Rabu, 27 Februari 2013

Selalu Berulang

Senja selalu berulang, pergi dan meninggalkan rasa sunyi. Dan adakalanya juga rindu. Namun orang seringkali tidak tahu kemana harus membuang kedua rasa itu.
Tidak seperti berulangnya pagi, yang terus berganti dan membawa semangat kepada siapa saja untuk mendapatkan semua yang terbaik pada hari itu.

Benar bahwa manusia itu dikuasai waktu, ketika tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk menyelesaikan semua tugas dalam hidupnya.







Em Em Em Hidup itu apa, manusia itu apa.
Jutaan tahun yang sudah berjalan hanya meninggalkan catatan tentang hidup dan manusia dari peradabannya yang kasat mata saja. Jutaan tahun yang berjalan tidak pernah meninggalkan catatan tentang hati, jiwa dan pikiran manusia. Padahal ruh kehidupan manusia adalah ketiganya.


Tetapi bisa jadi, hati serta jiwa dan pikiran manusia adalah zat yang tidak perlu untuk dipersoalkan karena setiap individu bertugas menjadikan ketiganya baik atau buruk, menyenangkan atau menyedihkan.
Ya begitulah, yang buruk jadikan saja baik yang menyedihkan jadikan saja menyenangkan.


Biarkan senja terus berulang, biarkan pagi terus berganti. Karena dalam pergantian waktu manusia mempunyai kesempatan untuk merubah nasibnya.





Jalan-Jalan Hari Ini

Hari ini kegiatan murid di sekolah hanya bersih-bersih untuk mempersiapkan Ujian Akhir Sekolah besok. Sehabis mengawasi murid bekerja kami sepakat untuk menengok seorang kawan yang sedang sakit di rumahnya, Kerambitan. Kami konvoi dengan motor. Saat keluar dari By Pass ada razia surat kendaraan bermotor, kami berhenti, tetapi kami cuma ditanya mau kemana dan selanjutnya dipersilakan meneruskan perjalanan.
Hmmmmm nyaman juga jalan di pedesaan.
Sehabis menengok kawan kami melanjutkan perjalanan ke Kelating,desa pantai di selatan kota Tabanan. Ke kediaman salah seorang kawan. Hari panasnya bukan main namun kami senang saja menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan. Tidak habis-habisnya saya terpesona dengan keindahan alam ini sekalipun sudah sering melewatinya.

Rumah kawan kami adalah rumah keluarga besar yang dibangun dalam satu pekarangan yang sangat luas. Penataan bangunan sesuai dengan tradisi rumah Bali yang terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah-rumah tempat tinggal untuk masing-masing kekuarga, Bale Bengong. Yaitu sejenis pendopo yang biasa digunakan untuk tempat berkumpul dan tempat menerima tamu. Dapur, tempat menyimpan peralatan upacara dan Sanggah besar (tempat sembahyang keluarga Hindu)


Bale Bengong


Bale Daja


Tempat ini masih memiliki banyak ruang terbuka sehingga sangat nyaman untuk melakukan kegiatan apa saja. Beberapa pohon buah-buahan ada di sana. Kami juga diajak keluar pekarangan di belakang pagar. wow.. hamparan sawah yang sangat luas. Kami memetik terong, ketimun dan daun kemangi. Dan mengambil jeruk limau di pekarangan. Menyenangkan.


Jam dua belas kami pulang. Sesampai di rumah salah seorang kawan sudah memasang gambar oleh-oleh itu di Grup Teacher of Bisma. Cepat-cepat saya bakar terongnya lengkap dengan sambal langsung saya hidang di meja makan, saya jepret dan saya balas komentarnya. Hah hah hah...mereka heran kenapa sudah matang. begitulah cerita saya hari ini...


Siap Dimakan

Senin, 25 Februari 2013

Hanya Angin


Angin kencang sudah mereda, meninggalkan keheningan di bawah remang cahaya purnama. Udara tak bergerak kini, sangat berlawanan dengan cuaca beberapa jam lalu.

Semalam ketika tiba-tiba angin menderu sangat kencang membuat seisi rumah tebangun ketakutan saya turun dan memeriksa sekeliling. Terbayang cerita kawan di Malang bahwa seminggu lalu ada angin puting beliung di sekitar rumahnya. Dia katakan itu sangat mengerikan, tetapi saya sahut dengan gurauan bahwa rumah saya di Jatim disapu banjir. Ternyata semalam angin rbut itu juga mengerikan.Apalagi datangnya angin tak terduga.


Semoga malam ini keheningan akan terjaga sampai esok. Saya ngeri membayangkan angin ribut di tengah malam diselingi suara meraung-raung mobil ambulan.

Sebenarnya tidur semalam nyenyak sekali sehabis ngobrol lewat SMS dengan teman. Tetapi karena kencangnya suara angin saya terbangun dan langsung melompat sebelum menyadari apa yang terjadi. Hanya angin...




Minggu, 17 Februari 2013

Senja

Senja sudah meredup. Di langit selatan bayang-bayang awan tampak kelabu dan mutam. Burung-burung gelisah terbang dengan suara kacau.
Pepohonan tak bergerak.
Satu hari akan berakhir, dan anehnya setiap akhir dari sesuatu selalu muram. Setidaknya bagi saya.


Hari berakhir seperti tangisan waktu yang harus menyepi dalam kegelapan tanpa teman. Sampai datangnya hari baru yang ditandai dengan cahaya fajar di ufuk jauh.







Hari kemarin sudah berlalu ditutup dengan malam yang asing, malam yang menutup sunyi di dada. Dan kini malam akan datang kembali.......dimanakah dia bermuara?

Kawan Bercerita


Saya punya seorang kawan, janda muda yang ditinggal mati suaminya lebih dari empat tahun yang lalu. Parasnya cantik dan lembut sebagai seorang ibu dari tiga anak. Obrolan kami seringkali sekitar masalah keluarga terutama tentang dirinya yang harus tinggal di rumah suami karena tradisi Bali yang mengharuskan isteri dan anak-anak berada dibawah naungan keluarga ayah jika terjadi perceraian, termasuk karena kematian. Karena itulah kawan saya tetap menjanda.

Banyak dukanya menjadi janda katanya. Tidak sedikit laki-laki menggoda dan mengganggu. Umumnya adalah laki-laki tua. Saya katakan padanya buat apa lelaki tua, sedangkan jika ia mau memilih yang muda pun pasti bisa. Saya katakan begitu mengingatkan kembali kisah pertemuannya dengan mendiang suaminya yang jauh lebih muda darinya. Dia tertipu oleh gaya suami yang mengatakan saat itu sebagai mahasiswa sedangkan dia masih SMA. Ternyata setelah menikah baru dia tahu dari ijasah suaminya bahwa lakinya tiga tahun lebih muda darinya.Bahkan tidak tamat SMA. Dia protes saat itu bahkan hampir pulang ke orang tuanya tetapi suaminya menegaskan apabila tidak berbohong kawan itu pasti tidak mau.

Kali ini ceritanya baru lagi, beberapa waktu lalu sudah hampir satu tahun lamanya dia punya pacar. Lelaki beristeri yang dulu pernah menjadi pacarnya. Mereka berpisah belasan tahun karena mantan itu pindah dan menikah di kota lain. CLBK ceritanya. Setiap saat mereka sms-an dan saling menelepon dari kabar-kabaran biasa sampai pada manja-manjaan dan pokoknya serulah katanya. Hingga pada suatu hari mereka berjanji untuk bertemu. Menanti pertemuan itu menurut kawan saya itu menjadi detik-detik yang mendebarkan. Tak terbayangkan olehnya bagaimana mereka akan melepas kerinduan.Ia terus menerus berkaca sambil bergaya dan tersenyum-senyum sendiri.
Dikuti terus perjalanan kekasihnya lewat telepon dari menit ke menit. Katanya ia tak sabar untuk bertemu mantan yang tampan dan gagah.

Seseorang mengetuk pintu, kawan saya bertanya pada tamunya mencari siapa. Tamu laki-laki itu tersenyum balik bertanya 'lupa ya?' Byurrrrr, betapa kaget teman saya mendengar suara lelaki itu.Dialah lelaki yang ditunggu-tunggu. Dia hampir pingsan melihat laki-laki tua genduttt, hitam, kepala botak dan tidak simpatik sama sekali.Katanya. Seketika sirna semua khayalannya. Dan setelah lelaki itu pulang ia ambil kartu ponselnya dan dikucek-kuceknya.

"Saya tidak berselera lagi" Katanya. Saya tertawa melihat ia geram oleh penyesalan telah bermesraan selama ini di telepon. Saya katakan bahwa dia jahat dengan bergurau. Yah begitulah..... cerita ini mengatakan begitu pentingnya tampang ketimbang perasaan.


Jumat, 15 Februari 2013

Bukan Penyeni Handal




Saya memang bukan penyeni yang sesungguhnya, hanya suka-suka sendiri, setengah hati. Karena itu saya memaafkan kekurangan saya yang tidak pernah bisa menyelesaikan pekerjaan saya dengan cepat dan tuntas.
Gambar acara petik laut di Muncar saya belum kelar juga walau sudah lewat sebulan, Bagaimana bisa selesai jika cuma saya lirik saja setiap hari. Percobaan merk cat yang baru, Classico, tampaknya menjadi satu penyebabnya (0rang gagal selalu menyalahkan properti he he). Maaf untuk Classico....kamu tidak memenuhi keinginan saya.
Saya akan kembali ke Rembrandt saja jika sudah kunikmati kamu sampai pasta terakhir.






Hmmm sebenarnya ini hanyalah soal kesabaran dan kemauan saja, Tidak ada pekerjaan yang mudah untuk menjadi baik, dan sebaliknya tidak ada yang sulit untuk sebuah pekerjaan yang menyenangkan.

Saya akan menyelesaikan dan saya akan bersama Classico sampai dia bisa membuat saya bisa.


Kamis, 14 Februari 2013

Bougenville






Hari terakhir pemantapan kelas XII telah berlalu berarti besok murid belajar biasa. Rutinitas yang terkadang membosankan tetapi juga menyenangkan. Begitulah profesi guru. Tampaknya profesi ini sekarang menjadi lahan serbuan calon guru. Lihat saja sekolah saya sudah penuh sesak dengan guru baru mulai dari guru tetap, guru honor daerah, honorer sekolah sampai guru kontrak.Kabarnya mereka datang bukan percuma, mereka bukan penumpang kereta Bandung Surabaya tanpa karcis. Mereka bayar banyak untuk bisa numpang ngajar saja. Kasihan juga ya calon pahlawan tanpa tanda jasa ini(??)


Ohoho biar saja bumi berputar dan makin banyak orang pintar itu wajar. Yang luar biasa adalah gambar bunga di atas, menarik kan? Saya tertarik oleh kecantikan warnanya yang serempak membangun kekuatan untuk menarik perhatian siapa yang melihatnya. Andai kuntum bunga bogenvil itu mekar sendiri, ia tidak akan berarti apa-apa bahkan kumbang dan kupu-kupu pun tidak akan tertarik padanya.

Selasa, 12 Februari 2013

Pagi Ini Lebih berarti


Aku adalah kayu ketika kamu ingin membakarnya
Dan kamu adalah detak jam ketika waktu terus menjalar


Malam membuat saya tertegun, segalanya seperti mimpi yang berakhir tanpa tepi. Bolehkah saya tidur kembali?
Achhh...
Ini adalah soal yang selalu dan selalu saya dapatkan namun tak pernah ada jawaban. Hanya waktu yang menjawab walau tak pernah benar. Hmmm Que Sera Sera.



Subuh membangunkan saya namun ketika terdengar kicau murai yang pertama baru saya membuka jendela dan memandang cahaya terang di puncak bukit.
Pagi ini lebih berarti karenanya.

Minggu, 10 Februari 2013

Joging Kuta 2013



Menjelang Matahari Terbit di Pantai Kuta

Jam 05.15 kami sudah meninggalkan rumah rame-rame menuju Kuta. Meskipun hari ini hari Minggu jalanan sudah ramai juga. Sejam kemudian kami sudah parkir di depan Hard Rock Cafe.
Lintasan joging masih sepi, para pekerja pantai baru bersiap-siap.










Rasanya tak ada semangat kalau tidak memaksa diri untuk jalan. Sedikit aerobik di bibir pantai lalu selebihnya ngobrol di pasir sambil makan nasi bungkus dan ngopi.
Mengambil beberapa gambar lalu pulang. Jam sepuluh pagi sudah sampai di Tabanan lagi. Cukuplah refreshing hari ini dan...besok bekerja kembali megawas pemantapan ujian kelas XII.



Sehobi




 

Sabtu, 09 Februari 2013

Pusaran Pitam

Setiap kali, ada suatu saat saya harus mengulang dan mengulang kalimat yang sama yaitu Manusia selalu berpersoalan dengan karyanya. Kalimat ini saya kutip dari dialog sebuah novel . Dan selalu muncul apabila saya menemukan satu masalah yang disebabkan oleh kesalahan saya sendiri.


Barangkali saya adalah individu yang paling aneh. Saya menyadari ini tetapi saya tidak perlu menyesali apapun yang sudah terjadi. Banyak pelajaran yang bisa didapat dari pengalaman. Bahkan pengalaman pahit sekalipun.
Yahhh manusia selalu berpersoalan dengan karyanya. Jadi saya harus berani menghadapi persoalan saya sendiri.



Minggu, 03 Februari 2013

Antitesis

Sejak kau hadirkan cintamu kasih
sungai yang kering berair kembali
menyusuri liku bumiku
ke dasar samudera hatimu


na na na nanananna....

lirik lagu lama ini menjadi senandung awal bulan Februari yang enak didengarkan. Tetapi tidak seperti kenyataan yang terjadi hari ini di sini. Seharian saya di rumah menghabiskan waktu di depan kanvas, tidak bisa menikmati sejuknya air sungai, tak bisa menyusuri jalan apalagi menyelami dasar samudera.
yang saya bisa hanya menghela udara dalam-dalam dan melepasnya kembali ke asalnya. Seperti luapan rasa ketidakadilan namun saya tidak bisa menolaknya




.
Tidak saya kira bahwa akan seperti ini, saya terpenjara tanpa sedikitpun pertanyaan yang bisa saya ajukan, tanpa sepotongpun penjelasan yang saya terima. Diam. Hanya diam, saya harus diam.


Ada-ada saja cerita manusia. Dan menyelami hati manusia lebih susah dari menyelami dasar samudera.