku sudah terlalu lama
tinggallah sedikit yang tersisa
tetapi aku punya ruang untuk menjaganya



Eksplorasi Exon Mobile Bojonegoro Sebelum  Fajar


Sabtu, 09 Januari 2016

Selamat pagi. Saat saya membuka jendela, Tiupan angin serentak mengibarkan tirai dengan lembut. Sudah terlalu lama suara burung yang merdu ini terlupakan.  Kini saatnya saya kembali dalam kemerduan  nyanyian burung dan hangatnya cahaya matahari pagi.
Seorang teman dalam obrolan di yahoo messenger sudah dua kali duapuluh empat jam tidak menyapa. Sebenarnya tidak ada yang menarik dari obrolan ini karena teman itu selalu menggunakan kalimat yang sama setiap kali chatting. Bahkan terkadang ia bisa membuat saya kesal, tetapi kesetiaannya to say hello sudah membuat saya selalu menunggu.

Saya juga berharap untuk obrolan dengan tiga teman chatting lainnya, gadis Niger, juga seseorang pengaku serdadu yang bertugas di Suriah, dan seorang lagi pengaku duda di London asal Jerman. Tidak masalah jika ada kebohongan tentang identitas ini, bagi saya yang terpenting adalah komunikasi dan saling menghargai sebagai teman.

Sampai hari ini mereka tidak muncul. Seperti persaudaraan di dunia nyata, saya mengkhawatirkan mereka.

Sobat, dua minggu terakhir ini saya mendapat job untuk membuat kreasi asesori pakaian pengantin. Penghias kepala, penghias pundak. Kreasi ini cukup menyita waktu luang saya sehingga sebagian besar waktu saya hanya duduk menghadapi pekerjaan ini. Saya senang dengan pekerjaan ini karena saya harus berkreasi sendiri sesuai dengan tema pesanan baik warna, model maupun ukuran. Dan kabarnya kreasi saya ini cepat lakunya, artinya menarik perhatian pembeli. Selanjutnya pesanan itu saya kirim lewat paket ke pemesannya.




 Penutup Kepala Pengiring 6 0rang












serba guna

Untuk Hijaber


Penutup Kepala untuk Gaun Pengantin




Hayo sapa yang mau pesta..riasan ini serba guna loh.

Rabu, 06 Januari 2016

Hampa dan Kerinduan

Selamat malam,
Hampa sejak kegembiraan jiwa saya berangsur mereda. Kegembiraan itu bertunas dari musim kering yang membakar lalu dengan sekuat daya saya siram. Tetapi apa yang abadi di dunia ini selain perubahan itu menurut kata orang dan benar. Hari-hari penuh warna itu telah berganti dengan keredupan. Walaupun begitu keredupan ini tidak memudarkan rasa bersyukur saya telah menemukan sesuatu yang sudah mengubah suasana hati saya. Tidak ada lagi yang bisa membuat saya merasa menderita seandainya dera derita itu datang. Saya merasa sangat kuat dengan pengalaman hidup saya dan dalam kekuatan itu jiwa saya sarat dengan cinta.
Akhir hidup saya maybe juga akan bahagia karena bisa melupakan rasa sakit.

Hampa, tetapi saya tahu tidak sepenuhnya sisa kehidupan saya kosong. Ada api yang selalu menyala dan tak bisa padam sampai kapan pun. Saya tahu, ini adalah takdir yang sebenarnya. Merasakan sesuatu yang tidak bisa dimengerti namun membuat saya yakin bahwa Tuhan menyayangi saya setelah ujian yang berat itu.

Hampa terkadang menjadi kerinduan yang mencabik, tetapi apa yang bisa dilakukan kerinduan itu ketika ia berada di bibir sebuah jurang yang sangat lebar dan tidak mungkin untuk melompatinya.
Maka tinggallah kerinduan itu menjadi kerinduan abadi di sana.