Jumat, 31 Oktober 2014

Kecurigaan

Senja hampir tenggelam dan sisa-sisa sinar matahari di bingkai jendela memanggil saya untuk menuliskan satu hal yang baru saja saya sadari. Mungkinkah saya sudah terpedaya oleh satu tipuan. Seandainya benar,Saya saya tidak ingin tipuan itu akan berlanjut dan menghancurkan saya secara perlahan.

Kelud 2012


Memang sudah bukan saatnya lagi saya berpikir tentang tipuan atau bukan, saya terlalu renta untuk memikirkan sesuatu yang tak mungkin. Tetapi tidak bisa terpungkiri bahwa di sebelah pikiran ada perasaan dan rasa itu tidak mengenal batas apapun.

Dalam sejarah banyak hal unik yang bisa terjadi, seperti ketika Kahlil Gibran mencintai seorang gadis yang tidak pernah  dikenalnya sampai akhir hidupnya. Dan perasaan cinta itulah yang menghidupkan banyak puisinya. 




Rabu, 29 Oktober 2014

Harapan dalam Perubahan

Redup di luar karena matahari malas beranjak dari balik awan, angin juga lamban bergerak membuat pagi ini tak terburu-buru berjalan.
Kegelisahan semalam sudah berkurang, rasa sesak di dada yang mengganggu itu tidak terasa lagi. Bersyukurlah Tuhan selalu cepat mengobati segala rasa sakit pada diri saya.

Memahami setiap perubahan yang terjadi dalam setiap pengalaman itu sangat sulit. Karena perubahan itu berarti memindahkan perasaan dari satu situasi ke situasi lain yang masih menjadi kemungkinan. Dan kemungkinan itu bisa jadi akan tidak lebih baik dari situasi ketika kita berada dalam kepastian.

Harapan memang selalu ada untuk perubahan, menyambut harapan adalah semangat perubahan itu. Namun mungkinkah segalanya akan terjadi sesuai harapan jika pelaku harapan seperti saya ini sudah tidak berotot untuk bisa mencapai puncak harapan itu. 

Senin, 27 Oktober 2014

Bahagia

Selamat pagi cinta,
Selamat mengawali hari ini dengan gelimang cinta dan keindahan seperti Anda menghargai udara yang berhembus setiap hari, seperti Anda memaknai cahaya matahari saat bangun pagi memaknai setiap hembusan nafas sebagai rakhmat dan kasih.

Kawan, merenungi sebuah pesan panjang seorang teman, air mata saya terus menitik. Pesan itu terlalu indah untuk didengarkan orang seperti saya. Lalu  tergambar sebuah kekecewaan yang besar jika terjadi di alam nyata oleh ketidak seimbangan itu.

Seperti tumpahan rasa saya, segalanya.
Tetapi saya akan melakukan kesalahan jika mengucapkan hal itu, dan saya merasa sudah terlalu menyesak di dalam dada kata-kata itu. Kini semuanya tertuang lepas merdeka setelah membaca pesan yang baru saya terima beberapa jam lalu.
Saya memerlukan cukup waktu untuk merenungi semuanya, saya kehilangan kata-kata untuk membalasnya.
Bahagia. 

Jumat, 24 Oktober 2014

Kesuksesan itu Relatif

Malam sudah terlewati seperti malam-malam biasanya, dengan penuh rasa syukur dan berusaha melupakan semua kegelisahan.
Saya merenungi perbincangan dengan dua kawan di meja bundar kemarin, ketika kami di acara sebuah pesta. Kami menikmati kopi panas sambil ngobrol dalam obrolan itu salah seorang teman mengatakan bahwa saya ini orang tua yang benar-benar sukses. Spontan saya berpikir, apa beda saya dengan mereka. Dua kawan ini juga sudah mencetak  keberhasilan sebagai orang tua bagi anak-anaknya .

Terbesit dalam pikiran, sepertinya ada sesuatu yang kurang bagi kawan ini, mungkin mereka melihat saya tidak bermasalah dalam mengentaskan anak-anak, sedang banyak kawan harus membayar dengan mahal di luar batas kemampuan demi mendapatkan pekerjaan untuk anak-anaknya.

Saya harus mengakui, anak-anak sangat berarti bagi saya karena mereka telah memberi hal terbaik sehingga orang melihat saya sebagai orang tua sukses.



Sebenarnya ukuran kesuksesan itu tidak memiliki standar. Yang ada adalah gradasi tingkat kesuksesannya. Semuanya, kita, akan dilihat sebagai orang sukses ketika berada dalam gradasi warna di atas warna lainnya.

Kesuksesan itu tidak diperoleh secara tiba-tiba, melainkan dari proses berlapis.
Dan cara meletakkan lapis demi lapisnya  sama dengan menorehkan warna pada kanvas. Perlu kematangan warna sebelumnya. Ketika lapisan warna kuning sudah mengering barulah warna merah bisa ditorehkan. Kesabaran lah yang membuat warna kuning tidak berubah menjafi oranye karena adanya warna merah.

Jadi kesuksesan itu adalah relativitas dalam menjalani kehidupan.

Rabu, 22 Oktober 2014

Hari Esok

Selamat pagi pembaca,
angin kering dan berdebu masih mewarnai pagi ini. Sepertinya tulisan saya semakin tidak berisi. Sama dengan tidak berartinya  kesibukan saya saat-saat ini. Tetapi saya tahu harus selalu ada yang saya ucapkan sebelum saya menyerah.

Sobat, Rasa saya peredaran waktu ini adalah kehidupan sebenarnya. Segala daya bisa kita lalukan tetapi tidak untuk menunda waktu. Dahulu saya selalu berpikir tentang masih adanya hari esok tetapi sekarang saya berpikir tak ada hari esok.
Hidup terus berjalan, dari detik hingga abad dalam catatan jalan kehidupan aneka ragam. Seandainya sebelum kita lahir bisa memilih jalan pastilah dunia ini tidak ada air mata.
Namun seandainya juga dunia ini hanya ada tawa mungkinkah tawa itu masih istimewa,
Pikiran saya memang gila, hmmm......



Selasa, 21 Oktober 2014

Terperangkap dalam Harapan

Senja, bunga kamboja indah menawan di luar jendela seperti sedang bersuka bersama angin. Tetapi senja memperburuk mood saya. Saya terperangkap dalam harapan dan mulai jenuh menantinya. Seharusnya tak ada cerita seperti ini, kini bukanlah masa lalu. Kekinian ini memang masih berupa remah-remah hari-hari kemarin, sejak kepastian itu terbaca.
Saya bisa menerima itu tetapi tidak untuk selanjutnya. Saya sudah tidak punya penyokong jiwa saya. Hanya perlu semangat dan saya harus bisa membangun semangat saya sendiri.

Kawan, saya tahu, banyak hal yang bisa membuat saya gembira atau bersedih dengan cepat. Tetapi kehilangan kegembiraan itu lebih cepat daripada hilangnya kesedihan.
Sepertinya memang begitulah segala yang ada dalam hidup ini, semua akan datang dan pergi sekalipun sebenarnya kita ingin memilih.





Jumat, 17 Oktober 2014

Hari ini

Selamat petang dari Tabanan,
Secangkir kopi setelah bangun tidur membuat petang ini terasa nikmat. Terhapus segala rasa lelah sepanjang hari ini akibat cuaca yang sangat terik dan keing.
Saya berbincang dengan adik di BBM mengenai ekstrrior rumah. Beberapa foto bagian darieksterior rumah saya sudah saya kirim gambarnya, termasuk proses pembuatan dan perawatannya.
Saya bersemangat bila membicarakan hal ini karena pada dasarnya saya juga menyukai penataan tempat tinggal yang bisa memberikan rasa nyaman sekaligus enak dipandang dan praktis.

Seperti itulah isi komunikasi yang biasa saya lakukan dengan adik-adik saya.
Beberapa hari yang lalu ia minta pertimbangan mengenai nama calon bayinya. Menurut saya nama yang dipilihnya kurang bagus, dan ia akan mempertimbangkan lagi nama itu.

Dan seperti biasa, seorang teman mengucapkan good morning untuk waktu saya yang sore hari. Selanjutnya hal biasa yang kami perbincangkan adalah hal keluarga, cuaca,pekerjaan dll. Namun sejak dua hari lalu ia mengatakan ia kesepian setelah hampir satu tahun ia menyatakan putus dari teman prianya. Ini baru pertama kalinya ia mengeluh.
Tentu saja saya mengatakan bahwa masih banyak teman di sekitar pekerjaannya, dan masih ada saya. Saya katakan juga, saya akan lebih kesepian beberapa bulan ke depan.

Akhirnya kamipun saling membesarkan hati satu sama lain. Begitulah hari ini.

Senin, 13 Oktober 2014

Merasa saja

Dengan cepat rasa gembira itu berubah menjadi kecewa setelah membaca pesan itu. Karena pesan itu hanyalah pengulangan dari pesan terdahulu.
Lambat laun semangat berbagi menjadi pudar.
Easy come easy go, tiba-tiba pepatah itu menjadi hit di kancah pengalaman batin saya. Sehingga saya  jadi tersenyum sendiri melihat kekonyolan  diri.
Berharap bisa bertukar pikiran dan berbagi rasa malah tertipu oleh harapan itu.
Sudahlah, sifat buruk orang biasa adalah kelemahannya sedangkan sifat buruk orang pintar adalah kepandaiannya memainkan intriknya.

Membaca hati memang sangat sulit dibandingkan membaca kalimat, serumit apa pun kalimat itu. Namun kata-kata dan kalimat kadang-kadang masih tidak mampu berlaku jujur dalam mengutarakan isi hati seseorang.

Walaupun demikian masih perlu saya hargai nilai ketidakjujuran itu. Karena kalimat-kalimat itu sempat membuat  saya merasa penting dan senang untuk beberapa saat..



Kelimutu

Sabtu, 11 Oktober 2014

Sajak Cendawan

Aku masih menunggu
kamu akan menyebutku
Sunset di Labuan Bajo 2010
dalam rangkaian bahasa berbisa
serumpun cendawan pada pokok tua

Katamu, daun memori akan jatuh
dan kau akan mengumpulkan satu demi satu
hari ini, besok dan seterusnya
demi harapan hari depan yang indah bersama

Aku adalah daun kering
yang mengganggu
setiap kali aku terbawa angin
dan jatuh di dekat kakimu

Adakah artinya aku menunggu
ketika malam menutup senja
dan angin akan kembali ke laut bebas
tak berpaling pada segala yang ada



Jumat, 10 Oktober 2014

Doa Akhir Pekan


Selamat berakhir pekan kawan, semoga hari Anda menyenangkan.
Di sini saya belum bisa menikmati akhir pekan dengan santai karena masih harus bekerja Minggu besok.
Sebenarnya sangat ingin berakhir pekan bersama Anda di situ  tetapi ada batas yang sangat tegas di antara saya dan Anda.

jadi biarkan saja hari indah ini berlalu dan tinggalkan saya dalam asyik masyuk dengan tumpukan buku ini.
Kesenangan Anda hari ini kesenangan saya juga. Selamat bermalam minggu.
 

Selasa, 07 Oktober 2014

Harga untuk Kata-Kata

Pagi ini secangkir kopi saya harapkan mengurangi rasa dingin akibat gejala flu yang mulai saya rasakan. Sepertinya memang ada hasilnya sehingga saya sudah melepas mantel dan merasakan udara yang mengalir segar.

Kawan, saya masih berpikir tentang kalimat-kalimat puitis itu. Jadi teringat masa remaja dulu bahwa saya pengagum penyair-penyair romantisme. Tetapi waktu sudah berganti, ada rasa segan bicara lagi tentang romantisme, walaupun hati saya masih sering berbicara sendiri tentang hal itu.

Mendapatkan kenikmatan itu bisa dengan cara yang murah dan mudah bahkan terkadang gratis.
Membaca kalimat-kalimat indah termasuk cara mendapatkan kenikmatan bahkan kebahagiaan tanpa membayar. Sederhana kan. Karena itu saya sangat menghargai kata-kata yang baik seseorang apabila itu merupakan ucapan yang tulus. Dan saya terus mengenangnya.
Sayang, pada akhirnya saya harus menunggu sampai pada akhirnya kata-kata itu menghilang dikubur waktu, tanpa saya kenali kata itu sebagai kata yang terakhir.




Yang Baik bagi Mereka

Cahaya bulan memenuhi cakrawala. Pemandangan bangun atap-atap gelap tegas di bawah warna abu-abu. Malam jadi sunyi walaupun semilir musim kemarau sudah memberi kelembutan.
Rasanya hidup ini sudah berabad-abad saya jalani tetapi tidak sampai juga di ujungnya.
Saya memang merasa belum siap mencapai ujung. Terlalu banyak kesalahan yang belum saya perbaiki.

Jika suatu hari saya mati, mungkinkah saya akan sampai pada-Nya?


Bibir Kawah G Ijen 2014
Saya sering menanya, kesalahan saya yang manakah yang membuat peruntungan saya terkadang menyakitkan. Saya seperti mengangkat beban yang lebih berat dari tubuh saya. Berjalan dengan kaki penuh luka tetapi terus melangkah.

Begitu lama saya berharap ada perubahan, tetapi rasanya semua percuma. Saya tetaplah saya yang tak pernah terlihat ada.

Karenanya saya merasa sepi dalam ketidakadilan hidup saya. Rasa iri sering mengusik jika berpikir tentang nasib orang lain.
Tetapi pada akhirnya saya menyadari, setiap orang mendapatkan peruntungnnya masing-masing. Sesuatu yang baik pada mereka mungkin tak akan menjadi baik bagi saya.

Selamat malam pembaca.

Minggu, 05 Oktober 2014

Malam Membentang



Malam membentang, pikiran larut dalam satu pencarian, sesuatu yang saya tahu tak akan saya temukan lagi. Kecuali jika takdir mau bicara.
Sebenarnya tidak semua pencarian harus berakhir dengan penemuan. jadi biarkan saja pikiran menikmati kebebasannya di mana pun dia berada, tanpa terbebani oleh satu keinginan.

Seperti yang sudah diajarkan kepada kita tentang nasib, bahwa tak ada perubahan nasib jika kita tidak mau merubahnya. Saya telah mengubah  nasib itu, mengubah sejarah.

pembaca,
jangan abaikan permulaan sejarah karena banyak hal tak terduga  terjadi karena kita salah memulai.
Dan ketika ada yang salah dalam sejarah, terlalu sulit untuk menghapusnya. Seperti orang bilang, menghapus tulisan itu mudah, begitu juga menghapus noda tetapi menghapus kesalahan sangat sulit. Ada konsekuensi yang harus diterima.

Bedugul suatu Pagi

Jumat, 03 Oktober 2014

Ruben Kiven

Sore, 2 Oktober saya mendapati sebuah pesan baru di facebook dari Ruben Kiven. Orang yang tidak saya kenal tetapi tak menjadi masalah bagi saya. Saya sudah menjawab petemanannya minggu lalu.

Pesannya kali ini membuat saya terkesan. Dengan kalimat yang mirip bahasa mesin penerjemah, tersurat rangkaian kata yang membuat hati saya pilu. Seperti larik dalam puisi.

Saya berpikir bahwa apa yang kita pikirkan tentang sesuatu bisa berbeda dengan pikiran orang lain, tetapi  yang kita rasa bisa sama. Ya, rasa memang berbicara tentang kemanusiaan yang lebih universal dibandingkan dengan pikiran.
Saya memahami puisi itu tetapi saya tidak bisa menerima hal yang bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya.
Walau begitu saya sudah mendapatkan hal positif dalam pesan itu. Semangat baru telah ditularkan kepada saya dalam menghargai hidup ini..



Thank you so much Ruben.

Merangkai kenangan di Desa Adat Penglipuran Bangli

Tanggal 26 September lalu, kegiatan rehat di tengah semester menjadi acara yang cukup menyenangkan. Bersama murid dan sejawat kami melakukan perjalanan ke Desa Adat Panglipuran di kabupaten Bangli. Walaupun ini merupakan kunjungan yang ke sekian kalinya bagi saya, tetap saja acara ini menyenangkan.


Berat rasanya meninggalkan moment seperti ini. Apalagi murid-murid saya seperti sangat menyintai saya. Mereka selalu mencari perhatian di mana pun bertemu saya. Meminta foto bersama, atau meminta saya mengambil fotonya, meminta ditraktir, mengikuti saya dsb. Atau terkadang memanggil-manggil nama saya agar saya menoleh.

Di sekolah, seringkali saya menyelinap apabila melewati kelas-kelas tertentu saat jam istirahat, karena saya tahu mereka akan serentak memanggil nama saya dan melambai-lambaikan tangan. Dan I love you Buk menjadi satu paket dengan jawaban saya Love you too, dan tampak mereka gembira sekali.
Itukah yang harus hilang dari saya?