Selasa, 15 Desember 2015

Di Rumah Sakit Umum Bekasi

Ini kali menjadi hari yang membosankan di Rumah Sakit Umum Bekasi. Antrean yang lama dan panggilan yang tidak berurutan sesuai nomor juga membingungkan. Tetapi sudahlah, semua kembali kepada siapa kita. Cuma saya tidak suka ketika melihat petugas yang tidak bersikap ramah kepada pasien. Maka ketika giliran keluarga saya mau ditekan dengan pertanyaan yang merendahkan wibawa pasien, saya merapat dan membalas tekanan dengan memandangnya tajam. Dan di situlah saya tahu seberapa besar kesabaran setiap orang. Ternyata laki-laki itu lebih sabar dari saya. Ia mulai tersenyum melayani kami dan melambatkan tempo bicacanya.

Empat jam sudah untuk hari ini.

Rabu, 09 Desember 2015

Tak Bersemangat


 
      Besok rapat guru untuk pembagian rapor akhir semester satu. Artinya sehabis ini praktis tidak ada pekerjaan karena saya bukan wali kelas. Saya segera pergi ke Jakarta setelah ini. Sulung saya sakit padahal tugas yang harus dikerjakannya banyak dan semua nyaris tidak bisa ditunda. Jika tidak ia akan merugi.Saya harus pergi memberinya semangat dan menenemani walau hanya sedikit waktu. Berguna atau tidak saya ingin mengurangi ketidaknyamanan kami masing-masing. Saya sudah kabari bungsu saya untuk menunda kepulangannya sampai akhir tahun ini.

Besok masih ada yang harus saya urus dengan beberapa murid bandel yang belum melengkapi tugas yang saya berikan. Melengkapi nilai yang kurang.
waduh kenapa saya bingung begini menulis, tidak ada keinginan sama sekali mencatat segala sesuatunya. Apa gairah saya sudah tumpul, barangkali benar. Tetapi saya perlu garis bawahi ide saya sebenarnya masih banyak hanya saya perlu suntikan semangat untuk merubah apa yang saya rasa menjadi apa yang saya tulis.

Kejenuhan akan hal yang begini-begitu saja juga melemahkan semangat saya.





Olah Raga Mengisi Tengah Semester

Ada yang hampir terlupakan lagi kegiatan akhir semester pertama ini, yaitu kegiatan pertandingan beberapa cabang olah raga antar kelas. Kegiatan ini mengisi waktu kosong setelah remedial bagi siswa yang nilainya tidak mencapai kompetenso dasar. Dan waktu bagi wali kelas untuk menulis rapor. Berikut ini foto yang saya ambil dari kegiatan tersebut,



Senin, 07 Desember 2015

Sabtu, 05 Desember 2015

Selamat sore pembaca.
Hari yang sepi sejak saya kembali dari perjalanan refreshing ke bukit 29 Lumajang. Saya sakit setelah kehujanan dan kedinginan selama sehari semalam di puncak bukit itu. Puncak bukit di ketinggian 2900 mdpl dan 3000 mdpl.

perjalanan ke alam kali ini tidak begitu berkesan karena cuaca berkabut yang terus menerus menutupi panorama indah di sana Hanya beberapa menit saja kami bisa mendapatkan cuaca terbaik untuk mengambil gambar dan menikmati alam.



walaupun begitu, cukuplah membuat perasaan segar kembali. Kejenuhan membaca posting dan komentar sampah seputar gagasan wisata syariah Bali yang kelewat menusuk
telinga terobati sejenak.
Yah, ternyata sampai saat ini belum juga reda. Saya baru sadar betapa kebencian itu begitu membabi buta. Tidak ada logika untuk mencerna apapun selain kebencian dan kemarahan yang tidak jelas tetapi melebar dan terus melebar.

Rabu, 25 November 2015

Selamat Hari guru

Sesampai di ujung tangga jalan saya dihadang oleh anak kelas XII, mereka merangsek terlalu dekat dan seorang murid memberi saya bunga sambil mengucapkan selamat hari guru diikuti teman-temannya. Oh baru saya menyadari saat ini adalah hari guru. Ternyata mereka mengingatnya. Saya senang dengan perhatian anak-anak. rupanya mereka melihat saya dari lantai dua ketika saya datang.

Seterusnya kami bergegas masuk kelas karena ulangan jam kedua sudah hampir dimulai.
Saya mengawas di kelas yang sama dengan kemarin. Ada kejadian lucu kemarin, saat saya sedang membagikan soal, seorang murid perempuan menerima sesuatu dari teman laki-laki yang duduk diseberangnya. Mereka mengira saya tidak melihatnya tetapi ketika giliran saya membagi soal kepada anak perempuan itu saya tanya apa yang ia terima. Mula-mula ia menggeleng, tetapi saya memaksanya memberikan apa yang digenggamnya. Saya tahu ada lipatan kertas kecil di dalam tangannya. Akhirnya ia memberikan kertas itu.
Sehabis membereskan semuanya, absensi, mengisi berita acara barulah saya buka kertas itu untuk melihat apa yang saya pikir adalah contekan. Wajah kesal saya serentak hilang dan saya tersenyum .sendiri. Tulisan di kertas itu berbunyi " Rupanya kamu sudah punya yang baru.'

Ada saja anak-anak itu. Yah biar begitu kejadian kecil ini mengawali kegembiraan pagi itu.
Selanjutnya kertas itu saya kembalikan dan saya katakan " Ini untuk kamu, simpanlah tetapi ingat kamu harus belajar yang baik."
Teman-temanya bertanya-tanya mungkin lalu saya jelaskan kertas itu adalah kertas ucapan selamat pagi untuknya. Semua tertawa. Ini cerita hari ini.

Senin, 23 November 2015

Menghilangkan Kejenuhan

Hari pertama dalam minggu ini adalah hari pertama ulangan akhir semester ganjil. Seminggu lagi ke depan ada waktu untuk sedikit longgar sehabis remidial. Rencana ingin mewujudkan keinginan yang cukup lama tertunda, yaitu travelling ke bukit B-29 di kawasan Semeru-Bromo.
Ini waktu yang tepat sebelum musim hujan tiba. Saya sudah ajukan ijin untuk minggu depan selama lima hari.
Karena itu semua pekerjaan harus secepatnya diselesaikan.
Sudah cukup lama saya tidak bepergian ke alam bebas, rasanya suntuk saja sehigga kurang penyegaran.

Bersyukur saya punya beberapa kawan untuk chatting di internet. Bercerita tentang cuaca, musim, wilayah, suasana dan latar budaya negara lain memang menyenangkan. Walau terkadang perbincangan itu sudah pernah dibicarakan. Tetapi selalu ada yang baru, misalnya bagaimana mereka putus cinta. Dan tahun berikutnya mereka mengabarkan sudah mendapat pacar baru. Begitulah dunia anak muda, sangat manis dan indah di antara kesedihan dan duka sesaat. Saya ikut terbawa keduanya mendengar kabar mereka.

Tetapi ada seorang kawan, ia orang pertama yang chatting lewat facebook dengan saya. Begitu juga saya adalah teman pertamanya untuk chattingnya. Dan kami sudah banyak saling mengenalkan kebiasaan yang ada di negara kami masing-masing, dan setelah itu tak lagi berkomunikasi walaupun dunia kami seimbang, dunia orang tua dengan anak-anak. Sayang sekali ia tidak bisa menjaga persahabatan kami. Dia tidak membalas sapaan saya lagi.
Hanya satu yang benar-benar setia dan bertahan dengan tulus. Dia gadis lajang sebaya dengan anak saya tetapi saya tidak pernah menanyakan berapa umurnya meskipun dia menanyakan berapa umur saya dan selanjutnya memanggil saya mumy. Saya selalu mendapati pesan darinya walau hanya' say hello' saja. Dan terkadang kami berjanji untuk mengobrol pada jam istirahatnya.  Kami memiliki perbedaan waktu yang cukup panjang.  Semoga saya bisa mengikuti kehidupannya sampai kapan pun. Saya mengenalnya lebih lima tahun lalu dari teman pertama juga. Saya menunggu-nunggu kabar ia akan menikah selanjutnya kabar dia memiliki anak dst. Inilah variasi untuk menghilangkan kejenuhan saya.


Sabtu, 21 November 2015

Serba -Serbi Media yang Terluka

Selamat malam. Bukan hanya saya yang sering dihinggapi kebosanan dalam menulis, melainkan hampir semua blogger yang saya ikuti juga mengalami hal yang sama. Consolo Mirarte posting terakhirnya tertanda satu tahun lalu, Ayo Menulis 3 bulan yang lalu, Kanna 3 tahun lalu dan Give the Emperor tiga minggu lalu. Hanya Free Technology For Teacher yang tetap konsisten setiap hari menulis.
Sangat salah saya mengira bahwa kemalasan ini adalah kemunduran saya karena usia. Ternyata tidak. Barangkali saya hanya merasa tidak ada lagi gagasan menarik untuk ditulis saja. Padahal kepala ini penuh dengan berbagai catatan mulai dari ide berharga sampai ide-ide sampah.
Kenyataannya semua enggan dituliskan. Atau tepatnya saya malas menulis, malah lebih asyik dengan buka situs-situs medsos yang banyak meracuni hati. Melukai, mempermalukan dan merendahkan.
Media sosial sudah menjadi ajang permusuhan dan saling menghina, hanya sedikit yang masih bertahan dengan etika dan kesopanan.
Terpikir untuk keluar dari komunitas media sosial tetapi tidak mau meninggalkan suasana akrab dan saling mengabarkan kabar lah yang membuat saya tetap bertahan. Melihat perkembangan sahabat, murid-murid dan mantan murid yang bertebaran di pelosok tanah air.

Terlintas juga menyembunyikan jati diri ketika saya ingin berbicara hal-hal yang menyangkut suara hati pribadi yang tidak layak dibaca murid, saya juga membuat akun baru misalnya di facebook. Aneh juga, tidak ada satu dari beberapa teman yang saya kenal. Seperti berada di pengasingan saja tanpa seorang menjadi komentator postingan saya. Tetapi ini yang sebenarnya menyenangkan saya dari sisi lain. Berada di tempat yang aman tetapi bisa bicara suka-suka manasuka. Masa bodolah soal likers, komen dsb.

Akhir-akhir ini perbincangan di facebook mulai tidak sehat. Luapan emosi yang tidak beralasan terkadang membuat merah telinga juga. Mau dibantah, masa saya ikutan latah dan meladeni bicara sampah dari anak-anak kecil dan terkadang mereka juga murid sendiri. Masalah agama, kecurigaan, prasangka sampai tuduhan tak berdasar terus menerus diisukan bahkan berulang kali dibagikan. Mencari kambing hitam atas berbagai persoalan pada pendatang sampai terang-terangan menimpakan kesalahan atas perubahan gaya hidup dan budaya pada orang lain juga sangat sering terjadi. Memprihatinkan memang tetapi apa mau dikata. Memberi opini atau argumentasi bahwa tidak ada yang bisa merubah perilaku suatu kelompok kecuali pada setiap individu dari mereka. Tidak ada yang bisa merampas atau menguasai milik suatu kelompok kecuali mereka sendiri yang membuat apakah semua menjadi milik mereka atau tidak.
Tidak ada yang bisa mengubah keyakinan orang lain selain mereka sendiri menghendakinya.
Saya sering merenung, begitu besar perasaan syukur saya bisa menyintai suatu tempat dalam perbedaan kultur dan keyakinan saya. Tetapi kali ini kecintaan saya dirundung luka dan saya tidak berdaya untuk mengatakan saya tidak terluka.
Segala aspek akan selalu dianggap sebagai ancaman walaupun sebenarnya itu juga peluang baik yang menguntungkan.
Tetapi sudahlah barangkali dengan tidak membaca media yang berpotensi menebar agitasi saya akan tetap merasa nyaman dan damai. Yah begitulah cerita hari ini, sampai nanti




Senin, 16 November 2015

Mengapa Saya Harus Berdoa Untuk Paris?

Perancis seharusnya tahu apa yang akan ia dapatkan setelah apa yang ia dan sekutunya lakukan di negara-negara yang ia sebut sebagai negara terorist, negara-negara Islam. Apa mereka itu bodoh tidak berpikir bahwa setiap aksi akan ada reaksi. Mereka tidak berpikir bahwa setiap bangsa memiliki kehendak sendiri dalam menyelesaikan persoalan bangsanya dan benci dengan campur tangan bangsa lain seperti mereka. Yang selalu mengambil keuntungan dari kekacauan negara lain. Belum lagi dalam masalah ideologi mereka seringkali menginjak-injak keyakinan bangsa lain dengan menghina agama Islam dengan berbagai cara.

Saya tertawa jika tiba-tiba mereka meminta simpati hanya karena aksi teror yang membawa 157 kurban itu. Begitu kecil nyali bangsa yang bersemangat menghancurkan bangsa lain tetapi heboh untuk sedikit pengurbanan terhadap apa yang mereka lakukan.
Sungguh menggelikan, jika facebook menggiring perasaan netizen untuk berduka atas kejadian itu. Lalu orang rame-rame, latah memasang berdera merah putih biru di foto profilnya.
Jika sekarang mereka menangis, menangislah untuk kehancuran negara-negara yang dimusnahkannya, karena kuban yang tak berdosa untuk negara-negara itu berlipat-lipat jumlahnya dibandingkan dengan tragedi Paris 2015.
Mereka pikir negara-negara Islam hanya dihuni oleh teroris, mereka pikir teroris itu monster yang tidak berpikir. Mereka pikir bangsa-bangsa yang beragama Islam boleh direndahkan dan dipermainkan martabatnya. Mereka pikir semua yang ada di bumi ini hanya untuk kepentingan mereka.

Menangislah, berdukalah ketika kalian mendapat balasan terhadap apa yang telah kalian lakukan. Dengan begitu kalian akan merasakan betapa sakitnya orang menangis. Dan setelah itu sadarlah untuk menjadi bangsa yang dewasa yang bisa menghargai hak azasi manusia dan tidak lagi mencampuri urusan bangsa lain. Tidak lagi mengusik-ngusik kedamaian bangsa lain dengan menghina agamanya dan merendahkan martabatnya.

Sungguh saya pernah berduka untuk Palestina, berduka untuk anak-anak libanon, berduka untuk bangsa Suriah yang tak berdosa, sangat berduka untuk musnahnya satu peradaban di Irak, hancurnya Lybia dan terkalahkannya bangsa Afganistan yang mempertahankan negaranya.
Saya pernah menangis untuk genosida suku Rohinga dan bangsa Bosnia.
Tetapi saya tidak bisa berduka untuk tragedi Paris. Saya ingin berbela sungkawa tetapi saya tidak bisa.
Maafkan saya.










Jumat, 13 November 2015

Acara Pertemuan Lintas Sektoral

Acarai  hari ini dimulai dengan pertemuan Koordinasi Lintas Sektoral Tingkat Kabupaten untuk kepala sekolah dan guru di Tabanan. Acara dimulai tepat jam 08.00 WITA. Aneh rasanya bisa begitu tepatnya acara dimulai. E ternyata ini disebabkan acara harus selesai pada pukul 11.00 karena ini hari Jumat.
Tetapi baguslah dibanding jika pertemuan provinsi, acara yang seharusnya dimulai jam delapan bisa molor jam sepuluh.
Acara pokok adalah penyajian materi oleh dua penyaji, tanpa tugas bagi peserta selain menyampaikan masukan sehubungan dengan masalah yang menjadi kebutuhan setiap sekolah.
Acara benar ditutup pada jam sebelas diikuti makan siang lalu pulang. Lumayanlah refreshing sedikit dari rutinitas tugas mengajar yang mulai membosankan.

Rabu, 11 November 2015

Menaklukkan Ego

Seperti pergantian musim ini, pergantian atmosfir perasaan manusia juga bisa sedrastis itu. Bila kemarin kita merasakan cuaca yang super panas, hari ini kita merasakan kedinginan. Apa yang kita tanggalkan dari badan ketika panas berkeringat, hari ini kita butuhkan untuk melindungi badan kita. Pergantian perilaku ini adalah cermin fleksibilitas yang terjadi dalam hidup secara naluriah.
Membayangkan kekhawatiran pada hari esok ternyata lebih menakutkan daripada menghadapinya.  Bahkan seringkali kita tidak menyadari bahwa kita sudah melewatinya, melewati kekhawatiran itu.
Kesadaran terhadap apa yang sepantasnya terjadi dan harus kita terima adalah sebanding dengan kita harus menggunakan sweater pada musim dingin, dan menggunakan jas hujan pada saat kehujanan. Bukan mengutuk mengapa hujan. Sinergi antara tantangan dan cara menghadapinya merupakan seni dalam kehidupan.

Manusia sering berpersoalan dengan karyanya (kutipan). Karya manusia adalah tantangan untuk ditaklukkan, menaklukkan ego menaklukkan rasa. Perjuangan ini terlahir dari harapan yang sangat besar untuk bisa mengakhiri ego dan membunuh impian semu.
Sampai nanti saya akan berangkat kerja satu menit lagi. bye.


Segara Anak G Rinjani




Masih lekat dalam ingatanku saat itu udara mulai dingin setelah lewat dinihari. Perjalanan sudah sampai setengahnya dan ini saat yang tepat untuk beristirahat. Tempat ini memang merupakan pos peristirahatan setelah perjalanan mendaki selama satu jam. Bermula dari ketika aku hampir tergelincir ke tebing dan ia menyambar lenganku membuat aku sedikit was-was ketika ia mengajakku duduk di bangku panjang di tritis bangunan untuk beristirahat itu. Beberapa pendaki juga beristirahat di tempat duduk yang terbuat dari pokok-pokok kayu sambil menikmati makanan serta minuman ringan. Aku hanya minum sedikit air mineral dan biskuit.
" Waktu kita masih lama, sekarang masih jam dua satu jam lagi kita sampai di puncak." Katanya mengambil tempat di sebelahku. Aku cuma mengiyakan sementara pikiranku dihinggapi rasa takut dan canggung duduk berdua dengan porterku. Aku berdiri tanpa alasan tetapi kembali duduk karena aku memang sangat letih dan nafasku juga belum stabil setelah jalan mendaki itu apalagi semalam tidak bisa tidur. Ini memang selalu terjadi setiap kali menunggu

Selasa, 10 November 2015

Hujan dan Kegelisahan


Hujan turun untuk awal musim baru, musim penghujan yang seharusnya tiba waktunya. Rasanya melegakan karena sudah terlalu panjang musim kemarau tahun ini. Hujan ini turun menyusul tiupan angin yang cukup kencang disertai petir dan kilat lagi. Satu rahmat sekaligus, kolaborasi antara air, cahaya dan suara. cuaca seperti ini seakan memperkecil keberadaan kita. Tenggelam dalam kekuasaan alam yang tak tertandingi kekuasaan manusia di manapun.
Rindu akan sesuatu yang tidak bisa dikatakan, karena memang tidak tahu apa itu yang dirindukan. Barangkali kerinduan ini hanyalah efek dari pintasan memori tentang suasana yang sama. Suara hujan gemericik di pancuran dan gemerisik tetesan air pada daun.
Kini kerinduan itu sudah terobati. Rasa sejuk mengusap dada membisikkan bahwa segala kegersangan akan berlalu. Hujan ini menyejukkan bumi dan hati manusia. Menghapus rintihan dan keputusasaan dedaunan yang lama tak mampu bertahan pada tangkainya.
Besok pagi pasti semuanya segar kembali dan semangat baru akan datang lagi. Biarlah yang terjadi kemarin kita lupakan demi hari esok yang penuh harapan.

Hujan malam ini biarlah melarutkan semua kegelisahan dan melahirkan kedamaian. Kedamaian di hati semua orang.


Senin, 09 November 2015

Saya Menyintai Hidup



Sepertinya saya sudah memerlukan perjalanan baru ke alam bebas. Seandainya saja saya tidak mengajar lagi mungkin saya sudah terbang entah kemana. Seperti yang dulu saya bayangkan bahwa saya harus menikmati kehidupan ini sebanyak mungkin sebelum kesehatan saya menurun.
Saya ingin kembali ke gunung atau pantai.
Sedikitnya jam kerja saya membuat saya jenuh. Kejenuhan ini tidak membangkitkan gairah seperti yang saya gambarkan dulu. Bahwa jika saya punya banyak waktu saya akan menyelesaikan tuntutan  hobi saya. Ternyata nol. Saya sebenarnya malu  pada diri sendiri dengan kemandekan gairah hidup seperti ini. Saya ingin menjadi tua dengan memberi arti pada kehidupan ini  minimal bagi saya sendiri. Barangkali ini ego saja tetapi sesungguhnya saya memang menyintai hidup saya sendiri. Saya menyintai semua yang melekat pada kehidupan saya. Masa kecil yang indah, masa remaja yang membanggakan dan masa muda saya yang menyenangkan.
Saya menyintai hidup saya yang sanggup menghadapi gelombang dan badai, Selamat dari api yang membakar dan bisa menyembuhkan semua luka.

Hari-hari terakhir saya sangat manis, Ketika senyum dan airmata menjadi hal yang manis untuk dirasakan. Di dada saya telah saya tanam benih yang bisa merubah segala yang saya rasa menjadi manis dan nikmat.
Tidak ada yang bisa menghalangi benih itu bersemi dan tidak ada pula yang merekayasanya,  benih itu bersemi sepanjang musim.
Ini alasan saya untuk menyintai hidup saya, saya bisa menanam bunga ketika badai datang dan saya menikmati wanginya setelah badai reda.




Semoga Tuhan Memberi Jalan


Saya tidak mengira perubahan ini begitu cepat tidak seperti yang saya perkirakan. Saya bisa memulihkan kondisi semula secara berangsur-angsur.
Tetapi bagaimana saya bisa memulai satu persoalan tanpa tahu kelanjutannya. Itu masalahnya. Saya sudah menduga hal ini akan terjadi ketika sedikit saja kesalahan saya lakukan keinginan baik ini bisa menjadi sebaliknya. Posisi saya memang tanggung karena itu apa yang saya lalukan bisa menimbulkan kecurigaan seolah-olah ini semua hanya sebuah intrik untuk mengambil keuntungan bagi saya.
Saya tidak kecewa atau takut anggapan itu. Tidak perlu saya menjelaskan atau bertanya lagi tentang hal ini. Saya yakin saya melakukan seperti kata hati saya semula, untuk kebaikan. Yah kalau itu dianggap baik. Seandainya dianggap tidak baik juga tidak masalah, toh cuma dianggap, bukan karena saya berniat tidak baik.

Apa yang terjadi pada masa mendatang, itu yang saya tunggu. Berharap saya mendapat kejutan telah terjadi apa yang kami harapkan. Ada hal positif yang bisa merubah jalan hidup orang-orang yang kami cintai menjadi mulus dan indah.

Semoga Tuhan memberi jalan kemudahan serta membukakan lembaran baru yang menyenangkan.

Sabtu, 07 November 2015

Sebelum Tahun Berganti


Selamat malam dari Tabanan.
Tidak terasa tahun akan segera berganti lagi. Begitu cepatnya, sangat cepat sehingga sangat sulit kita bisa berlari bersamanya. Tetapi apakah kita harus berlari jika berjalan pun cukup untuk mencapai ujungnya. Begitu banyak hal yang tak terpikirkan. Begitu banyak mereka yang seharusnya berpacu dengan waktu sebelum waktu meninggalkannya. Orang-orang terdekat, saudara, sahabat dan kerabat.

Kegagalan, kehancuran, dan kesalahan hidup  tidak ada artinya lagi untuk dirasakan karena waktu akan mengubahnya. Tetapi kesendirian adalah penderitaan yang sesungguhnya. Kesendirian akan membawa rasa sepi yang sesungguhnya dan sepi yang sesungguhnya lebih kejam dari penyakit apapun.
Betapa saya sering sedih, seorang adik telah menjalani masa penantian yang panjang untuk mendapatkan teman hidupnya. Dalam penantiannya ia pernah punya harapan namun gagal sebelum hari yang dinanti tiba. Selanjutnya dia jatuh dalam pernikahan dengan suami orang lain dan ditinggalkan sebelum putrinya berumur enam bulan. Penantiannya tidak pernah berujung manis.
Hidup ini sepertinya mempunyai sekumpulam persoalan. Bahagia dan derita tidak ada habisnya terjadi pada siapa saja. Hidup bisa saja menjadi kumpulan ketakutan terhadap kegagalan, walaupun sebenarnya kegagalan itu bukan hal yang luar biasa. Menghadapi kegagalan akan sama artinya dengan menghilangkan ketakutan itu.

November sudah datang lagi,  memberi peringatan kepada kita untuk menyelesaikan semua yang menjadi agenda kita tahun ini sebelum tahun berganti lagi.








Api Yang Membakar



Anatoliaku
Waktu itu musim dingin membeku
Kita berjalan tergesa melewati jalan panjang di hutan kecil itu
Pepohonan tak berdaun merangas seperti pasukan sedang mengepung
Lalu kupegang erat tanganmu membawamu berlari menembus gerimis salju
Anatoliaku
Kita mulai membeku lalu kamu menangis di dadaku
Lubang pohon itu tidak cukup untuk kia berdua
Engkau menggulung di situ dengan menggigil
Mata birumu kehilangan cahaya memanggilku dengan pilu

Anatoliaku
Kini musim panas bersemi dan burung-burung camar terbang melayang di atas air
Masihkah kau ingat kapal-kapal yang melintas di Selat Bosporus?
Dan lembah serta perbukitan kota tua itu? Bukit-bukit kerucut itu?
Katamu manusia tidak berbeda dengan semut di sana
Manusia purba membuat lubang untuk tempat berlindung mereka
Dari kejamnya musim dingin.
O Anatoliaku
Musim dingin telah berakhir bagiku, kulepaskan pelukaanmu dan
Kutinggalkan jiwaku di dadamu
Jika badai salju itu tiba jiwaku akan melindungimu                                                                                        Bertahanlah walau aku tidak lagi di sana
Api cinta itu akan terus membakar kita.

 
Add caption

Jumat, 06 November 2015

Sebelum Badai Datang Lagi


Mengapa kamu masih di sini saat badai sudah mereda
seharusnya kamu mengambil serumpun bunga ilalang 
dan meniupnya
berjalan di bawah matahari pagi
meniti jalan baru tak berbatu

Mengapa kamu masih di sini
Bukankah hari akan berganti dan harapan baru menanti
Berangkat tinggalkan sepi yang tak akan bertepi
sebelum badai datang kembali


Rinjani 2013

Rabu, 04 November 2015

Menabur Angin Menuai Badai

Badai ini akan reda tanpa melukai. Ia hanya akan meninggalkan sunyi di samudera. Bukan anomali jika setelah badai berlalu ketenangan akan terjadi. These storms were awfull, but it's perfect cuddling weather.
Begitulah, kehidupan memang identik dengan perubahan yang terjadi pada alam. Saya setuju.
Berharap begitu, badai pasang tidak akan selamanya. Tetapi  ketenangan bisa diciptakan setelah badai.

Saat ini laut itu teduh tetapi saya tidak tahu apa yang mungkin terjadi saat badai itu datang lagi.
Semoga badai kedua tidak sedahsyat badai sebelumnya dan saya bisa mengatasinya. Saya menabur angin saya harus siap menuai badai.

Pantai Kelayar Pacitan 2014


Pantai Kelayar 2014

Senin, 02 November 2015

Kamu Akan Menghabiskan Malammu



Kamu akan menghabiskan malammu bersamanya
Di kebun mawar dan bunga leli yang bermekaran di musim panas
Segelas anggur dingin disuguhkan padamu untuk menyejukkan hatimu
Reguklah dalam-dalam sebelum hari bertuba
Habiskan sebelum siang tiba

Hidup ini terlalu singkat, bukankah aku sering berkata
Jika aku tidak pernah mereguk manisnya anggur
Maka untukmu aku tak mau
Tuba itu biarlah aku habiskan sampai tetes terakhir
Karena kutahu itu tak akan membunuh jiwaku
Kamu akan menikmati musim semi yang gembira
Bermain di kota-kota tua, melihat salju turun di di Delf, Brest atau Bologna.
Menyusuri kanal-kanal di Venesia. Melihat menara-menara tua di Ankara, Istanbul dan kota lainnya.
Kamu terlalu lama berada dalam taman tak bermawar
Bergelut melawan dingin malam tak berwarna
Walaupun kamu menyulut seribu lilin di sudut-sudut kota
Kamu akan menghabiskan malammu bersamanya
Di ranjang bertabur aroma bunga dari sorga
Bermimpi tentang anak-anak esok hari
Yang akan menjaga hari tuamu sepenuh hati.


Sabtu, 31 Oktober 2015

Cerita Buat Anatolia



Anatoliaku, gemerlap cahaya bergerak saling silang melintas di jembatan Bosporus yang membelah benua Asia dan Eropa itu. Jembatan sepanjang lebih dari seribu meter itu tidak pernah tidur dan menjadi denyut urat nadi kota Istanbul. Engkau berdiri menghadapku membelakangi selat Bosporus. Bibirmu tak berhenti bicara memamerkan kegembiraanmu bertemu lagi denganku. Matamu berlomba dengan cahaya kendaraan di jembatan itu dan derai tawamu hangat menjalari dadaku.
" kau meninggalkanku begitu saja saat itu." Katamu tiba-tiba sendu.
" kau tak mengajakku melanjutkan perjalanan itu." Tambahmu
" Karena kamu bilang waktumu tidak cukup sampai esok hari." Jawabku.
"  Engkau bersamaku tetapi engkau tak menganggap aku ada, engkau sibuk dengan teleponmu sendiri dengan mereka."kau menumpahkan kecewamu tanpa kehilangan kegembiraanmu.
"  kupikir kamu penyuka jenismu saja, tidak peduli perempuan." Serangmu lagi.
Aku terhenyak, tidak menyangka pikiranmu seburuk itu tentangku, dan kau masih saja menyerangku.
"  Kau pikir aku tidak bisa?" Sergahku.
" Tentu saja kamu bisa, penyuka sesama jenis juga bisa punya anak!" Kamu makin sengit menyerangku.
Angin  mulai menyergap. Mantelmu basah lalu kutarik tanganmu menuju kedai kopi tidak jauh dari tempat itu.   Menikmati kopi turki yang sangat terkenal itu. Kau membuka mantelmu, scarft warna kuning itu kau lilitkan kedua bahumu dan jari-jarimu mengikat ujungnya di dadamu. Kamu sudah berubah. Rambutmu, wajahmu, posturmu tetapi kamu tetap gembira dan semangat menghabiskan hari-hari murammu.

Malam kian larut. Kamu pasti kedinginan tetapi kamu menolak ketika aku menawarkan jaketku.
Anatoliaku yang malang, 34 tahun kau habiskan waktumu dengan lelaki yang tidak bisa memperlakukanmu dengan baik. Kamu sering bercerita kepadaku tentang hidupmu yang menderita. Karena itu kamu sangat bahagia mengenalku, katamu. Tetapi apa yang bisa kulakukan padamu walaupun aku juga bosan dengan kesendirianku.
Malam itu kita menghabiskan setengahnya untuk bicara. Kamu banyak tertawa tetapi kamu juga menangis saat kita berpelukan. Kau menciumi aku terus dan kamu juga berkata,
" Sayang aku senang bertemu denganmu malam ini," Katamu. Dan aku hanya bergumam.
Aku beruntung bertemu denganmu." Bisikmu kemudian.
"  sayang, aku sangat bahagia, tidak banyak perempuan yang punya kesempatan
Seperti ini." Sambungmu lagi.
Aku tak tahu bagaimana perasaanku kepadamu,aku merasa kelelakianku sangat berarti bagimu. Walaupun selama ini aku tidak peduli padamu sejak pertemuan itu. Pertemuan pertama dan menjadi yang terakhir setelah dua kali aku batalkan janji dengan diam-diam sementara kamu sudah menungguku di tempat yang aku janjikan. Kau sms aku dan aku tahu kamu menangis.

Gairahku meningkat mendengarmu, suaramu sudah bercampur dengan panas yang mulai menjalar. Tetapi sesaat kemudian kita hanya bisa menelan nafas panjang kita sendiri kemudian menumpahkannya kembali ke udara.
. Ada jurang yang sangat lebar di antara kita.
" Sayang lihatlah aku, aku seperti sudah gila di sini tetapi kamu hanya membiarkan aku begini," katamu  riang kembali.
'Aku membiarkan kamu begini.' Apapula yang bisa kulakukan, pikirku. Kepalaku mulai pusing.
Di kejauhan menara pengawas di Selat Bosporus mengerling kepadaku. Kapal besar dan kecil terburu-buru berjalan di kegelapan, Di sepanjang tepian selat berjajar kapal-kapal kecil dan yacht. Sementara kapal-kapal  nelayan berhimpitan di sepanjang pantai.
" Jadi kamu yang membawa dia untukku, siapa gadis itu?" Aku kembali menanyakan kepadamu.
" Ya, kenapa?" kamu balik bertanya
Tentu saja aku tidak tahu jawaban itu. " Tetapi kenapa kamu lakukan itu?  Tanyaku lagi
" Beraninya menipu aku, merekomendasikan aku untuk gadis itu!" Sambungku
Wajahmu berubah cemas, karena itu aku tidak jadi memarahimu dan selanjutnya engkau menjawab datar, " Itu hanya satu cara saja. dan tidak ada kaitan dengan aku"
"Maafkan aku telah mengerjai kamu tetapi aku mau kamu ada yang mengurus." Katamu lagi'
Suasana menjadi hening.
" Kamu akan tenang dan nyaman bersamanya dan tak perlu repot mengurusnya." Katamu tertawa kecil. Aku juga ikut tertawa asal saja. " Kamu akan kalah darinya." Sambungmu lalu kujawab " Ga apa-apa" Aku tahu maksudmu bahwa gadis itu lebih baik statusnya dariku tetapi aku tidak tersinggung.
" Jadi maksudmu aku mendapat dua sekaligus." Aku berkelakar. Wajahmu berbinar mendengar dirimu ada dalam pengakuanku. Padahal sesungguhnya aku hanya bicara basa-basi menyenangkanmu. Bukankan sudah  sering aku mengumbar harapan tetapi tidak bisa menepati, itu katamu. Dan sekarangpun kamu masih senang mendengar kata-kata bualanku.
Aku mulai menguap.Udara semakin dingin. Tetapi aku masih ingin mendengar tentang gadis itu.
" Lalu ada hubungan apa kamu dengan dia?"  Aku bertanya
" Hanya adik temanku. Ia minta tolong padaku untuk mencarikan jodohnya.
" Kamu kenal dengan dia?"
" kenal, ia gadis yang baik dan peduli terhadap keluarganya" Kamu masih mempromosikan dia.
Aku masih meragukanmu, bagaimana bisa kamu begitu serius untuk urusan jodohku. Selama ini aku tahu kamu menyintaiku. Dan jika sekarang aku tertarik akan hal itu karena aku sudah terlalu lama sendiri dan ingin  mendapatkan teman hidupku. Denganmu tentu tidak mungkin. Kamu jauh di atas umurku dan kamu sudah bersuami. Memang pernah aku mengatakan padamu ingin menikah denganmu tetapi ketakutan akan efek ketidak laziman itu menyadarkan aku dan kamu bahwa kita tidak mungkin menikah. Aku tahu cintamu padaku memang tidak berubah. Tiga tahun yang lalu adalah saat terakhir hubungan kita. Hubungan tanpa pertemuan. Kita hanya bicara lewat telepon dan sms sebelumnya. Lalu pertemuan itu terjadi dan menjadi yang terakhir, kita hanya berbicara seputar kita saja, tidak terlalu lama. Kamu canggung dan aku juga tidak bisa larut dalam kecanggunganmu.
Namun kita tidak serta merta bisa saling melupakan. Kamu  sms padaku setiap kali datang tanggal dan bulan perkenalanmu denganku. Kamu kirim foto setiap tanggal dan bulan pertemuanmu denganku. Aku jadi ingin mengusikmu. Lalu aku mengundangmu lewat yahoo messenger dengan nama samaran. Begitu rupa aku mengelabuhimu berpura-pura sebagai perempuan. Hampir setiap hari aku menambahkan kamu sebagai teman chattingku.  Tetapi kalimat yang kugunakan selalu sama karena aku hanya mengambil kopi paste dari percakapan dengan mereka. Perempuan-perempuan perayu di situs dewasa media sosial online.
Kamu tahu semua itu karena itu kamu balas saja sekedarnya. Terkadang kamu marah juga dan mengolok-olokku. Tetapi kita tidak membahasnya saat kita bertemu.
Anatolia, apa yang sedang terjadi di antara kita dan bagaimana kamu bisa memilihkan jodohku. Aku penasaran maka aku mendesakmu dan kamu katakan, " Perlu ada yang mengurusmu, menyiapkan makanmu dan mendampingimu."
"  Apa pedulimu? " Pertanyaanku seperti menuduhmu mencari perhatianku.
"  Aku merasa kamu sudah menjadi bagianku, keluargaku, begitulah, masalahnya apa kamu berminat?"
"  Jiiaah pertanyaanmu. Berminat? Tentu saja aku berminat. Masalahnya dia mau apa?" Aku berharap cemas.
"  Dia mau, dia invite kamu artinya dia mau berkenalan denganmu. Dan mungkin juga tertarik padamu"  Kamu tertawa " Kamu memang hebat." Sambungmu lagi
ya..ya.. Aku mengumpulkan  konsentrasiku membayangkan gadis itu. Seperti yang kamu ceritakan, ia memang eksis sebagai perempuan karier dan manis pula senyumnya. Foto-fotonya bercerita banyak tentang profil gadis modern yang bermartabat. Enerjik dan terpelajar. Aku suka gadis seperti itu.
" Kamu harus mencoba, dan jangan menyerah. Jodoh bisa terjadi dengan cara yang kita mau. Masalah gagal itu biasa." Katamu memberiku semangat.
" Yah akan aku coba." Jawabku singkat.
"  Bagus, semoga kamu berhasil."
"Amin." Jawabku.
Malam sudah berganti pagi, suasana mulai sunyi. Bulan sudah sangat miring mendekati daratan di seberang selat. Kita berpisah, kamu memandangiku dalam-dalam dan masih kuingat suaramu terbata-bata " Jangan pergi." ketika aku memelukmu. Aku tahu kamu masih merindukanku, merindukan perbincangan saat kesedihan merayapi hatimu dan mungkin juga hatiku beberapa tahun yang lalu. Aku berjanji menunggu teleponmu untuk membangunkanku sebelum matahari terbit esok hari tetapi aku mengingkarinya. Aku tidak mengangkat teleponmu dan tidak menjawab sms-mu. Aku tahu bahwa kamu lakukan permintaanku itu karena ingin menurutku saja.

Anatoliaku, kini aku berdua dengan gadis pilihanmu tetapi aku tidak bisa mengatakan kepadamu apa yang terjadi. Kamu tidak pernah mengatakan sebelumnya kalau ia sangat mapan dan sukses. Benar yang kamu katakan aku tidak perlu mengurusnya. Bahkan kalau aku mau dia bisa mengurus semua keperluanku. Rumah, mobil, jalan-jalan ke luar negeri, umrah, weekend di hotel bintang atau yang lainnya. Tetapi aku sudah bilang kepadamu kan bahwa aku ini biasa saja, aku bukan laki-laki gaul atau alim. Bukan tipe laki-laki yang suka dengan kemewahan. Kamu lihatkan mobilku hanya mobil tua yang kamu plesetkan namanya dengan Si Mungil. Dan kamu katakan waktu itu bahwa karena itulah kamu memilih aku untuknya.
Tak ada lagi kabarku untuk kamu walaupun kini aku tinggal sebuah villa yang dibeli olehnya. Aku pindah di tempat ini meninggalkan tempat kos yang sudah  aku huni selama hampir sepuluh tahun. Aku bahagia kini. Aku ingin mempunyai  dua anak dan akan datang kepadamu untuk memperkenalkan mereka sebagai Bagus dan Kate, nama-nama manis yang pernah kuceritakan padamu dalam khayalanku dulu.







Kegelisahan



Ini terjadi dan menyakitkan tetapi ini jauh lebih baik daripada zero dari semuanya. Ketakutan dan kegelisahan seringkali terjadi sebelum sesuatu terjadi. Kegelisahan ini saya ciptakan sendiri, jadi saya tidak boleh takut menghadapinya. Tidak boleh ada yang percuma hanya untuk meratapi apa yang mungkin terjadi. Kemungkinan terbaik seharusnya disyukuri, ya saya sangat bersyukur dan berbahagia untuk kebahagiaan dan saya akan menyesal untuk kekecewaan serta penyesalan. Semoga pilihan tidak jatuh pada yang kedua. Kekecewaan dan penyesalan.

Kawan, begitu pandai saya bermuka ganda, berperasaan ganda bersilangan. Tetapi sudahlah, Takdir selalu menuntun langkah setiap manusia yang berjalan benar. Semoga jalan saya benar dan tidak menyesatkan. Betul kata orang bahwa ada jalan berliku dalam kehidupan. Mungkinkan yang akan saya hadapi liku yang terakhir? Berharap demikian. Tetapi ujung dari liku sebelumnya tidak pernah saya temukan. Saya sudah putus harap untuk menemukan ujung jalan itu. Maka Que sera sera. Apa yang terjadi terjadilah.

O jiwaku, rasanya langit tidak berwarna lagi, mata tidak bisa lagi mengatakan bahwa tangkai-tangkai bunga kamboja itu masih indah. Semua Hampa. Saya ingin meninggalkan jasad saya kembali ke asal Tuhan menitiskan nyawa. Umur saya sudah cukup saya nikmati sekalipun tidak ada perilaku saya yang bisa membekali keberangkatan saya. Semoga Tuhan memberikan pintu maaf-Nya kepada hamba seperti saya yang selalu berada dalam kegelisahan dalam hidupnya.


Bali Nirwana Resort


Jumat, 30 Oktober 2015

Sayonara Chauvinism Good Bye

Sayonara chauvinism good bye
potongan lirik lagu lawas ini pas mantap mengisi rongga gelap perasaan saya. smiling as we go? Mungkinkah? Ada yang bisa tersenyum dalam kalut seperti ini? Basa-basi yang membungkus kemuraman dengan kain sutera emas. Bohong.

Sayonara, sayonara, sayonara  good bye
itu saja.

Murakami Di Antara Dua Perempuan


Kamis, 29 Oktober 2015

Adios Amigo


Kesunyian ini akan panjang dan lebih panjang dari  musim lalu
ketika daun-daun bersemi dan bunga mekar dalam tangkainya
kesunyian ini akan datang sepanjang pergantian musim
menyempurnakan ketiadaanku

aku tiada di antara keindahan warna
cintaku telah meredupkan cahaya mengabur nyawaku
kutebarkan kesturi tetapi api membakar, luluh lantak jiwaku
aku tidak ada lagi
seribu teriakan tak kan ada yang mendengar, sejuta tulisan tak akan ada yang membaca
Lidahku kelu hatiku ngilu

Adios amigo,
semoga pagimu tak lagi hampa dan malammu tak ada sepi
Aku akan mengambil semua sisa kehampaanmu dan kesepianmu
mendekapnya dalam selimut cinta yang kurenda setiap waktu
bergegaslah
sebelum senja semakin pekat dan menghambat

Kesunyian ini akan panjang dan lebih panjang dari musim lalu
ketika daun-daun bersemi dan bunga mekar di tankainya
Namun kesunyian akan membisikkan cinta selamanya

Jiwa Merana

Badan saya sakit. Saya tahu ini efek dari jiwa saya yang tidak sehat. Seharusnya saya bisa menyelesaikan satu cerpen malam ini ternyata tidak. Tidak sesuai dengan keinginan saya yang brutal untuk segera menumpahkan segala yang menyakiti jiwa saya, ulah saya yang menyiksa diri sendiri. Ternyata saya tepar, kepala terasa sangat pening dan cerita itu tak selesai.
Saya gila telah menggadaikan satu hal yang paling berharga dalam hidup saya begitu saja. Hanya berpikir hal itu demi bisa berguna pada orang lain, ternyata tidak.
saya bunuh diri, lalu mengubur diri dalam kegalauan dan mulai melihat kemuraman yang mengitari.

Persoalan hidup manusia bukan ada pada saya satu-satunya. Setiap orang punya persoalan dan mereka punya cara sendiri untuk menyelesaikannya.
Hanya saya yang berlebihan, Kekhawatiran terhadap persoalan orang lain yang berlebihan membuat jiwa saya merana.








Selasa, 27 Oktober 2015

Menit yang Menyedihkan

Ada menit ketika kesedihan itu menelinap. Pertempuran itu begitu sengitnya hingga menitikkan air mata. Tetapi segala keinginan dan harapan tanpa upaya dan perjuangan akan tinggal harapan. Kegagalan akan menjadi pasti kecuali jika Tuhan mau bermurah hati mengabulkan harapan orang yang tak mau berusaha.
saya akan berusaha sekalipun bisa saja percuma.
Hari tua itu sudah saya genggam. Hari-hari yang terjalin dari waktu yang sangat panjang. Penuh air mata dan darah. Hari ini semua telah mengering dan dunia saya sudah berubah. Perubahan yang sangat cepat dan penuh cahaya seperti memberi waktu untuk membuka jalan yang baru untuk saya lewati.
Betapa saya harus membalas perubahan ini. Bagaimana saya bisa melakukan upaya perubahan pula terhadap orang lain. Perubahan yang sama dan membuat orang lain bahagia.



 Tetapi ini membuat saya sedih.

Senin, 26 Oktober 2015

Kenangan Bersama

Kesunyian identik degan para lanjut usia ketika rumah telah ditinggalkan penghuni-penghuni muda. Mereka adalah pewaris hidup orang tua yang  menempuh jalan dengan cara yang sama, meninggalkan rumah demi mencapai masa depan.  Tepi masa depan mulai dicapai dan selanjutnya berangsur-angsur menuju pusat lingkaran masa depan itu.
Lalu semua tak ingin kembali karena kembali berarti mundur.

Setiap orang tua mungkin tidak sabar untuk melihat anaknya sampai di pusat  lingkaran itu sekalipun itu akan ,menjauhkan jarak dan meninggalkan kesunyian padanya.
Terkadang kesunyian ini telah menjadi rumah tinggal jiwa yang tenang apabila anak-anak terbang ke arah yang benar.
Kesunyian yang dihuni oleh setumpuk catatan indah masa kecil anak-anak yang selalu bergembira dengan yang ibu sajikan di piring mereka. Dengan baju-baju pilihan ibu mereka dan mainan kecil mereka.
Kini piring, baju dan mainan itu menjadi warisan dari mereka yang berharga untuk disimpan. Karena benda-benda itu bisa mempersatukan kenangan masing-masing anak menjadi kenangan bersama.


Semua Berlindung Kepada Ibu

Rabu, 21 Oktober 2015

Hari Santri 22 Oktober, Ada Apa?

 Saya berharap ditetapkannya hari santri menjadi hari besar nasional menyusul hari buruh bukan hanya sekedar aksi menepati janji  kampanye. Ketika seorang pejabat menjanjikan sesuatu ia berkewajiban menepatinya. Dan ketika ia menepatinya ia harus bertanggungjawab untuk segala konsekuensi yang terjadi. Saya khawatir hari santri akan disamakan dengan hari buruh. Hari buruh hanya digunakan untuk sarana menuntut hak dan merampas hak orang lain dengan aksi-aksi demontrasi di jalanan padat Ibu Kota dan kota-kota besar lainnya. Pemaksaan sesama buruh dan pelanggaran lalu-lintas.
Artinya perlu kejelasan bagi kalangan umat Islam khususnya para santri apa kewajiban dan hak mereka. Jangan sampai timbul aksi menuntut apapun dari kalangan santri sebgaimana halnya aksi buruh yang selalu menuntut upah. Santri sebagai sebuah komunitas muslim dalam satu lembaga pendidikan yang berazaskan agama dan moral memiliki karakter yang berbeda dengan kepentingan buruh bahkan komunitas lainnya.

Begitu pula kaum santri jangan terlena dengan kedudukan terhormat yang diberikan kepada kaum santri, karena tidak ada di antara kita yang tahu pasti apa motif dibalik penobatan hari itu, sejak semula umat Islam khususnya kaum santri tidak pernah menuntut adanya hari santri. Tidak pernah membuat hari, tanggal sakti untuk eksistensi mereka sebagai kaum santri. Jika diungkit-ungkit jasa-jasa perjuangan kaum santri pada perjuangan untuk NKRI, itu terlalu naif. Memang tidak dipungkiri perjuangan para santri untuk kemerdekaan RI cukup besar, tetapi perlu diingat para pejuang itu adalah patriot tanpa pamrih. Berjuang sebagaimana perintah agama yaitu membela Tanah air dan itu adalah kewajiban setiap umat Islam. Tanpa hari santri semangat membela dan menjaga Tanah Air akan tetap ada di kalangan para santri.

Tetapi ada hal positif yang harus dipetik dari penetapan Hari Santri. Para santri bisa menjadikan momen hari ini sebagai peluang untuk lebih eksis dalam meningkatkan kualitas pengetahuan dan Akhlakul Karimah.
Semoga!




Bagaimana Menghadapi Mutan Itu?

Hai itu Rabu, 21 Oktober 15, menjadi hari yang sedikit menyakitkan saya. Saya terlambat masuk kelas karena mengajar melewati waktu di kelas sebelumnya. Beberapa murid tidak ada di kelas. Saya berpikir ini ada kaitannya dengan agenda mereka untuk memperingati hari besar yang akan diadakan besoknya.
Saya berpikir demikian karena di kelas sebelumnya murid mengatakan ada kegiatan untuk acara itu yaitu adanya beberapa perlombaan. Konyolnya saya lupa mengabsen siswa yang tidak masuk karena keburu sibuk dengan materi yang saya sajikan dengan LCD.
Saya tidak senang sebenarnya mengajar dengan kondisi kelas kosong begini, Tetapi apakah saya harus mundur? Saya lupakan mereka yang tidak ada di kelas, dan selanjutnya pelajaran berjalan sampai selesai.

Saya menjadi tidak habis pikir, Begitu buruknya saya. Apa yang saya lakukan setiap kali masuk kelas berusaha  membina mereka, mengingatkan mereka tentang moral, sikap dan etika bahkan melarang mereka keluar untuk alasan ke kamar mandi pada jam pelajaran berlangsung. Ini bukan pekerjaan yang lebih mudah dari mengajar. Pekerjaan ini mengekploitasi emosi, Saya melakukannya dengan berharap melihat adanya perubahan, saya ingin melihat murid saya memiliki kredibilitas yang sama, kualitas yang sama dengan anak-anak sekolah yang lain. Nyatanya hari itu terjadi.
Sungguh saya sakit karena kelalaian saya tidak mengabsen hari itu.
Satu hari yang nahas,
Konyolnya saya gelagapan karena pertanyaan dan peringatan itu terlalu mendadak. Konsentrasi belum beralih dari kelas. Saya menjawab asal-asalan sepotong-sepotong berdasarkan ucapan-ucapan anak lalu mengambil kesimpulan saya sendiri.  Sungguh memalukan saya mencatut satu nama siswa. Saya berdosa.
Inilah yang menyakitkan itu. Saya terus berpikir apa saya harus hilang semangat, Berhenti menjadi guru?
Ribuan murid sudah bersama saya, ribuan kenangan manis memenuhi lembaran catatan saya. Tetapi kali ini saya membayangkan wajah-wajah murid yang bagaikan mutasi sebuah virus. Dan saya tidak mau terinfeksi.





Senin, 19 Oktober 2015

Api Yang Tak Membakar



Jangan Anda kira bahwa setiap dendam adalah kesalahan karena terkadang dendam itu datang dengan diam-diam ketika ia muncul dalam mimpi di malam hari. Jangan Anda mengira dendam itu kesengajaan, karena terkadang dendam itu datang sebagai tamu yang tak diundang.
Bagaimana bisa tahu bahwa ini dendam sedangkan tidak ia tidak melahirkan pembalasan.

Tetapi barangkali di antara dendam dan balas dendam hanya ada garis tipis yang membatasi. Karena seperti juga rasa dendam, balas dendam terkadang juga datang diam-diam tanpa diketahui siapa pun.

Begitulah, dendam tak selalu membakar, tak selalu melukai tak selalu sama pembalasan. Dendam bisa menyiram bara menjadi tanah yang subur untuk lahan cinta. Menindas luka membunuh duka.



Butuh Lupa

Pasti, yakin suatu saat aku bisa lupa
karena kapasitas benakku tidak sebanding apa yang aku ingat
Dsn jika aku lupa
sama artinya aku kehilangan apa yang aku ingat

untuk itu aku butuh lupa
aku butuh memindahkannya keluar benakku
karena pikiranku sudah sangat lelah
bekerja untuk hal yang sia-sia
seperti mengukir bunga di awang-awang
tak ada bentuk tak ada warna

aku harus mau pergi
melepas segala pikiran yang sia-sia
terbenam harap di laut fatamorgana
Yang sangat luas tiada batasnya0

Minggu, 11 Oktober 2015

Bukan Mimpi Indah

Mimpi semalam adalah mimpi buruk, tetapi mimpi itu telah menumpahkan sumpah serapah yang terpendam. Bagaimana saya bisa mengucapkan itu walaupun sebenarnya kenyataan memang demikian. Baru sekarang saya sadari semalam adalah ulang tahun pernikahan saya. Saya tak ingin menghitung yang keberapa.

Semua kenangan itu sudah basi, pernikahan itu sudah mengubur kegembiraan saya. Hm jika kalimat ini terbaca, saya tidak tahu bagaimana. Mungkin kemarahan, kecewa atau yang lainnya. Tetapi kapan saya bisa merdeka kalau bukan dengan cara ini. Saya tidak suka bertengkar, saya tidak bisa bicara lagi tentang apa saja. Sedangkan hati saya masih perlu merasa. Belum putus harap untuk menikmati kehidupan yang sebenarnya.

Saya percaya hari depan masih ada, ini bukan akhir dari segalanya. Tuhan sudah mengurus persoalan saya demikian rupa seperti apa yang pernah saya minta setiap malam. Perubahan. Satu perubahan besar memang telah terjadi, namun perubahan itu tak menyentuh urusan tanggung jawab. Dan saya malu berdoa untuk hal ini. Saya ingin melihat tumbuhnya rasa itu dari naluri seorang pemimpin. Saya benci melihat pemimpin yang tidak mau berkeringat sementara ia melihat keringat itu menetes dari kening orang lain.
Ah sudahlah, maafkan saya. Mimpi semalam seharusnyya sebuah mimpi indah.


Minggu, 27 September 2015

Musim Itu



Musimku tak akan datang lagi kekasihku
kemarau panjang ini menerikkan segala pikiranku
hanya derik serangga musim panas dan kersik reranting
memenuhi ruang waktuku
aku rindu datangnya musim itu
saat daun-daun bersemi dan menghijaukan ladangku
ladang penuh cinta dan gelora yang kita bikin dari tetesan embun dini hari

Musim itu sudah berlalu kekasihku
Kini hanya debu yang berkeliaran menyesakkan dadaku
di sini aku tak perlu waktu untuk menunggu musim itu
karena tak akan ada musim yang sama untuk kedua kali
perubahan ini telah menjadi kekekalannya

Berada dalam satu musim itu menandai bahwa hidup ini sempurna
menggenggam tanah, pasir, matahari bulan dan bintang
meraup air meredam api dan menangkap angin
di setiap waktuku, di setiap helaan nafasku
Musim itu mengentaskan aku dari lumpur penderitaan
yang tak pernah kuduga bisa terjadi seperti ini
Aku bisa melupakannya tanpa membunuh ingatanku

Musim itu telah memberi ruh baru dalam ragaku
membentangkan  lembaran baru rasa dan jiwaku
dengan cinta
memusnahkan bukit-bukit kebencian
menenggelamkan gunung kedendaman
jika ada air mata, itu bukan lagi tangis penderitaan
hanya tangis kerinduan untuk musim itu.