Minggu, 28 Februari 2016

Sanfania


Harus kumengerti segala tentangmu
bila aku membayangkan kamu sedang bersenda
Merenda hari yang dulu kau tinggalkan
menjadi selimut mimpi
yang menjagamu agar tetap merasa hangat

Kutub bertolak belakang tak akan bisa bersatu membentuk dunia baru yang dipenuhi bunga
maybe hanya akan mendatangkan bencana dan huru-hara
Sementara ada ruang kosong yang bisa menampung segala yang ada
Maka tak perlu menunggu cuaca lebih berbaik lagi
Segeralah menuju yang tentu tuju
sebelum iklim menghabiskan salju di kutub, sebelum laut pasang daratan

maybe sajakku ini hanya kesia-siaan
tetapi tidak bagiku
karena aku yakin rasaku ini universal sifatnya
ada yang menertawakannya tetapi akan ada yang setuju
tidak terlalu penting bagiku hanya bagimu
Ria Almendiku




Uneg-Uneg saja




Februari sampai di ujungnya, tanpa terasa waktu berjalan sangat cepat, Berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia hampir tidak ada yang menggairahkan untuk disimak. Perang agitasi tidak kalah serunya dengan perang yang sesungguhnya, termasuk di negara saya, tanah air saya, perang agitasi, saling curiga antaretnis soal agama selalu menjadi permasalahan. Sangat membosankan urusan begini selalu dijadikan isu untuk saling menyakiti. Apa untungnya membenci agama orang lain dan apa ruginya tidak mencampuri agama orang lain. Percuma kan karena setiap agama memiliki dogma. Kalau dogma itu  tidak sama dengan dogma agama lain ya wajarlah, masa agamanya berbeda kdogmanya harus sama.
Aneh jika ada orang yang selalu sibuk bicara tentang ajaran agama orang lain sampai demikian sengitnya. Mencari celah sebisa mungkin untuk memancing perhatian agar orang lain terpancing isu yang dihembuskan lalu ramai-ramai bereaksi di medsos.Huh memuakkan tahu.

Waduh  saya juga terpancing ini, ya ya ya sampai di sini saja pembicaraan ini. saya berharap untuk semua orang, semuanya agar selalu mendapatkan limpahan karunia dari Sang Khalik, Sang Pencipta makhluk semesta ini.

,

Sabtu, 27 Februari 2016

Hujan Sudah Mereda

irama suara hujan malam ini konstan saja seolah hujan sedang membagi rata curahnya ke segala penjuru. Angin sesekali bertiup dan dingin menyerbu tetapi saya sangat menyukai suasana ini, mendengarkan celoteh titik air di dedaunan, ricik air cucuran dan rintikan suaranya menimpa genting.

perasaan apa yang ada dalam diri saya tidak ada yang bisa saya gambarkan. Saya tidak ingin kehilangan banyak hal lagi dalam kehidupan ini. Sudah berhari-hari pikiran saya terkuras untuk memikirkan satu hal dan sampai pembicaraan siang tadi belum ada titik temu dan kepastian. Ya biarlah. Tuhan sudah membagi-bagi persoalan manusia secara adil. Kalau orang lain bisa pastilah kami bisa.

Kawan, daun palem itu bergoyang teratur seirama tetesan air dari genting yang jatuh tepat di pucuknya. Indah berkilat-kilat oleh cahaya lampu neon di atasnya. Malam ini sungguh menjadi obat galau hati saya sedangkan aktifitas di meja pernak -pernik handy itu hanya sedikit mengurangi saja karena dalam keasyikan itu pikiran saya tetap berbicara. Kali ini pikiran saya juga bicara dan tangan saya menulis tetapi saya merasa semuanya menjadi ringan karena suasana alam kali ini sudah menghibur saya.

Komplit sudah, habis terang terbitlah gelap walaupun  begitu saya yakin masih ada cahaya pada esok hari dan kegelapan akan digantikan oleh terangnya cahaya matahari. Cahaya yang menghangatkan ketika kita kedinginan, cahaya yang mengeringkan saat kita basah.

Hujan sudah mereda. Emmm saya mulai mengantuk, syukurlah saya akan tidur nyenyak walau tak ada lagi ucapan selamat malam, Ternyata saya bisa. Selamat malam.




Kamis, 25 Februari 2016

Satu yang Aku Punya

Sejak aku bisa bermimpi untuk meraih bintang
bermimpi tentang bidadari merentang sayap di bulan
aku selalu tersenyum dan tertawa gembira
karena aku yakin suatu saat aku bisa
meraih mimpi itu
Aku suka membayangkan seperti apa diriku nanti
terkadang aku tidak sabar menunggu untuk besar
dan  aku menanti untuk jadi gadis yang cantik

Sepertiga waktuku sudah berlalu
mimpi menjelma dalam kehidupan yang berbeda
aku selalu merasa introvet dengan diriku
aku selalu malu dengan diriku
aku selalu merasa tak berguna di hadapan temanku, guruku, orang tuaku
sekalipun ayah ibuku bangga denganku
sekalipun guru-guruku menyebutku si cabe rawit karena prestasi seniku
tetapi aku merasa aku bukan peraih mimpi sejati

Dua pertiga waktuku adalah hidupku yang sesungguhnya
Hidup yang sangat jauh dari mimpi tentang bintang dan bidadari
Berpijak di atas tanah gersang
Berdekap dalam penderitaan jiwa
merana

Sepertiga di ujung waktuku aku tidak peduli dengan mimpi
aku ingin tersenyum dan tertawa seperti kanak-kanakku
persetan dengan penderitaan
aku sudah memilih untuk merasa bahagia dengan satu yang aku punya
cinta

winter
...






Rabu, 24 Februari 2016

Selamat Pagi

Selamat pagi dari Tamansari. Pagi ini cuaca tidak terlalu baik karena langit diselimuti awan . Suhu udara dingin sehingga saya perlu menghangatkan diri dengan secangkir susu coklat panas. Hanya ada buah apukat sebagai teman minum. Buah itu jatuh karena sudah masak di pohonnya. Buah itu saya tanam lebih dari lima belas tahun lalu. Jenis apukat mentega dengan bentuk lonceng dan ukurannya besar.
Walaupun dimakan pagi hari tetap enak karena sangat gurih dan ada  rasa manisnya. Dagingnya legit tidak berair.

Pembaca, di manakah ada orang tidak bermasalah. Sebenarnya saya juga sedang memiliki masalah. Masalah akut yang tak berkesudahan, tidak tahu sampai kapan ia akan tuntas.
Masalah orang lain yang tidak bisa saya abaikan karena menyangkut masa depan tiga kanak-kanak.

Terkadang saya merasa ada tekanan yang berat menindih pikiran saya walaupun selalu saya ikhlaskan semuanya. Bukankah rasa ikhlas dan tabah itu mampu meringankan penderitaan. Sejak awal ujian ini sudah terasa berat, ibarat satu dari tanaman yang saya rawat dijangkiti virus. Dan virus itu sudah menyebar ke seluruh bagian dari pohon itu.
Angin sudah membawa virus itu  ke hadapan saya. Ketahanan diri saya sudah maksimal, sudah sampai pada garis finish. Saya mulai merasakan tidak sehat rohani jasmani. Hanya satu yang masih saya yakini bahwa  kesabaran tidak ada batasnya.
Saya juga meyakini Tuhan masih menguji saya dengan ragam pemberian-Nya.  Saya sudah dikaruniai-Nya dua pohon lain yang tumbuh sempurna  dan membanggakan maka tidak ada alasan bagi saya untuk menyesali satu pohon yang rusak.

Saya ingin menjadi orang yang selalu bahagia mengakhiri masa-masa hidup saya.
Saya ingin pindah tetapi meninggalkan banyaknya kenangan di rumah ini masih  cukup berat.

Minggu, 07 Februari 2016

Masih terbayang di dalam lamunan hal-hal yang terjadi dua hari belakangan ini, ketika saya menerima kunjungan silaturrahim teman-teman semasa sekolah dulu. Terasa sampai sekarang rasa kegembiraan kami bisa bersama dalam dua hari itu setelah 43 tahun berlalu tanpa perjumpaan sama sekali.

Semalaman kami ngobrol tentang pengalaman kami masing-masing, tentang anak-anak kami dan beberapa tentang karier mereka. Salut sungguh salut mereka adalah golongan orang-orang sukses baik dalam pendidikan maupun karier mereka. Mereka berpendidikan sarjana, S1 sampai S3. Ada yang masih aktif sebagai dosen di Universitas Islam Antasari Banjarmasin, ada teman yang sudah memiliki yayasan  pendidikan dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi di Balik Papan. Sebagian dari mereka pensiun dalam jabatan terakhir sebagai pengawas dan kepala sekolah. Sebagian sebagai wiraswastawan dan memiliki beberapa pegawai. Hebatnya tiga orang dari empat belas teman  pernah menjadi single parent di usia muda setelah para suami almarhum, mereka bisa bertahan bahkan bisa mengelola usaha sampai saat ini.
Walaupun bisa dikatakan sukses dalam ukuran siapa kita dulu, dalam penampilan mereka tetap sederhana, saya sangat menyukai kebersahajaan mereka.

Pembaca rasanya pilu di dada saya saat ini mengenang segala tawa dan cerita kami tentang masa-masa di sekolah dulu apalagi kami tinggal di asrama. Kami saling menyebut nama kamar-kamar yang kami tempati dulu. Kamar itu mengambil nama kota-kota zaman kebesaran Islam Di Eropa Timur. Kami tebak-tebakan di kamar mana dulu tinggal. Tentu saja kami lebih banyak ingat nama kamar sendiri. Kamar saya saat kelas awal masuk adalah Cordova. Kamar besar seperti sal di rumah sakit diisi dua belas dipan langsung almari kecil dan loker. Kamar ini ada di urutan kedua setelah Galisia, selanjutnya disusul ruang Sevilla lalu Andalusia. Hanya satu teman yang datang ini pernah satu kamar bahkan sampai kami naik peringkat menjadi anggota perwakilan siswa kami pindah ke kamar istimewa yaitu Ruang Elvira. wow indahnya kenangan itu kami saling bersaing menghabiskan waktu untuk belajar dan belajar. Rasanya tidak terima melihat teman lebih rajin dari kita apalagi jika mau ulangan.




Rabu, 03 Februari 2016

Selamat malam.
Beberapa menit lalu masih terlihat awan putih bergerak cepat di langit Tamansari menuju ke arah timur. Awan itu tampak rendah, jauh di bawah lapisan awan kelabu di atasnya. Dan kini awan itu sudah menurunkan hujan dan udara terasa mulai dingin.

Hari ini rasanya melelahkan walaupun tidak banyak pekerjaan. Beberapa kali saya kehilangan kontrol emosi di kelas. Gimana tidak, selalu ada yang mencari-cari alasan untuk tidak menjawab pertanyaan dan tugas.Alasan klasik bukunya ketinggalan. Lalu saya sarankan untuk bergabung buku teks dengan teman sebelahnya.
Pada saat pembahasan hasil kerja, masing-masing anak membaca hasilnya. Tiba giliran anak tadi ia sama sekali tidak mengerjakan tugas dengan alasan yang sama. Saya beri kesempatan satu kali lagi untuk menjawab satu soal yang sangat mudah namun lagi-lagi ia menggunakan tidak ada buku sebagai alasan tidak bisa mengerjakan tugas. Saya tidak bisa mengendalikan rasa marah. Ya saya akhirnya benar-benar marah.

Kemarahan ini membuat saya tidak nyaman sepanjang hari ini.

Selasa, 02 Februari 2016

Love is Blind

Kesetiaan malam mengawal dini hari adalah kesetiaanku, untuk
Aku taburkan bintang dalam hitamnya langit
Aku tebarkan awan untuk memberi warna cakrawala
Lalu aku hembuskan angin untuk melelapkan mimpi

Seperti jiwa Kahlil Gibran bersemayam di dada kekasihnya
Tidak pernah menghitung berapa tahun berlalu untuk tetap di sana
dan lubuk itu dipenuhi kecintaan yang tak pernah kering sampai dunia menutupnya

Love is blind maybe
but it was a genuine love, maybe