Sabtu, 31 Desember 2011

Satu Januari 2012


Malam pergantian tahun kami tunggu di rumah saja. Seperti tahun lalu dan beberapa tahun lainnya saya ditemani satu anak, adik dan keluarganya.
Ketika pukul 00.00 kami berbaris di kamar atas memandangi kembang api warna warni yang tak henti-hentinya menghiasi cakrawala hitam. Kami semua berlomba mengambil gambar. Ada satu bidikan kamera saya yang unik.Tiga garis lekuk-lekuk warna kuning, putih dan kebiruan berkepala seperti kecebong di antara warna-warna cahaya bundar. Saya suka ini.

Dentum petasan sudah reda, malam kembali sunyi. Saya tidak bisa melupakan.

Selamat Tahun Baru


Satu jam empat puluh menit yang lalu tahun sudah berganti. Banyak orang menggantung harapan pada tahun yang baru,2012, agar tahun ini segalanya akan lebih baik dari tahun yang baru saja berlalu.
Demikian juga harapan saya,(ikutan saja).
Seharusnya keberhasilan akan harapan itu perlu dievaluasi sebelum tahun berakhir sehingga kita bisa melakukan remidial. Dan pada akhir tahun kita bisa melihat angka keberhasilannya.
Halah ini cuma teori saja kok. Saya sendiri juga tidak pernah melakukannya.Karena sejak dulu saya sudah bilang bahwa saya penganut faham Que Sera Sera.
Biarpun tahun terus berganti tidak ada yang terasa berubah kecuali saya bertambah usia.
Hmmm Selamat memasuki tahun yang baru semuanya, semoga harapan Anda semuanya terwujud dan Anda bisa menikmatinya dengan rasa syukur.

Selasa, 27 Desember 2011

Waktu Tetap menjadi penguasa kehidupan

Yang bisa mengalahkan manusia hanya waktu. belum ada satu pun kekuatan yang bisa menyamai kekuatan waktu dalam mengurus manusia. Apabila waktunya tiba segalanya bisa terjadi, apakah itu sesuatu yang kehadirannya dikehendaki manusia atau tidak.Sebaliknya waktu juga yang bisa melepaskan manusia dari apa yang sudah terjadi. Namun hal itu tidak berarti bahwa sesuatu akan indah pada waktunya (?)

Bagaimana mungkin pada waktu bumi berhenti berputar, dan gunung-gunung beterbangan, akan sama indahnya dengan saat kuncup bunga mekar ditangkainya?

waktu juga sudah menguasai lebih dari separo hidup saya. Selama ini saya tidak berusaha membangun sinergi dengan waktu. Dan sekarang waktu sudah meninggalkan saya dengan kecepatan luar biasa.
Satu demi satu kesalahan mengelola waktu terdahulu muncul meminta tanggungjawab. Dan inilah kekalahan itu.saya sudah dikuasai oleh waktu.

Minggu, 25 Desember 2011

Saya beri Judul Apa?

Judul apa yang tepat untuk cerita hari ini? Sore tadi kami terjebak hujan di kolam renang. Tanpa ganti baju langsung berpakaian dan tentu saja basah, kami pulang. Mandi.
.....
Dan seorang teman menelpon mengabarkan pekerjaannya pada hari Minggu ini. Mengabarkan hujan yang mengguyur perjalanannya.

Saya menyesal tidak bisa mendengar suaranya lebih lama karena datang tamu. Saya ingin juga bercerita bahwa saya sudah tidur nyenyak semalam. Bahkan sudah tambah tidur siang .Saya juga ingin ceritakan apa yang menyenangkan saat hujan turun begini, tentu berbagi cerita sambil minum teh panas,berselimut hangat dan memeluk bantal sampai tertidur lagi.

O..O.. sekarang judul cerita ini adalah Biarkan Saya tidur Nyenyak lagi.

Sabtu, 24 Desember 2011

Kukira


Kukira kamu tak kan datang lagi
Kukira tak akan ada kamu hari ini
Kukira kamu pergi diam-diam


Setelah rehat makan siang, saya kembali ke kelas workshop. saya mendapati panggilan berkali-kali tak terjawab di hp saya. Tentu saja saya sangat senang dan semangat saya mengalir cepat walau panggilan balik saya tidak diterima.
begitu terasa perubahan suasana hati saya sehingga pekerjaan yang saya hadapi menjadi menyenangkan juga.

Sembilan puluh menit berlalu teman menelpon lagi. Mendengar suara saja bisa menghanyutkan banyak kegelisahan selama dua minggu terakhir. Saya ingin malam ini menjadi malam yang menyenyakkan tidur saya.

Jumat, 23 Desember 2011

Galau tak Meredam ,hmmm ?

Galau ini tak seperti galaunya Wildan yang meredam. Galau saya tak kunjung reda.Terlebih semalam saya kecewa dan terus bermimpi buruk sampai pagi.
Hati saya memang sedang tidak sehat dan ini berpengaruh pada semua kegiatan fisik saya.

Tidak ada orang sekonyol saya barangkali. Sekarang semuanya sudah berubah menjadi bumerang. Menyentakkan rasa rendah diri saya meningkat ke kelas Introvetmania (ada saja).
saya benci kepada diri saya sendiri yang tidak pernah bisa menyadari siapa diri saya. Saya memang bukan apa-apa. Tidak berarti apa-apa karena itulah seharusnya saya bisa menerima apapun yang orang lakukan untuk saya. Yang teman lakukan pada saya.

Tak ada galau seperti galau saya.

E-Learning

Hari ini hari kedua workshop penyusunan E-Learning untuk bahan ajar semester genap tahun pelajaran ini. Proses pembelajaran berjalan lebih efektif dibandingkan workshop awal bulan lalu. Instruktur usia muda lebih mudah menyajikan ilmunya. Selain tidak banyak bercerita juga cara mereka mentransfer ilmu lebih rileks dan tidak menggebu-gebu alias menggurui. Salah seorang mereka adalah mantan siswa kita juga
Program kerja kali ini adalah menyelesaikan evaluasi menggunakan Grade status setelah membuat summary dan adding new resource dari fail dan dari webset.
Waduh rasanya menyenangkan menjadi guru dengan sistem yang pasti begini. Bahkan tanpa tatap muka rasanya belajar akan terus berjalan.
Tapi jangan lupa bahwa siswa terkadang belajar lebih cepat dari gurunya.
Kemarin kita belajar LMS (Learning Management System) dan besok hari terakhir kita menyusun soal serta mengumpulkan produk.
Libur akhir semester ini padat dengan acara.
Namun dalam kesendirian saya seperti limbung tanpa semangat. Saya merasa tidak sehat memikirkan sesuatu yang menakutkan. Bisakah saya sendiri tanpa teman?

Kamis, 22 Desember 2011


Sekarang saya menggantikanmu Ibu, Saat saya menikah ibu belum setua saya hari ini. Waktu itu Ibu masih cantik dan kuat.Lebih kuat dari anak-anaknya.Lebih keibuan dari kami, sembilan anak yang kau lahirkan. Kami bangga pada Ibu, yang tidak pernah bersekolah tetapi bisa mengajari kami huruf. Yang tidak tahu menulis tetapi bisa menjadikan kami semua seperti sekarang ini.
Banyak cerita anak-anakmu yang pasti membuatmu sedih, tetapi kami mengerti Ibu selalu bangga pada kami, Ibu selalu tersenyum tanpa berkejap melihat kami saat berkumpul.
Banyak harta yang Ayah tinggalkan untuk kami namun peninggalanmu lebih berharga.
Ibu masih mengalirkan cinta sampai detik ini. walau kami semua meninggalkanmu dalam kesunyian rumah tua kita.
Semoga Ibu selalu sehat dan selalu bahagia memiliki kami.

Bagai Kandil di Malam Gelap


Sederhana saja, beberapa ucapan Selamat Hari Ibu pada hari ini dari teman-teman, anak-anak, dan kerabat silih berganti membesarkan hati saya.
Berbagai untaian kata dari yang sederhana, lucu sampai yang kelewat idealis semua bersatu menjadi penerang hati saya yang lupa.
Sekurang-kurangnya kita akan mengambil hikmah peringatan Hari Ibu seperti mengambil cahaya Kandil di Malam Gelap. Membuka mata hati kita agar ingat membalas budi ibu yang mengiringi hidup kita.
Terima kasih Bunda yang Renta, beberapa waktu yang lalu saya sengaja membuat kesalahan. Dan sampai detik ini saya masih menyimpannya,saya menyesal. saya akan meminta maafmu sekali lagi sebelum terlambat. Nantikan saya kembali.Nantikan saya kembali pulang ke pangkuanmu.Menghangatkan rumah kita yang sepi.

Rabu, 21 Desember 2011

Malam Ini

Malam ini saya sudah mengisi ruang kosong kamar saya.Sejak pagi saya mengamati semua yang ada di kamar ini.Juga taman kecil yang menaungi jendelanya. Semuanya tampak segar dalam cahaya keemasan. Saya mendengarkan kicauan burung yang mulai bersahutan. Tidak tahukah mereka perasaan saya. Saya sedih.
Saya menantikan kabar yang tak kunjung datang, keputusasaan sudah mendekat dan tak ada keberanian lagi untuk melawannya. Saya memang berlebihan menafsirkan segalanya. Pikiran-pikiran saya sudah ketinggalan zaman, sehingga saya sering mengartikan kata-kata yang saya dengar sebagai sebuah kejujuran.
Ternyata sekarang baru saya sadari apa itu kata. Kata-kata tidak lebih dari permainan yang menggairahkan namun juga melumpuhkan.Melumpuhkan semangat.

Minggu, 18 Desember 2011

Selamat jalan Melati di Tabal Batas


Banyak hal yang tak terduga saya temukan bulan ini. Saya sudah menemukan teman semasa sekolah di situsnya. Saya memang sudah tidak mengenali fotonya tetapi saya masih mengingat semua identitasnya. Namun....dia sudah Almarhum satu tahun lalu,2010.
Saya sedih juga karena dia menjadi teman yang selama ini saya cari.Dia adalah patner saya dalam banyak kegiatan di sekolah dulu. Kami punya hobi yang hampir semuanya sama.Bedanya dia seorang atlet. Saya tidak.
Pernah ketika kami berdua menjadi duta porseni Jatim, di kelas dia minta saya menyanyikan lagu Gugur Bunga dan setelah itu dia menyanyikan lagu Melati Di Tapal Batas sebelum lomba. Saya mendapat juara 2 dia tidak.
Pada saat ujian akhir, selesai ujian Olah Raga ia menemui saya dan memberi secarik kertas lalu tergesa-gesa pergi.
Di sana tertulis sepotong puisi.Saya tidak mengerti apa maksudnya, sayang lembaran itu hilang entah kemana sebelum saya hafal isinya.
Saya menyesal, sungguh waktu itu saya menyesal selama beberapa tahun lamanya karena dia pergi sebelum mendapat respon saya.Dan kami ketemu lewat surat saja tiga tahun kemudian yang mengabarkan bahwa ia melanjutkan kuliah di Jakarta. Sejak itu kami tidak pernah komunikasi apalagi bertemu.
Muzamil Abdurrahman,alm.Guru SMAN 35 Jakarta.Pernah mengajar di SMAN Libels Jakarta.
Pria ganteng atletis dan pintar itu sudah berpulang, meninggalkan seorang istri.Selamat Jalan Kawan, Tuhan akan menjagamu.

Jangan Biarkan Semangat saya Padam


Malam ini gerimis menutup Malioboro, saya habiskan waktu nikmati suasana hiruk pikuk di depan benteng. Namun hati saya dingin tak ada semangat. Saya terus membayangkan Bali.
Saat matahari mulai tersenyum mengantarkan saya bekerja. Ketika jalanan sepi dalam balutan embun.Semua kini jauh dalam ingatan. Semua yang tertinggal sudah melupakan saya begitu saja.Membiarkan saya limbung tanpa daya. Kemanakah perginya?

Jangan biarkaan semangat saya padam, saya akan setia menjaga pagi apabila matahari masih tetap memancarkan energinya.

Sabtu, 17 Desember 2011

Hujan Menutupi Malam di Yogyakarta

Berjam-jam sejak sore tadi hujan tidak reda. Iramanya teratur seolah tak akan berhenti. Malam Minggu menjadi malam di rumah, padahal rencananya kami mau habiskan malam di depan Benteng dekat Malioboro.
Tetapi tak apalah. Joging satu setengah jam pada pagi hari sudah cukup melelahkan.
Dan apabila besok hujan tidak turun akan kami sambung lagi jalan-jalan ke Jalan Kaliurang.

Siang tadi bertiga kami mengunjungi keluarga di Bantul. Menikmati beranda rumah joglo yang dilengkapi dengan barang-barang antik. Ada tiga buah guci kuno yang menarik perhatian saya karena guci itu seperti barang hasil galian. Garis-garis retakan dan patahan tua jelas tergambar. Kami betah di sana memetik rambutan dan ngobrol hingga sore.

Jumat, 16 Desember 2011

Kerinduan


Ada baiknya dalam kejenuhan kita tingalkan sejenak rumah kita. Agar kita bisa tumbuhkan lagi rasa rindu.Di yogya hujan terus mengguyur membuat kerinduan akan kamar sunyi saya di Bali meyayat-nyayat.
Saya ingin pulang, di sana ada cinta yang meluap-luap dari tetes embun, dari nyanyian burung dan dari desah angin dini hari. Saya sangat merindukannya, kampung halaman kedua yang menyimpan banyak kenangan.

Di sana ada serumpun mawar merah yang tak pernah berhenti berbunga. Saya ingin memetik dan meletakkan di dekat bantalnya sampai fajar tiba.

Malam ini memagut saya dalam sepi.Hujan turun lagi dan tak seorangpun berbagi.

Percakapan terakhir saya hanya dengan Miki Ohashi dan seorang kawan,lewat fb dan seorang pegawai tata usaha yang menelepon dari Bali tadi pagi.
Jadi, saya rindu.

Kamis, 15 Desember 2011

Terbelenggu Oleh karya Sendiri


Sebenarnya kesalahan manusia lebih banyak disebabkan oleh ketakutannya.Manusia seringkali tidak jujur karena ketakutannya. Manusia memilih hidup berkelompok sebenarnya bukan hanya karena manusia adalah makhluk sosial seperti apa yang dikatakan Plato saja.Melainkan juga karna ketakutannya.

Dan saya sudah melakukan kesalahan karena tidak mampu menghadapi ketakutan saya. Sekarang saya terbelenggu oleh karya saya sendiri.Saya takut kehilanagn tempat bersembunyi.saya takut kehilangan.

Selasa, 13 Desember 2011

Jangan Tinggalkan Saya


Malam telah meninggalkan kegelapannya ketika fajar datang.Hujan diam-diam membasahi bumi.
Jangan tinggalkan saya...
Saya tidak sanggup berjalan tanpa kehangatanmu, tanpa panasmu dan tanpa pijarmu Matahariku, bangunlah!
Namun hanya sepi dan waktu berjalan begitu saja merenda pengalaman manusia untuk menjadi kenangan.
Jangan tinggalkan saya...
Namun hanya sunyi dan matahari sudah jauh di puncak kumpulan panas heliumnya.Meninggalkan dingin belahan bumi di sini.

Senin, 12 Desember 2011


Hem, ternyata bingkainya yang membuat gambar kacau ini sedikit enak dilihat.Ini juga reproduksi dari kartu pos.
Gambar berukuran 90X70 ini terpajang di ruang tamu.Menggunakan cat Greco, vangogh dan rembrant. Pigura kayu jati.


Akhirnya terbingkai juga hasil kerjaan saya selama berbulan-bulan.Sebenarnya melihat lagi gambar ini sama dengan mengungkit pengalaman pahit.Saat saya harus berjuang melawan musuh terbesar saya sebagai perempuan bersuami.

Betapa gambar ini mengalirkan pikiran buruk saya menjadi obat pelupa yang efektif dan tidak menimbulkan ketergantungan akan campur tangan orang lain.

workshop berakhir



Akhirnya selesai juga Workshop Penyusunan Diktat dan Bahan Ajar Semester Dua. Selesai kumpul CD kami santai di ruang workshop sambil menunggu Kepsek menutup acara.
Tentu saja macam-macam yang kami kerjakan. Ada yang belajar, ada yang fb-an, ada yang main-main juga. Saya berdua dengan teman mempelajari PDF karena ada file yang tidak terbaca.
Ada teman saya yang tadi mengganggu kawan-kawannya, kehabisan kerjaan dan meletakkan kepala di meja layaknya orang tertidur. Saya potret pas kepalanya yang sedikit botak..Hai! Hai! teriak seorang teman di belakang sambil memandang saya.
Teman itu terbangun dan kami semua tertawa.
Menyenangkan sekali. Saya cabut duluan sementara kawan-kawan makan siang.

Sore di rumah,sepi. Hujan turun deras, bersyukur saya tertidur sehingga kesepian tidak menjadi-jadi.
Namun malam ini nampaknya bakal tidak ada tidur, biar saja. Sekalipun besok ada rapat kenaikan kelas.
Saya ingin menelepon teman tapi saya urungkan.

Minggu, 11 Desember 2011

Insomnia


Harapan saya untuk bisa tidur semalam tidak terwujud. Saya sudah terkena insomnia. Bayangkan dari pagi sampai pagi esoknya mata saya tidak mau tidur.Seharian ini saya hanya bisa terlelap beberapa menit saja.
Jam empat pagi saya buka fb, di sana adik saya menyuruh saya membuat nasi goreng saja, makan, biar bisa tidur. Tetapi saya tidak ingin makan walaupun perut terasa lapar.
Saya mengkhayalkan suatu tempat yang indah dan tenang lalu melanglang buana ke sana dengan coretan di komputer.

Sabtu, 10 Desember 2011

Saya ingin tidur hari ini.


Jam dua workshop penyusunan diktat SMA hari kedua selesai.Dua judul materi ajar terselesaikan walau belum edit. Menyenangkan acara begini. Disamping bekerja bersama juga bersendagurau saat rehat.Lalu melihat-lihat foto di komputer.
Senin lusa kami bekerja lagi untuk terakhir kali setelah itu tinggal tindak lanjut apakah naskah diktat diproduksi apa tidak.
Hari ini acara cukup padat. Menghadiri undangan melaspas sanggah (pura kecil di pekarangan rumah)dan menengok dua orang sahabat yang baru datang dari ibadah haji.
Mata saya ngantuk tetapi masih susah untuk dipejamkan.
Sedikitpun saya tidak bisa melupakan sesuatu, saya selalu menunggu dan hanya menunggu.
Saya ingin tidur dan berhenti menunggu.Saya buat coretan lagi menunggu kantuk datang.

Rabu, 07 Desember 2011

Mengusir sepi




Lukisan pertama merupakan reproduksi dari sebuah post card yang saya beli di Bandara Ngurah Rai. Ide itu muncul dari rasa penasaran saya untuk menggambar anatomi manusia. bentuk dan citraan wajah yang bagi saya sangat sulit diekspresikan.Dan pada akhirnya sampai berbulan-bulan lukisan itu tidak pernah selesai.Saya menyerah.

Lukisan kedua juga reproduksi dari gambar kalender kenangan dari JICA. Foto Tradisi Siram Air di Vietnam. Sekelompok anak laki-laki menaiki gerobak kuda yang berjalan melewati kampung lalu disiram ramai-ramai oleh masyarakat. Saya terkesan lalu melukisnya untuk mengisi waktu pada hari libur dan selepas kerja.
Tahukah anda bahwa ada tiga cat untuk lukisan ini sudah berumur dua puluh tujuh tahun pada saat saya gunakan.Dua cat merk Van Gogh warna coklat Alizarin Crimson Talens dan orange Rou gf Cadmium Talens. Satu lagi warna oranye kemerahan yang identitas labelnya sudah hilang, merk Rembrandt. Tiga cat ini yang masih tersisa, saya beli di toko Gading Murni Tunjungan Surabaya.
Ada nilai historis pada cat ini.
Waktu itu saya pengantin baru yang mengikuti suami ke Bali, saya punya obsesi yang besar bahwa saya akan belajar melukis di Bali.Saya belanja segulung kain kanvas, kuas dan beberapa tube cat minyak sebelum pergi.
Namun sesampainya di Bali profesi baru saya sebagai perempuan bersuami ternyata menyita hampir seluruh waktu saya. Saya sudah tidak punya waktu lagi sepulang kerja.
Beberapa lukisan memang saya buat tetapi tidak ada yang terselesaikan.Selanjutnya mengurus anak melulu. Hingga akhirnya angan-angan itu tidak kesampaian.
Begitulah.

Malam tanpa Tidur


Malam berjalan lamban dan hampa. Tak ada keinginan apapun untuk saya lakukan selain berbaring walau tak bisa memicingkan mata.
Tugas produk workshop tadi siang sama sekali tidak berlanjut di rumah.
Dan alangkah senang ketika ponsel berdering. Hmmmm....
Kabar-kabaran menjadi awal penyemangat menyongsong pagi. Melepas kangen yang bagi saya cukup lama terabaikan.Saya meminta teman memanggil dengan sebutan yang membangkitkan semangat dan gairah hidup saya.Dan saya mendengarnya, saya mendengarnya. Ooo...............................................................,
tak sampai hati saya mengabarkan bahwa beberapa saat tadi saya berpikir kalau untuk apa sebenarnya saya hidup.

Selamat Jalan Kawan


Kawan, malam-malam saya menjadi hampa ketika hati didera kesedihan. Makanpun terasa tidak enak sekalipun saya perlu asupan gizi yang lebih baik karena pekerjaan mengakhiri semester ganjil ini yang padat.
Ada tiga hal yang menjadi pelajaran bagi saya. Kematian kawan itu baru kini saya sedihkan. Kami pernah berjanji suatu hari akan bertemu di Yogya saat dia mengunjungi anaknya. Belum sempat ia mengirim fotonya. Hanya selembar surat dan sepotong Ayat berisi Asma Allah saja, dikirimkan dua tahun lalu yang masih saya simpan.
Dia selalu menguatkan saya walaupun dia sendiri mengalami masalah yang tidak jauh berbeda.Selamat jalan kawan semoga Anda mendapat tempat yang layak di sisiNya.

Kawan dari Padang




Kemarin kami menemui kawan dari Padang Sumatera Barat yang sedang berlibur ke Bali di hotel Arya Kuta. Kami jalan-jalan di seputar Kuta karena kawan tidak bisa mampir Tabanan. Rombongan Dosen STIKES Padang itu terdiri dari empat puluh orang.
Kami seharusnya menjamunya sesuai rencana yaitu makan di Solaria. Namun Si Abang tidak mau makan di restoran tanpa label Halal. Dan memilih makan di Rumah Makan Ayam Taliwang tidak jauh dari Hotel. Saya sedikit kecewa karena makanan di sana tidak enak tidak seimbang dengan harganya yang sangatmahal.
Padahal ketika kami datang ke Padang kami makan di restoran terbaik "Lamun Ombak"
Apa boleh buat. saya memberi tanda mata sepotong kain Endek.

Selasa, 06 Desember 2011

NIRWANA


NIRWANA
“ Tike suka dengan pemandangan di sini?” Laki-laki asing itu tersenyum memandang Atikah.
“ Ya Mister, kehidupan saya ada di sini, Mister suka juga?” Perempuan paruh baya itu menatap lawan bicaranya sambil memegang tas berisi tongkat-tongkat berbentuk sendok sayur yang tergantung di belakang kendaraan. Mobil mungil yang setia membawa Atikah menyusuri jalan-jalan di padang Golf Bali Nirwana Resor setiap hari.
.“ Ya..ya..ya saya suka, saya suka dengan tempat ini.” Laki-laki itu terbata-bata menjawab
Angin pantai mendesir menerbangkan kelambu di ranjang-ranjang kanopi yang berada di puncak. Lalu laki-laki itu memegang bahu Atikah sambil tersenyum. “Naiklah dan kita kembali ke hotel."
Dengan sigap Atikah mengangkat badannya menaiki belakang mobil, berdiri bersama seorang temannya. Tanpa berisik mobil bertenaga baterai itu meluncur tenang menanjaki bukit padang golf menuju ke arah puncak. Di sana sebuah bangunan induk beratap joglo berdiri dikelilingi bangunan-bangunan yang lebih kecil seperti sedang menunggu mereka. Kendaraan itu berhenti sebelum puncak . Setelah Laki-laki asing itu turun Atikah kembali bertugas. Laki-laki itu melambaikan tangan pada Atikah setelah berkata , “ Setelah mandi temani saya, saya tunggu di sana!” Ia menunjuk sebuah kanopi yang menghadap ke laut lepas.
Atikah mengangguk ragu, tetapi ia cepat berpikir .. tentu akan ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang…” Ya Mister”. Akhirnya ia menjawab.
Sudah setengah jam Atikah menunggu sambil bersandar di sudut kanopi. Ia tahu ia tak boleh duduk di sana apalagi menikmati lembutnya bantal dan tilam yang ada di sana. Sementara matahari sudah jauh menggelincir mendekat permukaan laut.

Atikah menoleh ketika terdengar suara langkah mendekat. Dan benarlah Mr Wood yang datang. Ia mengenakan kemeja batik lengan pendek kecoklatan dan celana biasa berwarna krem. Tampak berpakaian seperti itu sangat sopan untuk tamu asing. Atikah mendekat. “ Duduklah di sini di dekatku !’ Mr Wood meletakkan tangannya di alas kanopi memberi isyarat pada Atikah. Lalu Mr Wood sendiri bersila menghadap Atikah sambil sesekali melihat ke pantai. Mula-mula mereka canggung, namun setelah Atikah menyadari bahwa dia diperlukan menemani pria tua itu ia berusaha bersikap ramah.
Pria ini untuk ketiga kalinya datang ke tempat ini dalam satu tahun. Untuk yang kesekian Atikah yang mendampinginya bermain golf. Memungutkan bola yang keluar area , membawakan tongkat golf dan mengambilkan minum dan keperluan lainnya.
“ Kamu tahu mengapa saya datang lagi kemari Tike..Eh siapa nama kamu?
“Atikah Mister. Orang biasa memanggil saya Tikah.” Jawab Atikah
“ Kamu tahu kenapa? Saya datang kembali ke sini?” Mr Wood mengulangi pertanyaannya.
Atika tahu, sebenarnya ia tahu apa jawaban pertanyaan itu. Namun ia tidak akan gegabah mengatakan bahwa karena dia lah lelaki itu datang lagi. Lelaki itu pernah mengatakan padanya bahwa suatu hari ia akan datang dan menemuinya.
“ Mister berlibur dan berolah raga disini dan menikmati lagi keindahan sunset di sini. Begitukan ?”
Suara Atikah terdengar semangat. Dan tawa ringan menyertainya.
“ Saya senang melihat kamu tertawa seperti itu. Kamu sehat dan membuat saya ingin terus kamu temani. Kamu tentu tidak keberatan , Saya tahu kamu juga ingin teman.” Mr Wood menyelonjorkan kaki “ Itulah yang membuat saya memilih berlibur di sini lagi.” dan ia menyandarkan badannya ke tumpukan bantal dengan kedua tangan bersilang di belakang kepala.
Atikah membantunya menata bantal lalu bergeser ke samping, mengadap ke pantai. Ombak terus berkejaran menghempaskan diri ke dinding karang yang terjal.
“ Lihat Tike, matahari itu sinarnya mulai redup dan panasnya juga berkurang. Itu artinya ia sudah terlalu capai bersinar”
“ Seperti manusia juga ya Mister, seperti kita yang sudah capai karena tua, begitu kan Mister? Suara itu manja didengar Mr Wood. Dan laki-laki itu tersenyum senang, bukan untuk kalimat yang Atikah ucapkan melainkan untuk suara manja perempuan itu, suara hatinya yang senang seperti halnya hati Mr Wood sendiri.
“ Kamu pandai Tike.Dan setiap ke sini saya selalu memperhatikan bagaimana matahari itu perlahan-lahan berubah cahayanya sampai akhirnya ia masuk ke dalam air.Tenggelam kemudian cahayanya padam.” Lelaki tua itu berkata-kata.
“ Artinya apa Mister? Apakah kematian maksudnya? Kali ini Atikah bersungguh-sungguh.
“ Bisa juga begitu. Tetapi coba kamu lihat di bawah sana ombak tidak pernah berhenti berlari seperti anak muda dan anak-anak yang selalu bersemangat tidak mengenal lelah. “
“ Atau kamu lihat itu di sana, dua perahu nelayan, mereka pemberani yah kapan mereka kembali? Mr Wood menunjuk pada dua benda kehitaman jauh di tengah laut yang mulai samar-samar.
“ Mereka akan kembali besok pagi Mister, kecuali….” Suara Atikah sedikit serak dan melambat.
“ Mereka mengalami kecelakaan maksud Tike?” Tanya Mr Wood
“ Ya.” “ Seperti suami saya.” Atikah menelan kesedihannya. Mendengar itu Mr Wood kaget dan ia duduk tegak menatap perempuan baya itu. Dalam keremangan senja tampak anak-anak rambut perempuan itu mulai memutih.
“ Tike! Atika! Maafkan saya telah membuat kamu sedih! Suara Mr Wood dengan tekanan berbisik, melihat raut wajah perempuan itu layu.
Atika hanya mengangguk.
Tanpa disadari Mr Wood mengelus pipi Atika dengan tangannya yang mulai keriput. Atika mengalihkan tangan itu namun ia merasakan getaran hangat tangan laki-laki itu merayapi hatinya. Ia membutuhkan tangan itu dan enggan menjauh darinya. Perlahan ia menyentuhkan jari-jarinya ke tangan hangat itu namun tangan Mr Wood lebih cepat menangkap tangannya dan menciumnya. Perempuan itu gemetar membiarkan tangannya menempel di bibir Mr Wood.
“ Atika.Atika kamu sangat menderita. Tapi kamu tidak perlu takut, Saya akan menemani kamu kalau kamu mau. Pikirkan itu.”

Matahari sudah sangat dekat dengan permukaan laut, membiaskan cahaya jingga. Beberapa penghuni hotel sudah berkumpul di ujung lapangan di bibir pantai. Dari kanopi Atikah, tampak kumpulan orang yang akan menyaksikan sunset, terlihat seperti siluet-siluet tegak lurus yang menghadap bola bundar kemerahan di ujung langit.
Para koki sudah sibuk menyiapkan dinner di area terbuka di bawah pohon-pohon kelapa, yang dihiasi lampion lampion warna kuning.
Sekelompok petugas yang akan menyalakan obor dan lilin yang dipasang di sepanjang jalan menuju pintu gerbang hotel, sudah siap. Mereka memukul gamelan lirih diselingi suara seruling, mengiringi tiga penari dan dua petugas pemantik api yang berjalan perlahan. Mereka melangkah seirama dengan pukulan gamelan.
Mr Wood melepaskan dekapannya dan membiarkan Atika berlalu ketika matahari telah tenggelam ke dasar Samudera.
“ Tike, lihat matahari sudah tenggelam dan dia akan tidur di alam keabadiannya. Besok kembali temui saya ya jam enam saya mau melihat matahari terbit!”
“ Ya Mister” Jawabnya pendek malu-malu sambil menghentikan langkah sebentar.
“Wood, ucapkan Wood saja” Kata Mr Wood. Perempuan itu tertawa tipis.

Keesokan harinya. Pagi-pagi Atika sudah berseragam. Training kuning bergaris hijau tosca dan kaos putih lengan panjang, topi warna krem, bersepatu boot putih.
“ Wood..Wood saya akan membangunkanmu matahariku.” Ia berbisik sendiri bergegas berangkat.
Ia sudah memutuskan dan pasti Wood akan senang mendengar keputusannya.
Di puncak bukit tampak orang berkumpul seperti ada upacara, sebuah mobil warna putih terparkir di ujung jalan setapak menuju hotel.
Atika bertanya pada petugas keamanan apa yang terjadi. Petugas itu menjawab bahwa ada tamu yang meninggal.
“ Oooo..”….Bisiknya.
Atika mempercepat langkah karena melihat di ujung pantai sebelah timur matahari sudah hampir pecah. Di depan lobi dia berpapasan dengan beberapa orang yang mengusung tandu. Di sana terbaring sosok yang tertutup kain putih.
" Ya Tuhan! Itu Mr. wood! Itu Mr. Wood!" Katanya membaca tulisan yang ditempel di tandu.
Atika berlutut memohon untuk diijinkan melihat wajah Wood. Ia tahu orang tidak akan menggubrisnya sehingga ia berkata keras-keras “ Dia Mister Wood. Pagi ini ia akan melamar saya. Saya akan membangunkan dia. Dia matahari saya.Please! Semua tertegun.

Tandu itu diberhentikan sebentar di pintu ambulan lalu Atika dipersilakan melihat wajah serta memberikan penghormatan terakhirnya kepada Mr. Wood.
“ Wood kamu cinta saya, lamaranmu saya terima. Dan sekarang kamu bisa melihat matahari terbit dengan mata saya. Kembalilah ke tempat keabadianmu.” Perempuan itu meratap di sisi tandu.
Perlahan pintu ambulan ditutup. Tubuh Atikah terkulai roboh di rerumbutan basah ketika ambulan meninggalkan tempat itu. Berjalan cepat melintasi padang hijau yang diselimuti embun. lalu hilang di balik bukit menyisakan suara sirine yang menggema di padang sunyi. Meninggalkan Nirwana yang penuh duka, duka Atikah.
Dari arah pantai terdengar amar-samar gemuruh ombak tak ada hentinya sepanjang waktu, sepanjang keabadiannya.




a

Senin, 05 Desember 2011

Larut malam kali ini Menuju Pagi yang Baru


Berganti-ganti antara memeriksa kerjaan murid, merenung dan menikmati lagu-lagu di radio sedikit mengurangi kesedihan dan kegelisahan. bertambahnya usia sepertinya hanya berpengaruh pada perubahan fisik dan fungsi organ tubuh saja. Sementara pikiran dan perasaan serasa tidak ada yang berubah. Masih bisa sedih, gelisah dan mungkih juga bahagia.
Juga selera rasa dan keinginan hanya sedikit saja perubahannya.Atau mungkin belum sampai waktunya ya.
Tetapi sesuatu yang baru adalah adanya kesadaran terhadap apa yang sudah terjalani sepanjang usia kita.
Jika sudah begitu ada rasa penyesalan terhadap apa yang telah terabaikan oleh waktu. Andai mesin waktu itu benar-benar ada untuk memutar waktu ke belakang!???

Larut malam ini tidak akan kembali siang melainkan menuju pagi yang baru, semoga pagi ini membawa inspirasi baru yang akan menyegarkan kembali pikiran kita.

Belum Pernah Seperti ini


Belum pernah saya merasa sedih seperti saat ini. Kesedihan yang bergulir begitu saja seperti air mata saya yang meleleh tanpa terasa. Trauma?
Ya saya seperti berada dalam masa sulit itu lagi. Saya gelisah dan pekerjaan saya terbengkalai.Berlembar-lembar daftar nilai yang harus saya rekap terbengkalai di meja.
Kepala rasanya penuh oleh banyak pertanyaan.
Mestinya hari ini saya sudah fokus pada kerjaan setelah beberapa hari mengurus tamu.
kabar yang baru saya baca membuat saya sangat sedih. Sementara dua hari lalu seorang kawan spiritual, saya sms untuk mengetahui kabarnya tetapi tidak segera dibalas.Hingga kemudian ada balasan yang menyatakan permintaan maaf atas nama almarhum....saya tertegun. Kawan saya pergi menghadap Sang Khalik tiga puluh Oktober 2011 karena komplikasi. Kami sms-an terakhir pada satu Muharam ketika beliau mengingatkan saya untuk puasa. Saya masih ingat betul dalam obrolan terakhir beliau mengatakan bahwa ajalnya sudah dekat tetapi dia masih sering membuat dosa. Saya menganggap itu berlebihan, saya tahu beliau sangat sehat di usia tuanya.
Ternyata sekarang saya kehilangan sungguh, kehilangan kawan bertukar pikiran.

Dan hari ini saya tahu saya akan sangat kehilangan lagi dalam waktu yang tidak terlalu lama. saya akan kehilangan teman kecil saya. Begini berat rasa ini, namun saya hanya bisa menerima dan berharap Tuhan akan menghibur segala kesedihan saya.
Tuhan akan membuang jauh-jauh semua yang menyedihkan saya.

Jumat, 02 Desember 2011

Sunset di Bali Nirwana Resort




Matahari masih menyisakan kehangatan di padang golf Bali Nirwana Resort sore ini. Sejauh mata memandang yang tampak adalah keindahan alam semata. Kolaborasi hijau rumput dan pepohonan dengan tebing karang dan ombak di laut lepas.
Kami bertemu orang-orang yang ramah dan selalu ada senyum di bibir mereka, Suasana tenang penuh kedamaian, hanya sesekali mobil bertenaga baterai melintas membawa pegolf dan dua cady yang berdiri di bagian belakang mobil mungil itu.
Beberapa saat kemudian beberapa tamu mulai berkumpul di tempat terbagus untuk menyaksikan sunset.
Tepat jam enam serombongan petugas hotel keluar. Mereka tiga gadis remaja berpakaian penari dengan membawa sesaji, empat penabuh gamelan, dua pembawa payung, dan dua orang dengan baju putih tulang membawa pemantik api. Setelah gong mulai dipukul dan membunyikan gamelan serta seruling yang lembut di padang sunyi itu, tugas segera dimulai.
Mereka berjalan perlahan-lahan seirama pukulan gong dengan senyum dan sapa memandang setiap orang yang ditemui. Saya mengambil foto dan mereka terus tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Seorang dengan pemantik api yang berbentuk tongkat mulai menyalakan obor yang dipasang berbaris di kiri kanan jalan yang meliuk-liuk melintasi padang golf. Dan seorang lagi menyalakan lilin di dalam pot kuning yang diletakkan di sepanjang jalan yang sama. Lampu-lampu pun mulai dinyalakan sehingga menambah eksotisnya pemandangan menakjubkan ini.
Di tempat ketinggian di bawah naungan pohon-pohan kelapa, tampak para pegawai sibuk menata meja untuk dinner. Lampion berbentuk bola besar dan kecil bergelantungan temaram dalam rembang petang.Tidak jauh dari tempat itu ranjang-ranjang dilengkapi dengan bantal dan kelambu putih yang melambai-lambai ditiup angin.

Wow jauh di kaki langit selatan, bola bundar matahari sudah membara!! indah!! Namun sayang beberapa detik saja ia sudah tenggelam meninggalkan warna lembayung yang menyebar di sana. Kesunyian pun mulai merayapi tempat ini. Satu persatu tamu kembali ke kamar. Di rerimbunan rumpun pandan suara serangga dan burung yang kembali ke sarang mulai terdengar pilu.

Rabu, 30 November 2011

PIN Oleh-oleh dari 26 SEA GAMES Indonesia 2011



Kemarin saat saya memasuki kelas, seorang murid memanggil saya,tentu saja saya kaget karena dia adalah Manik. Spontan saya jabat tangannya, karena Manik yang ada di hadapan saya ini adalah peraih dua Medali Emas dalam olah raga cabang bela diri putri di ajang Sea Games yang berakhir minggu lalu.
Saya mendapat oleh-oleh sebuah PIN Sea Games. Dan dia berjanji besok (hari ini) akan membawakan lagi satu PIN yang didapatkannya dari Vietnam dan foto Kemenangannya di kamboja sebulan lalu.Saya senang dan ia bercerita hari ini selepas ulangan dia akan diwawancarai. Ya ini hari kedua ia belajar kembali.

Senin, 28 November 2011

Malam yang Terlalui


Tiga perempat malam sudah terlewati ketika deru angin malam membawanya ke kamar. Menyisakan udara panas yang menyambar-nyambar tubuh manakala ia pergi. Barulah ketika saya nyalakan kipas angin udara terasa nyaman sehingga saya bisa tertidur lagi.
Menjelang subuh saya terbangun lagi untuk menikmati kehangatan selimut ketika dingin mulai merayap. Alangkah nikmatnya malam yang sudah berlalu walau tanpa hujan.
Dan rasanya badan segar kembali saat menunggu waktu dan menghabiskan mimpi.
Di balik jendela rembang cahaya sudah mengintip pertanda aktifitas hari ini harus dimulai. Terima Kasih Sang Pencipta! untuk pagi indah ini..biarlah matahariku manja dalam selimut kabutnya.

Minggu, 27 November 2011

Gili Trawangan



Desember nanti kalau Tuhan menghendaki kami akan kembali ke pulau ini. Pulau Gili Trawangan dekat P.Lombok. Pulau eksotis yang bisa dikelilingi dalam waktu satu jam berjalan kaki.Kami akan mencoba dengan berjalan kaki.Karena tempo hari kami mengelilingi pulau dengan naik dokar. Satu-satunya transportasi umum di pulau ini selain sepeda gayung.
Ingin juga menikmati lagi dunia malamnya yang hingar bingar oleh suara musik ketika party sedang berlangsung di halaman hotel yang menghadap pantai lepas. Pukulan drum yang sangat keras dengan irama panas seperti akan menenggelamkan pulau kecil ini.Pengunjung pulau ini didominasi wisatawan asing. Mereka berjubel dan berdesakan memenuhi cafe yang ada di sepanjang pantai. Sangat kontras dengan suasana siangnya yang lengang dan kosong.
Yang paling menyenangkan di sini adalah mandi dan snorkeling di pantai karena suasananya yang tenang dan pantainya bersih.

Desember nanti kalau Tuhan menghendaki kami akan kembal

Tak Sepadan


Perlahan-lahan ter-eja dalam ingatan, sepotong puisi :

Aku kira
beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia

Sedang aku mengembara
serupa Ahasveros dikutuk disumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
tak satu jua pintu terbuka

Jadi, baik kita padami unggun api ini
karena kau tak kan apa-apa
Sedang aku terpanggang tinggal rangka


Tak sepadan, puisi ini berulang-ulang menggema di dalam memori saya. Menguatkan jiwa serta mempertegas batas antara khayalan dan kenyataan yang saya lihat. Hanya pikiran gila yang berlebihan saja yang menyadap puisi ini sebagai tameng untuk menutup kegalauan.
Namun nyatanya ....kini terjadi bahwa kata-kata penyair ini telah menguatkan dan menyingkirkan rasa kecewa berkepanjangan.

Bahwa ada orang lain, bahkan mungkin jutaan orang lain punya pengalaman yang sama dan mengambil sikap yang sama, adalah wajar. ya, pengalaman memang bersifat universal.
Sedangkan pengambilan keputusan adalah kemandirian. Tidak ada campur tangan orang lain yang bisa menghasilkan keputusan tepat bagi seseorang.
Ouuu saya ngelantur.
Intinya prinsip yang termuat dalam puisi di atas ada baiknya ketika seseorang berada dalam posisi seperti penyairnya, Chairil Anwar.

Sabtu, 26 November 2011

Murung


Saya lupa hari ini hari sabtu,tadi pagi saya bangunkan teman.dan hal ini menajdikannya hari yang amat murung bagi saya.Sore saya mendapati panggilan tak terjawab. Saya tak bisa menelepon balik.Baru menjelang maghrib saya bisa melakukan.
Namun..
dengan cepat kegembiraan berubah menjadi kekecewaan. Cerita teman membuat semangat saya padam perlahan-lahan.Apalagi percakapan itu putus lagi sebelum cerita selesai
Saya hanya bisa tercenung dan merenung lagi. Apa sebenarnya maksud cerita itu, sengajakah ia yang beberapa kali mengulangnya. Hampir saya menghentakkan kaki menahan kesal. Kegembiraan yang saya dapat sehari bersama Kusuma Dewi tertimbun oleh munculnya cerita kosong, cerita murahan yang selalu merusak suasana hati saya.
Sebenarnya malam Minggu ini saya mau menikmati malam dengan rileks dan menyenangkan. Ternyata yang saya dapatkan hanya kecewa dan kesal saja.
Masih adakah kekesalan setelah ini. Saya tak mau lagi mendengar.

Kamis, 24 November 2011

Bagaimanapun Saya Bisa Menerima


Pada mulanya sangat kesal, ketika lepas dinihari tadi saya kecewa berat.Mimpi itu mencampakkan saya. Saya tak habis mengerti kenapa saya tercampakkan oleh impian saja.Impian yang dibangun oleh imajinasi hampa. Namun saya harus menerima karena saya sadar bahwa impian untuk saya tidak selamanya indah.

Ada satu yang saya dapatkan semalam, bahwa saya menjadi lebih bisa menyelami relung kehidupan dan bisa lebih tahan terhadap pukulan dan campakan perasaan saya sendiri.

Cukup lama saya merenungi lintasan mimpi yang tumbuh dari suara bisik angin yang menerobos dinding kamar.
Namun pada akhirnya saya hanya bisa tertegun sampai subuh menjelang. Dan diam-diam saya tersenyum sendiri lalu terlena kembali dalam dekapan selimut pagi.

Dan saya tak bisa mengucapkan selamat pagi pada matahari dan bumi telah melindungi saya semalam.

Selasa, 22 November 2011

Sapaan Ohashi Miki


Yang istimewa dari komunikan di fb saya saat ini adalah sapaan Miki dari Fukushima.Ia mengucapkan selamat untuk keluarga, lalu saya kabarkan acara saya di Jatim selama seminggu tengah November lalu. Ia senang dan selanjutnya ia meminta saya untuk mengirimkan gambar. Selalu setiap acara jalan-jalan atau apapun ia akan meminta saya untuk mengirimkan gambar.
Miki masih cinta Indonesia.Obsesinya untuk mengetahui lebih banyak tentang Indonesia belum surut.
Hari ini saya akan email dia dengan foto-foto acara keluarga dan acara jalan-jalan saya.Seperti dia sering mengirim foto-fotonya kepada saya.Acara keluarga, jalan-jalan dan musim yang berganti di Fukushima. Ketika semuanya tertutup salju, rumahnya, pohon-pohon dan jalanan semuanya putih dan pucat. Atau daun-daun yang bersemi kemerahan saat musim panas dan semarak bunga sakura yang menutupi kotanya.

Saya tersenyum sendiri mengenang kata-kata Takashi saat kami berpisah, bahwa apabila nanti dia kaya dia akan mengundang saya ke Fukushima lalu saya mendoakannya semoga dia cepat kaya sebelum saya terlalu tua untuk jalan-jalan ke sana. kami tetawa gembira bersama.

Senin, 21 November 2011

Perpisahan dengan mahasiswa bimbingan

Senin sore kemarin merupakan hari terakhir bimbingan praktik mengajar mahasiswa di sekolah saya. Bersama dosen pembimbing ujian praktik dilaksanakan di kelas selama delapan puluh menit. Setelah itu berakhirlah sudah kegiatan mengajar bersama selama tiga bulan. Dan selanjutnya sepenuhnya kelas saya pegang kembali.
Pagi tadi Kusuma Dewi datang ke sekolah mengembalikan buku yang saya pinjamkam kepadanya. Dia tampak lebih cantik dan segar dengan pakaian bebas, tidak berjaket almamater.Menemui saya yang sedang mengajar di kelas IPA6. Sayang kami tidak sempat berbicara banyak, ia pergi setelah mengucapkan terima kasih.
Kusuma Dewi, biasanya dia selalu bercerita seputar kebiasaan hidup di desanya. Termasuk keyakinannya terhadap hal-hal yang tidak masuk akal seperti penyebab sakitnya, arti mimpi-mimpinya, kesalahpahaman yang terjadi di antara keluarga dan kerabat selalu dikaitkan dengan adanya orang lain yang membuatnya begitu.
Begitulah Kusuma Dewi, sekalipun ia sudah menempuh pendidikan tinggi pola pikirnya masih dipengaruhi keyakinannya akan hal yang tidak jelas.
Dan kini Kusuma Dewi sudah berlalu.

Bangun semangatku!


Manusia menemui kelahiran setiap hari, yaitu kala terbangun pada waktu subuh. Menghirup udara baru, yang bersemi di antara perpisahan kegelapan dan cahaya, di antara dingin malam dan sejuknya pagi.

Ada saatnya saya perlu menunggu beberapa menit lagi untuk menarik selimut matahari dan menjemputnya dengan senyum.
Dan membiarkannya menggeliatkan energi untuk memulai tugasnya sepanjang hari. Begitulah, bersamanya segala kehidupan akan berjalan.

Pagi, daun cempaka berserakan di luar pintu gerbang memberi tugas baru, tugas pertama saya hari ini. Sementara kelopak bunga kuning belum rontok karena semalam angin menyelinap diam-diam.

Selamat pagi! Bangun matahariku, bangum cintaku, bangun semangatku. Di balik bukit bulan sabit sudah menggelincir ke kaki langit.

Minggu, 20 November 2011

Selamat Pagi Matahari


Senin,21 November 2011
Jam 05.50 saya mengawali hari dengan ragu apakah saya akan melakukannya atau tidak. Namun saya harus mengalahkan kepengecutan saya sendiri. saya harus melakukannya.Bangunlah matahari!
Dan matahari, apakah hari ini akan bercahaya atau tidak, saya tidak peduli.
Kelopak bunga kuning berguguran memenuhi jalanan depan rumah serta dedaunan kering memanggil untuk dibersihkan.
Pagi yang sepi...para pegawai kantor pemerintah belum memarkir mobilnya sepanjang jalan. saya membuka pagar dan memberi senyum pada neighbour yang sedang menyapu juga.
Betapa nikmat pancaran lembut matahari menghangatkan punggung saat saya berjemur di rerumputan.
Sudah lama saya tidak menikmati pagi seperti ini. Baru kali ini saya bisa memulai rasakan suasana pagi hari di rumah.
Namun,..
Sepi begini membuat saya sedih, saya sudah terbelenggu oleh perasaan sedih yang menggila. Saya meratapi kesedihan saya. Kebahagiaan yang saya temukan ternyata menyimpan derita. Saya menderita sekarang. Saya sudah terjatuh ke dalam jurang perasaan yang dalam.
Malam sudah memberi saya kecewa. Malam memberi saya kemarahan. Malam mengharuskan saya menerima.
Malam telah meninggalkan kesedihan untuk saya.

Bulan Kebosanan


Bulan November sepertinya menjadi bagian dari waktu yang membosankan. Tidak banyak perubahan jumlah postingan para blogger yang saya ikuti. Saya pikir hanya saya yang mulai malas posting, ternyata rata-rata mereka menulis hanya satu judul dalam bulan ini.Bahkan beberapa blogg tidak bertambah dan ada yang sudah tidak aktif lagi.

Hari ini keletihan selama seminggu terakhir mulai berkurang. Perjalanan selama lima hari ke Jawa Timur membuat kondisi fisik dan mood tidak terlalu baik.
Acara pernikahan itu sudah terlewati.Dan sekarang rekondisi seperti semula sedang berjalan. Mengenali lagi keadaan dan kebiasaan di rumah, lingkungan dan tempat kerja.
Beruntung saya punya asisten, mahasiswa PPL yang sedang praktik mengajar. Kusuma Dewi, gadis yang sangat setia dan penurut. Walaupun beberapa RPPnya saya coret untuk diulang kembali, ia tidak tampak kesal.
Dan dengan penuh tanggungjawab ia selesaikan semua tugas yang saya limpahkan kepadanya. Sore nanti kami akan berkonsultasi dan mengajar bersama lagi.
Saya senang ngobrol dengannya, ia selalu mengabarkan semua kegiatannya seperti cerita seorang anak kepada ibunya. Mmm..ibunya sudah tidak ada.

Sabtu, 05 November 2011

Oooo....Cukup Senang


Jam empat pagi hari ini saya sudah di dapur. O..O ada panggilan yang tak terjawab. Sayang saya baru tahu dan saya harus segera berangkat. Kalo saja tadi saya tahu wah pasti menyenangkan karena cukup lama kami tidak ngobrol.
Siang ada enam panggilan lagi.aaah saya pasti membuat kesal. saya panggil balik namun...
Tetapi saya cukup senang juga masih diingat teman. Seharian kemarin adik saya juga mengatakan kekesalannya jika menelepon saya. Begitu pula adik saya di Sumbawa barusan juga mengatakan kesal karena saya sulit dihubungi.
ya...ya memang banyak yang harus saya kerjakan. Sedangkan hp berada di kamar.

Sore ini saya menghubungi teman lagi dan gagal lagi.Barangkali rasa penasaran ini akan membuat kami lebih enjoy bercerita pada suatu saat nanti.

Jumat, 04 November 2011

Gempa sesaat lalu

Mengejutkan suara getaran atap rumah malam ini pada pukul 23.05 WITA.Menyadari ini gempa bumi saya segera menuju pintu depan sambil memanggil anak saya di lantai dua/
Hanya beberapa detik saja dan suasana tetap sepi tak ada seorangpun yang panik. Gempa ini bergerak naik turun sehingga tidak begitu terasa bergoyang.
Saya ingin mengabarkan tetapi pada siapa, malam begini kerabat juga sudah pada tidur. Akhirnya ya sekarang baiknya tidur saja, mata saya sudah sangat mengantuk
Saya berdoa agar saya melihat lagi hari esok.Dan harus lebih baik dari hari ini.
Selamat malam.

Kamis, 03 November 2011

Hentakan Hujan yang Sama

Hentakan suara hujan di atap fiber glass sore ini masih sama dengan hujan tahun lalu. Bedanya suasana hujan sore ini tidak lagi berarti apa-apa.Hujan enggan berlama-lama bisa dinikmati.Beberapa menit saja berlangsung kemudian meninggalkan basah di dedaunan dan ranting pepohonan. Butir-butirnya berjatuhan ketika udara kembali bergerak.
Indahnya butiran air hujan yang masih menempel di pucuk daun dan di sudut-sudut ranting, sebenarnya tidak ada istimewanya, hanya perasaan rindu yang membuat pemandangan ini menjadi indah.
Betapa manusia mempunyai rasa rindu, rindu akan apa yang kadang-kadang tidak kita tahu.
Tidak kurang-kurang penyair yang meratapi kerinduannya kepada sesuatu yang samar, seperti Amir Hamzah dalam Buah Rindu, Y.E. Tatengkeng dalam Rindu Dendamnya. Berpuluh-puluh sajak Perancis Jacquez(?) juga berbicara tentang rindu akan Hujan yang Turun di Bress.Belum lagi Kahlil Gibran dalam Sayap-sayap Patahnya.
Kerinduan kepada kekasih yang tidak pernah dilihatnya sampai akhir hayat.
oooooh

Rabu, 02 November 2011

Tanaman saya sudah gondrong

Begitu sibuknya sampai-sampai hari libur pun saya tak punya waktu untuk mengurus tanaman. Ada tiga tanaman hias yang perlu perawatan saya yaitu bonsai beringin dan pohon Dewa Ndaru.
Setelah hujan usai sore ini ketiganya saya pangkas. Aroma daun Dewa segar merangsang dan menyehatkan. Saya suka baunya yang khas saat pucuk-pucuk rantingnya dipangkas. Daun-daunnya yang muda kecil kemerahan mengkilat membuat mata tak bosan melihatnya. Sebagian ranting tanaman ini melindungi bingkai jendela dari terik matahari di siang hari. Dan menjadi hiasan dari balik jendela kaca.
Matahari sore sudah menyiramkan cahaya keemasannya. Saya ingin beristirahat dan menunggu lagi kalau ada kabar dari luar sana. Tenyata sama sekali tidak ada kabar yang masuk di ponsel saya. Ya biarlah saya menulis saja. Menulis ini mengantar rasa kantuk yang tadi terabaikan. Saya ngantuk sekarang, saya mau menuruti kelopak mata saya yang mulai redup dan pasti kuyu. Baik, selamat tinggal matahari saya akan menyongsong senja dengan mimpi-mimpi yang sudah melayang-layang di benak saya. Dag..

Selasa, 01 November 2011

Dua November 2011

Sejak akhir Oktober harapan akan bulan November ini harus lebih baik dari sebelumnya terus bergulir dalam pikiran saya. Ada satu moment penting dalam kehidupan saya yang terlindas begitu saja. Moment itu telah berubah menjadi kegetiran dan tidak nyaman lagi untuk diingat-ingat. Moment itu ternyata menjadi awal kehancuran hidup saya.
Sejak ikrar janji itu diperdengarkan seribu jarum siap ditusukkan ke ulu hati saya.
Saya bertemu manusia yang super egois dan sombong.
Dalam minggu pertama perkawinan saya, karakter saya dibunuhnya secara perlahan. Berbagai kata dan kalimat yang menyakiti perasaan saya diumbar sampai-sampai saya hanya bisa menggeleng dan berlinangan air mata. Saya hanya bisa menyebut kata " Ibu!..Ibu!" setiap kali kepedihan saya tak tertahankan. Saya yakin ibu akan menangis andai beliau memahami hati dan perasaan anaknya yang tercabik saat itu.

Namun...sekarang saya sudah menjadi orang tua yang kuat. Sampai detik ini Ibu saya melihat saya sebagai perempuan yang beruntung dengan anak-anak yang baik dan tidak kekurangan suatu apapun.
Setiap kali Oktober datang saya gelisah. Ada satu hari di bulan itu yang membuat saya tidak nyaman. Saya benci tanggal itu, saya tersiksa sehingga saya menganggap tanggal itu tak ada. Dan barulah apabila bulan Oktober tergantikan saya merasa lega seolah terbebas dari sebuah belenggu.
yah..Selamat tinggal Oktober dan biarkan saya memulai bulan baru dengan perubahan' Saya ingin menuai harapan baru pada bulan ini.
Semoga tercipta lagi keindahan di taman hati dan perasaan saya. Amien.

Terbang Malam

Tepat pada 00.00 saat ini, terdengar gemuruh mesin pesawat membelah kesunyian malam. Suara itu menimbulkan rasa kacau dan menakutkan seperti suara air bah yang akan melanda. Panjangnya malam ini memperdalam kesedihan dan kesendirian.
Tetapi sebenarnya dalam kesedihan ini tersimpan kenangan yang sudah menyuburkan semangat hidup saya. Kesedihan ini bergayut di dada, memberat seperti butir-butir air hujan di ujung daun menunggu detik kejatuhannya.
Kesedihan ini tak punya suara untuk diteriakkan. Berjuta kata tidak akan bisa mengungkapkannya.
Bahwa manusia punya kelebihan dibandingkan makhluk lain, adalah apa yang ada di dalam dadanya.Kalbu.Kalbu manusia kaya akan rasa.Dan sayatan kesedihan yang ada di dalamnya lebih tajam dari sayatan mata pisau.
Hati manusia yang memerintahkan perasaan untuk bersedih dan sebaliknya.Apabila pikiran tidak pandai mengendalikan hati niscaya hati manusia akan melakukan semua kehendaknya dengan semena-mena.
Karenanya menahan kesedihan adalah pengendalian.Biarkan rasa itu pergi, terbang bersama malam mencari landasannya sendiri.

Minggu, 30 Oktober 2011

Tidak ada lagi kepekaan


Barangkali benar bahwa ketika kita berharap, kita tidak menyadari akan adanya tipuan di dalam harapan itu. Kita menjadi kehilangan kepekaan terhadap hal-hal yang memperdaya kita. Kita tak memiliki sense of humanity' hanya karena terlalu berharap.

Kualitas hati dan perasaan setiap orang tidak sama. Sangat salah apabila saya harus menggunakan ukuran saya sendiri untuk menilai hati orang lain.
Cukup sudah bayangan samar itu mengatakan bagaimana pemiliknya.Bayangan itu terkadang menyimpan ketidakjujuran.
Dan siapakah yang bisa mengubah bayangan selain pemiliknya. Maka biarlah waktu jua yang akan menjawabnya.

Pagi Berhujan

Pagi saya sengaja bangun melambat. Jam enam persis. Tak ada seorang pun saya bangunkan karena ini hari Minggu, hari beristirahat.
Kegiatan saya awali dengan belanja ke pasar. Hari ini akan ada tamu singgah. Hujan mengguyur saya di jalan namun saya tidak berteduh. Menikmati derasnya air sambil mengingat masa kecil, bermain dengan teman-teman jika hujan turun lebat.
Berlarian sekitar rumah dan di pinggir jalan serta berebut air cucuran di samping rumah.Senangnya, dan setelah hujan reda kami teruskan bermain air di empang sambil berlomba mejajagi kedalaman empang.
Masih saya ingat juga kami akan mengambil kain batik nenek lalu membuatnya menjadi pelampung.Dengan pelampung kain itulah kami belajar berenang. Kami berenang lucu sekali dengan membanting-banting kedua kaki sehingga menimbulkan suara ribut dan teriakan-teriakan riuh karena cipratan airnya mengenai muka teman.
Oh siapa saja mereka ya saya sudah melupakannya.
HMM saya sudah melamun.
Dari teras depan saya melanjutkan memandangi air hujan yang menetes dari ujung-ujung daun palem. Hujan kali ini hambar tak membawa satu pesan apapun.
Sedang apa perasaan saya ya? Tidur ataukah....
Biarlah hujan terus membasahi semuanya. Saya senang menikmatinya, menikmati suaranya.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Kesibukan yang membuat rasa sakit

Begitu sibuknya hari-hari terkhir ini sehingga membuat kesehatan saya menurun. Saya tidak menyadari waktu yang berjalan cepat. Sehingga siang hari sudah menjadi sore lalu pagi lagi. begitu seterusnya.
Sore tadi ada empat panggilan telpon. Saya senang namun saya terlalu capek dan ingin segera tidur. Dan apakah ada gunanya saya telpon balik?
Ah cukuplah bagi saya bahwa ada yang mengingat saya hari ini. Saya mulai tidur sore saya dengan tersenyum dan pulaslah saya karna saya bangun ketika hari sudah petang. Saya merasa sehat setelah istirahat.Saya menunggu akhir pekan ini ada panggilan lagi.

Perubahan

Perubahan selalu terjadi dalam diri setiap orang. Ada satu pelajaran penting hari ini. Seorang, bukan teman kerja, juga bukan mitra bisnis namun pernah menjadi rival dalam suatu usaha dagang. Begitu ia pernah menganggap saya sebagai ancaman bahkan pernah berusaha menjatuhkan saya dengan cara menyebarkan citraan buruk untuk saya.
Tidak saya sangka sore tadi ia melihat saya dalam kesulitan. Ia hanya melihat lalu Tak berapa lama ia datang lagi menawarkan bantuan. Menurutnya suaminya yang mempunyai ide membantu saya ketika ia menceritakan apa yang ia lihat. Sebenarnya saya tidak pernah menganggap apa yang sedang hadapi adalah sebuah masalah. Namun kebaikan itu lebih baik saya terima, saya tahu mereka tulus membantu kali ini.
Saya mendapat pelajaran melalui peristiwa kecil ini,bahwa manusia bisa berubah sikap dan bisa mengubah hal yang buruk menjadi sesuatu yang baik.
Dan perbuatan orang ini sungguh lebih baik dari sikap seorang kawan baik saya sendiri. Yah Teman baik terkadang hanya baik untuk kepentingan dirinya saja.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Burung-burung Mengisi Kesunyian

Saya masih di tempat tidur menikmati hari Minggu ini. Semalam saya terbangun oleh panggilan teman. Tetapi ia lupa mengucapkan thank You setelah obrolan selesai.
Pagi subuh saya bangun menemukan anak saya sudah selesai menyantap mie instant dan sedang minum kopi. Beberapa menit lagi ia sudah harus berangkat dengan pesawat pagi ke Jakarta.
Sunyi sendirilah saya.
Yang menghibur saya pagi ini hanya kicauan burung bersahutan di pucuk-pucuk pohon sekitar rumah. Senja, beberapa hari lalu seekor burung tekukur hinggap di pohon cempaka depan rumah. Suaranya halus dan dalam membuat saya terpesona.Suara itu begitu dekat di atas sehingga saya enggan pergi. Tekukur itu akan beristirahat dan ia sedang mengucapkan selamat malam.
Dan kini tak henti-hentinya burung-burung bernyanyi menyambut pagi.Saya sedikit terhibur dan melupakan apa yang terjadi sebelumnya.

Seharusnya saya Segera Menyadari

Sebegini jauh saya merasakan hal yang tidak toleran, tetap saja saya masih berharap bisa berkomunikasi. Terkadang terpikir juga seharusnya saya segera menyadari bahwa saya sudah bertemu orang yang salah,yang tidak memandang diri saya sebagai makhluk sosial dan butuh interaksi.
Menjadi pribadi yang pasif bukan keinginan saya. Menjadi pribadi dalam ketergantungan bukan sifat saya. Saya bukan benda yang diingat orang ketika sedang dibutuhkan.
Saya ingin menjadi angin yang senantiasa bergerak mengisi ruang dan waktu. Selalu ada dan bisa menyentuh apa saja.
01.56, dua dua menit terlewati namun hanya menambah kekecewaan. Berkali-kali pikiran untuk memperbaiki keadaan seperti ini muncul, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Begini sajakah peristiwa yang terjadi pada setiap orang, atau hanya pengalaman saya saja.
Inspirasi tentang indahnya kehidupan sedikit demi sedikit terkikis oleh terulang dan terulangnya perasaan kecewa.Saya harus menghentikannya sebelum kehilangan semuanya.
Saya harus membuka mata untuk memilih berjalan dalam bayangan kekecewaan atau berhenti.
Saya tidak ingin kekecewaan ini menjadi kebencian dan menghapus semua keindahan yang sudah saya miliki.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Senang dengan komentar pembaca

Tentu saja menyenangkan, postingan setahun lalu yang berjudul " Satu Hari di Ende" mendapatkan komentar kemarin, 14 Oktober 2011. Aris, nama pengirim komentar itu.Sayang tidak ada profil bloggernnya. Walau begitu ucapan terima kasih tidak saya lupakan.

Jumat, 14 Oktober 2011

episode Sabtu 15 Oktober

Satu episode sudah berakhir. Tiga perempat jam lalu hp saya berdering membangunkan tidur siang yang gelisah. Bergegas saya mencari-cari isi tas saya dan oooh...senangnya.

Hanya beberapa menit episode konflik sudah berganti. Seperti sebuah sengatan lebah yang memberi terapi, saya menjadi satekangat rileks terbebas dari ketegangan selama berteka-teki.
Sayang...
Tidak ada katastrof yang membuat cerita berakhir logis. Jadi kisah sore ini tetap berpotensi menjadi konflikasi baru dalam episode baru
Yachhh hidup penuh dengan sandiwara
Kehidupan adalah panggung sandiwara

Mengapa saya jadi menunggu

Aneh, saya menunggu sesuatu yang tidak jelas, yang tidak ada, yang tidak pernah ada, yang absurd.
Aneh juga saya terbelenggu oleh sesuatu yang abstrak, yang tidak nyata, yang absurd.
ooochhh...
Di manakah?
Kusebut apakah?
Bagaimanakah?
Sudah sangat pilu hati saya mengenangnya.
Sudah tak terkatakan saya mengharapnya
Namun....
Hanya doa terbaik yang bisa saya berikan walau saya tahu itu tak diharapkan
Dan satu doa untuk saya. agar dihapuskan memori saya.
Karena saya ingin berhenti menunggu.

Kamis, 13 Oktober 2011

Gempa di 11.16 WITA

Pertama saya rasakan ada getaran kecil naik turun. Saya bergegas keluar tetapi diam-diam karena masih ragu apakah ini gempa. Beberapa detik kemudian murid-murid behamburan keluar kelas sambil menjerit-jerit.
Guncangan terasa semakin keras bergoyang ke barat dan ke timur. Cukup lama juga. Saya berdiri di antara bangunan kelas dan kantin.Tak henti-hentinya berdoa sambil memandangi bangunan dan benda-benda bergoyang dengan keras.
Sesaat setelah guncangan reda saya khawatir adanya tsunami. Saya mengambil handphone
ingin mengetahui keadaan teman, namun saya urungkan.
Biarlah masing-masing dengan kepanikan sendiri.
Akhirnya saya menelpon keluarga di Jawa mengabarkan gempa hati ini.
Dan sorenya, saat jam istirahat gempa terasa lagi.Anak-anak berhamburan pula sambil tertawa-tawa seolah-olah menertawakan ketakutan mereka sendiri karena. Gempa sore tidak terlalu besar.

Rabu, 12 Oktober 2011

Dudung Kardani dan Pipit Sofiah

Dudung Kardani, pria ini meminta saya menjadi teman di fb, begitu juga Pipit Sofiah. Keduanya dari Bandung. Selanjutnya kami berteman. Dudung mengutarakan kisah istrinya yang berselingkuh di saat ia tugas. Bung Dudung bekerja di lampung di pertambangan. Dan ia sudah mengingatkan istrinya tetapi istrinya menjawab bahwa hal itu biasa saja, teman-temannya juga begitu tetapi suaminya ga marah katanya. tentu saja Bung Dudung Dudung putus asa dan ingin bunuh diri. Hm..hm?
Begitu jugakah hati lelaki? Melihat fotonya Bung Dudung tampak perlente dan ber badan besar dengan kacamata dan jaket kulit hitam. Lelaki begini ingin mati hanya karena dikhianati istri?
Saya bertanya berapa umur istrinya, ia bilang 35 tahun. Lalu saya katakan barangkali ia terlalu sering ditinggal maka dia kesepian.
Saya kaget saat ia bilang istrinya bernama Pipit Sofiah. Tentu saja saya tahu karena Pipit Sofiah pernah saya sapa di fb.
Begitu juga Dudung, ia kaget ketika saya bilang saya sudah berkenalan dengan Pipit. Karena setahu dia istrinya Pipit Sofiah tidak mengenal internetan. Oalah Bung Dudung ketinggalan info tentang istrinya sendiri.
Bung Dudung punya selera humor, kalau sudah bergurau tidak tampak lagi sebagai lelaki yang sedang menderita.

Selasa, 11 Oktober 2011

Kuntum Mawar

Kemarin masih saya lihat sekuntum mawar merah di sana. Kuntumnya kecil merana oleh panasnya matahari. Tidak seperti bulan-bulan berlalu, mawar itu tidak pernah mekar sendirian melainkan bersama dengan kuncup-kuncup yang lain.
Kuntum itu merana, tidak sampai hati saya memetiknya tetapi sangat ingin menciumi harumnya.

Tadi pagi saya ingin melihatnya, namun ia sudah tidak ada di tangkainya. Ada pecinta selain saya. Saya sedih dan terus membayangkannya. Mawar itu harusnya saya letakkan dekat bantal, tak peduli apakah ia akan layu dan menjadi batu di sana.
Saya merasa puas meletakkannya di tempat terbaik.
Kini di manakah kuntum indah itu di simpan pemetiknya?

Hampa

Hampa rasanya hari-hari ini berlalu, apa yang bisa saya minta agar hati saya berseri seperti hari-hari lalu. Di setiap minggu saya bisa mendengar kabar keadaan dan canda.
Kini tinggallah saya sendiri menghitung hari dan mempercepat usia. Dan jika tidak ada lagi bahagia yang tersisa saya ingin mengakhiri hitungan itu. Karena saya tak sanggup menghadapi dunia sendiri. Ruang hidup saya sudah dipenuhi oleh kegelapan.

Terlalu kuat kegelapan mencengkeram sehingga sedikit saja ada ruang kosong ia akan memenuhinya dengan cepat.Lalu menyesakkan dada dan membutakan mata saya. sementara ......
Perjuangan untuk menggelorakan semangat sudah terlalu panjang saya lakukan tetapi tidak cukup kuat untuk menangkis semuanya. Saya benci kenapa saya berada dalam lingkaran jahat orang lain.
Saya rindu bahagia, saya rindu tawa dan canda.

Senin, 10 Oktober 2011

Kusuma Dewi

Saya baru mengenal dia sebulan lalu, saat itu ia datang menemui saya di kantin sekolah memperkenalkan diri sebagai mahasiswi yang akan praktik lapangan di kelas saya.
Sejak itu ia sering konsultasi tentang mengajar.Dan kami menjadi akrab sekalipun beda usia.
Sore tadi sambil menunggu jam ngajar kami ngobrol lagi sambil mengoreksi kerjaan murid. Kusuma Dewi masih lajang, kedua orang tuanya sudah meninggal. Dua besaudara, ia dan kakak lakinya. Mereka tinggal bersama walaupun kakaknya sudah berkeluarga dan beranak satu.
Kusuma baru diputuskan cintanya oleh sang pacar. Ia sempat akan bunuh diri. Lalu kami bercerita pengalaman masing-masing. Saya tergelitik mengingat masa remaja dan cinta pertama(cinta monyet?). Kala itu dia kakak kelas dua tingkat di SLTA. Kami jadi duta di porseni jatim. Kami sering bersama hingga porseni selesai. Dalam kereta menuju Surabaya kontingen kami bergabung dengan kontingen Madiun.Di perjalanan itu seorang anak kontingen Madiun menulis di memori saya " Di Kereta hatimu hatiku menunggu." Hingga selama seminggu porseni berlangsung saya hanya berharap bertemu anak itu.
Sepulang porseni kakak kelas memberi saya sepotong sajak. Tetapi saya enggan karena sajak itu mirip dengan sajak Chairil Anwar.Saya tida suka dengan jiplakan jadi Saya tidak meresponnya. Sebulan kemudian dia tamat. Barulah saya merindukannya, saya menunggu dan menunggu dia datang ke sekolah untuk mengurus segalanya. Namun saat dia datang kami cuma memandang dari kejauhan. Dia tampak bimbang. Saya menyadari saya ini culun dan sangat pemalu. Saya cuma ramah dalam tulisan-tulisan saja.
Sejak itu kami tidak pernah ketemu . Saya kuliah di IKIP Malang dan kabarnya dia di IKIP Jakarta. Suatu ketika teman saya studi tur ke Rawamangun dan pulangnya membawa sepucuk surat untuk saya dari dia. Sayang waktu itu saya berpacaran dengan anak Universitas Brawijaya,jadi saya tidak merespon apalagi itu surat biasa yang mengabarkan bahwa dia sekarang di Jakarta.

Selanjutnya saya seperti sekarang. Sejak saya menikah saya sering mengenang dia. Apalagi saat=saat saya menderita saya terus berpikir dia di mana, saya ingin bercerita. Saya ingin bertemu dan menumpahkan kisah dan rasa penyesalan kenapa saya mengabaikan perhatiannya.
Dan itulah mungkin cinta pertama saya. Begitu yang saya ceritakan kepada Kusuma Dewi.
Bel berbunyi lalu kami serentak menuju kelas menutup lagi cerita lama.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Sulit Bisa Menerima

Mengapa sangat sulit menerima kenyataan saat ini, bahwa kesendirian ini harus saya nikmati tanpa teman berbagi. Tidak tahukah Anda jika kesendirian ini menakuti saya akan banyaknya hantu yang bermunculan di benak saya.
Semalam saya berbisik sendiri, mendengarkan suara teriakan saya sendiri dan menangis sendiri mengusir hantu itu. Saya memanggil keras-keras sebagai letupan harapan untuk didengarkan. Walaupun saya tahu tak ada seorangpun bisa mendengarnya.
Alangkah lemahnya hati manusia seperti saya. semakin saya mencari kekuatan semakin saya menjadi lemah dan terpedaya.
Baru saya sadari kalau sebenarnya saya sangat membutuhkan teman. Saya merasa sangat kehilangan tanpa kawan. Kemana harus saya temukan bahagia lagi. Bahagia saya sudah dibunuh saat saya sedang menghidupkannya.
Saya dikembalikan ke ruang sepi saya tanpa kata yang bisa menenangkan perasaan saya. Saya tercampakkan di sudut seperti kapas tipis yang gelisah jika angin bertiup.
Biarlah, suatu ketika ia akan merasa nyaman di sana setelah ia tahu bagaimana cara bergerak mengikuti arah angin.

Kamis, 06 Oktober 2011

Jam enam pagi....

Jam lima pagi saya langsug ke dapur, menjerang air dan buat nasi, seterusnya dan seterusnya sampai di meja makan tersedia sarapan. Jam enam selesai mandi, setengah tujuh singgah ke pasar selanjutnya ke sekolah. Begitu rutinitas mesin kerja saya setiap hari.
Selintas saja menikmati cuaca pagi dari kegelapan sampai remang-remang dan terang sambil membereskan kerjaan di belakang.
Sebenarnya saya ingin melakukan sesuatu untuk teman ketika puja Tri Sandya terdengar di radio, menandakan waktu sudah jam enam. Tetapi....
Dan...
Pagi ini sedikit lambat aktivitas saya karena gerimis turun pada saat jam berangkat kerja. Walau jalanan lebih sepi namun dingin udara yang basah meperlambat semuanya.
Tetapi syukurlah semuanya berjalan baik-baik saja dan saya tetap sehat.

Melelahkan menjadi pengajar


Hari tanpa tawa tanpa canda di sekolah saya alami beberapa hari ini. Kelelahan mengajar dengan jadwal pagi dan sore memperburuk atmosfer hati saya. Saya mulai hilang kendali. Sehari kemarin saya kesal kepada seorang satpam dan pegawai tata usaha hanya soal kecil.
Tetapi biarlah, hal itu tidak begitu penting. Setelah masuk kelas semua akan hilang dan rileks lagi.
Lima tugas membuat bahan ajar dengan power point baru tiga selesai padahal sudah satu bulan lewat. Ini terus membebani benak saya, walaupun koordinator sudah menerima laporan saya dan tidak mempermasalahkannya.

Kelewat banyak dan berat tuntutan yang harus dipenuhi pengajar.Sedang kemampuan murid begitu-begitu saja. Yaah dijalani saja sampai tiba waktunya untuk beristirahat.

Rabu, 05 Oktober 2011

Apakah Semua sudah Berlalu

Adakalanya sesuatu berlalu seperti angin, tanpa bekas. Dan siapa yang bisa menahan perginya udara yang bergerak? Tak seorangpun. Dan memang tak ada gunanya menahan angin untuk bergerak, berlari sambil meniup apa saja yang dilaluinya.

Seperti pengalaman manusia, pada saatnya, kebahagiaan pergi begitu saja. Hanya menyisakan kepedihan dan luka. Namun ini lebih baik daripada tak pernah ada kebahagiaan melainkan hanya penderitaan saja.

Kesedihan ini indah karena di dalamnya ada kenangan. Saya memahami segala yang harus saya terima dalam hidup ini.
Kalau bisa memilih tentu saya tidak ingin kebahagiaan saya berakhir. Tetapi saya tidak boleh egois. Dengan apa yang ada pada diri saya saat ini pilihan sudah tidak penting lagi. Saya harus tetap dengan eksistensi saya dalam segala kemungkinan.