Jumat, 20 Februari 2015

Nasib baik

Selamat malam dari kota Tabanan,
Saya bersyukur tak ada hentinya hari ini. Hal yang tak terduga terjadi siang tadi ketika hujan lebat dan angin menyebabkan sebuah pohon tua di mana saya biasa memarkir motor di bawahnya yang ada di samping sekolah roboh. Ini rahmat bagi saya ketika tiba-tiba saya membelokkan motor dan memarkirnya di lain tempat tidak jauh dari pohon rindang itu. Jika tidak, habislah motor saya karena batang pohon besar itu persis rebah di tempat biasanya motor saya terparkir. Tidak bisa saya bayangkan bagaimana hebohnya seandainya terjadi. Bukan hanya rugi motor tetapi kerugian yang lebih besar adalah malu.
Ada satu mobil kawan yang kena reranting dan dedaunan tetapi tidak ada kerusakan.
Dalam hal begini saya diingatkan bahwa nasib baik sudah menyertai saya. Tuhan memberi perlindungan pada saya dari hal buruk.


Jumat, 13 Februari 2015

Selamat pagi pembaca,
lihat warna lembayung di .langit timur terdesak oleh mendung abu-abu yang sangat tebal.Hujan lebat sore kemarin belum cukup membersihkan langit dari mendung itu. Sesaat setelah jendela terbuka angin dingin menerobos masuk. Rasa kantuk kini datang lagi.

Jumat, 06 Februari 2015

Seperti Katamu



Seperti katamu, jantungku penuh cinta
Seperti katamu, aku satu-satunya cinta
Seperti katamu, aku pemilik cinta


Dari dalam Tenda di Plawangan 2013





Dan kamu tak ingin
aku tak di sampingmu ketika kau melihat matahari untuk terakhir kalinya
Dan kamu tak ingin ini hanya dreamy

Tetapi takdir berkata lain
aku tak bisa melihatmu selamanya
Sebelum matahari itu tiba

Senyum tanpa Alasan

Aku juga sering tersenyum tanpa alasan                         

tetapi itu tidak akan lama
secepat bayangan ia pergi

Yang tetap tinggal adalah biru di langit
dan sentuhan angin di dedaunan

Apakah senyum itu masih ada
ataukah  telah berganti dengan kepahitan
beri padaku rasa itu
Karena aku sudah terbiasa

waktu telah jauh memisahkan kita
melewati bukit dan ombak

Menjelang Muncak di Rinjani 2013
dari seribu daratan
Tetapi pada akhirnya aku kembali
untuk senyum tanpa alasan



Kamis, 05 Februari 2015

Sunyi itu

Seperti ada perjanjian tak tertulis antara kami, sejenak setelah mereguk kopi di teras, burung tekukur itu datang di puncak pohon perindang jalan. Suara yang sabar memelas membalas salam dari teman-temannya jauh diseberang.
Damai mendengar suaranya, suara kebebasan yang sangat bening berirama. Sayang kemudian suara itu ditingkahi tekur pendek-pendek dan sedikit tak sabar dari burung tekukur lain. Mungkin ia burung jantang yang mendekati. Dan benar kini mereka sunyi.

Ah mengesalkannya, kedamaian ini selesai dan senja ini menjadi senja biasa. Senja yang selalu datang dan pergi tanpa terasa sehingga tahu-tahu kita sudah berada di ujungnya.

Kawan, ketika nanti datang suatu masa Anda berada di ujung usia Anda akan merasa sepi yang saya rasai sekarang. Ketika masing-masing anggota keluarga kecil saya telah mengambil jalan hidup masing-masing, saya seperti kehilangan separo hidup saya.

Tetapi saya bangga, mereka bukan kanak-kanak lagi yang harus saya pegang erat saat berjalan. Mereka menjadi lebih hebat dari ayah ibunya, meteka berani memasuki kerasnya kehidupan dalam persaingan orang-orang hebat. Jarak tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk datang pada setiap kesempatan.

Kemana mereka terbang jika melintasi pulau Bali, mereka menyempatkan diri melihat orang tuanya. Saya bangga karena saya biasa melihat banyaknya orang-orang tua yang sangat lama tidak dilihat anak-anaknya. Mereka juga membanggakan anak-anak tetapi hanya mendapatkan sedikit perhatian anak-anak mereka.

Yah....sepi memang, sangat sepi. Seperti sudah pernah saya sitir sajak penyair Amir Hamzah, bahwa sunyi itu duka, sunyi itu kudus, sunyi itu lupa, sunyi itu lampus.

Rabu, 04 Februari 2015

Bukan karena Luka

Kentang bakar dan secangkir nescafe mengisi sore ini, ada seekor kupu-kupu coklat terbang mengitari teras. Saya tidak keberatan seandainya harus berbagi. Seperti kita sudah berbagi tentang kenikmatan yang ada pada sore ini. Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Ada detik-detik yang mendebarkan di setiap matahari akan tenggelam. Kala langit berwarna jingga dan waktu yang memburu, segala tergesa-gesa. Itulah kenangan  yang selalu melintas apabila senja berada dalam kesendirian saya.

Memang, hal biasa menjadi luar biasa ketika telah menjadi kenangan. Andai saya muda kembali akan saya kejar semua kenangan yang pergi dan saya tidak mau kehilangan lagi.
Ahaha,
Sudahlah, segala takdir sudah dirasai. Manis, pahit dan tawar bahkan rasa rame'rame juga sudah tercicipi. Bersyukurlah, rasa yang sangat manis yang mengakhiri taste saya. Jadi tidak ada alasan bagi saya untuk merasa kurang dalam menikmati hidup ini.

Sungguh, saya bersaksi bahwa saya sangat bersyukur memiliki takdir saya. Tuhan sudah mengobati luka-luka saya dengan cara yang manis.
Mewujudkan jawaban atas pertanyaa tentang apa itu cinta sejati.
Jika suatu saat saya menangis, tangisan itu bukan karena luka  tetapi karena cinta.


Selasa, 03 Februari 2015

Cerita tentang Burung

Ada yang memanggilku untuk duduk di sini, di teras rumah, yaitu waktu ngopi. Mengopi bahi saya bukan sekedar minum kopi, melainkan menikmati hidup hari ini. Karena itu saya tak pernah terburu-buruu mengosongkan cangkir sebagaimana saya tak ingin kenikmatan hidup segera berlalu.

Pembaca di ini senja hampir hilang. Ada suara burung tekukur memelas di puncak pohon perindang tepi jalan. Ia tak bosan-bosan berseru, ternyata ada suara yang sama di kejauhan. Mereka saling menyahut tetapi tak saling mendekat.

Saya teringat cerita tentang burung merpati, cerita anak-anak tentang anak merpati yang nakal. Pada suatu hari ia memaksa ayahnya mengajarinya terbang karena kakaknya sering mengoloknya tak bisa terbang.Satu hari penuh ia belajar tetapi selalu gagal. Pada malamnya ia tidak bisa tidur memikirkannya. Akhirnya diam-diam ia belajar terbang dari satu ranting ke ranting lainnya. Tak disangkanya ia berhasil lalu terbanglah ia sampai jauh ke dalam hutan hingga ia sangat kecapaian. Ia tak tahu jalan pulang karena gelap, ia bingung dan teringat kata ayahnya. Jangan pergi jauh, di hutan itu banyak bahaya mengancam. Tiba-tiba ia mendengar suara mendesis. Seekor ular melilit didahan menjulur padanya, Ayah! Ia memanggil Digerakkan sayapnya hendak terbang tetapi ia tak kuat lagi mengangkat badannya. Ia akan melompat ke bawah tetapi di bawah seekor serigala menunggu. Ia sangat ketakutan dan putus asa. Tiba-tiba seekor burung hantu menyambarnya lalu membawanya pergi
Ia dimasukkan kerangkeng berkumpul dengan burung-burung lainnya.
Bersama mereka ia bekerja mencari makan untuk keluarga besar burung hantu.

Merpati kecil mengajak mereka terbang, tetapi burung-burung itu tak bisa terbang karena sejak kecil mereka hidup dalam kerangkeng. Hingga pada suatu hari anak merpati mengajak mereka ke goa saat mereka bekerja. Burung-burung itu diajarnya terbang sampai pada akhirnya mereka semua bisa terbang.
Selanjutnya mereka mencari akal, mereka menyampur makanan untuk burung-burung hantu dengan ramuan daun beracun yang bisa membuat burung-burung hantu itu pingsan.

Akhirnya mereka berhasil dan pulang mencari tempat tinggal dan keluarga mereka.

Itulah cerita hari ini.

Senin, 02 Februari 2015

Catatan Hari ini

Pembaca, cahaya mulai pudar menandai hari akan bersiap untuk istirahat sampai hari baru menggantikannya.. Hari ini mestinya kita punya catatan baru tentang apa saja sebab sesungguhnya hidup kita adalah rangkaian catatan sejarah yang akan menjadikan kita bisa membacanya suatu hari nanti.

Catatan hari-hari panjang saya masih terus berlangsung walaupun makna peristiwa yang tercatat tidak lagi menarik. Tetapi sebenarnya setiap yang terjadi selalu bermakna seberapa pun pentingnya.
Proses kehidupan seperti sebuah alur cerita, melewati episode demi episode dalam mata rantai sebab akibat.
Dan klimaksnya tidak selalu terjadi satu kali. Sebagaimana hidup, konflikasi yang terjadi secara berulang akan menampilkan klimaks berulang pula.

Hidup tidak berakhir dalam satu episode. Akan ada cerita baru sesudah yang terjadi hari ini.
Menangislah ketika harus menangis, jangan memaksa untuk tersenyum ketika sedang bermain dengan kesedihan. Karena determinisme nasib tak memaksa kita untuk menangis atau tersenyum.

Sobat, saya pernah membandingkan peran hidup saya dengan orang lain. Saya merasa nasib saya paling buruk, paling kecewa, paling marah, paling tertindas, paling dendam, paling teraniaya.
Namun waktu telah merubah keadaan itu secara perlahan. Pengalaman itu justru memperkuat daya tahan saya bahkan mengubah saya menjadi sangat kuat.
Pengalaman itu masih ada dalam catatan tetapi tak bisa lagi membuat saya merasa seperti yang saya rasakan pada saat itu.
Tong kayu di Museum Bahari
Saya tidak tahu mengapa, yang saya tahu saya tidak peduli lagi memikirkan semua hal yang buruk baik catatan masa lalu, masa kini ataupun masa yang akan datang.

Saya merasa hidup ini terlalu singkat. Saya harus mengejarnya sebelum waktu berakhir. Masih banyak yang bisa dicatat sampai tangan saya tak bergerak lagi.
Selamat petang.

Minggu, 01 Februari 2015

Rencana

Selamat pagi, pagi baru dan semangat baru.
Kegaduhan berita politik di negeri sendiri menjadi sarapan utama tanpa secangkir kopi. Sebenarnya larut dalam berita ini tidak terlalu bermanfaat karena semuanya menjadi sampah saja.
Jadi kangen jalan ke gunung. Kesempatan libur akhir tahun sudah hilang karena banyak urusan keluarga yang lebih penting untuk diselesaikan.

Pertemuan dengan adik-adik kemarin membahas rencana mendaki tahun ini. Pilihan sementara adalah G Lawu. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Berharap pembicaraan inimenjadi kenyataan.

Saya masih yakin saya bisa. Mendaki gunung itu sangat menyenangkan, karena di sana kita akan mendapatkan banyak pelajaran yang berguna di samping berekreasi.


Lembah Lavender Semeru