Minggu, 22 Juni 2014

23 Juni Sudah melewati 22 Juni

Hari ini 23 Juni, 22 juni baru saja lewat. Bukan hari yang terlupakan melainkan hari untuk dilupakan. Banyak kejadian penting untuk 22 Juni. Semalam adik bungsu saya juga memasuki ultahnya. Kami makan pizza Aston dengan harga diskon untuk ultah pegawai hotel tersebut, jadi enak saja menikmatinya.

Semoga semua orang yang saya ingat pada 22 Juni akan mendapat kemudahan jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan serta tercapai apa yang dicita-citakan.

Kali ini saya sudah berada di Jawa Timur lagi,tepatnya di Bojonegoro. Ibu yang sudah sangat tua menjadi salah satu alasan untuk itu.Dan besok saya akan meninggalkan kota kelahiran menuju Malang lalu Lumajang untuk mendaki. Gunung Semeru sudah menanti kedatangan tim Kami, sayang tidak semua bisa ikut. Keluarga Mauris tidak bisa ikut. juga anak-anak karena sedang ada ujian akhir semester dan kerja.

Kesempatan yang sangat memburu saja yang membuat kami, di atas 50 tahun untuk mewujudkan cita-cita kami melihat beberapa puncak gunung semampu kami,
Hari ini saya istirahat total setelah dua hari super lelah untuk acara pernikahan keponakan di luar kota.

Selamat pagi semuanya, selamat pagi kawan, selamat bekerja. Hari ini semangat dan harapan menyertai Anda

Minggu, 15 Juni 2014

Masa Lalu adalah Kepastian


Senja sudah pergi untuk datang kembali esok hari. Seperti irama kehidupan yang terus berulang  dalam melewati detik-detik yang panjang. Dan di dalam detik-detik itu bisa saja terjadi perubahan suasana hati yang tidak terduga-duga.

Banyaknya variasi rasa pada diri manusia menjadikan dinamika hidup selalu terjadi. Ada saatnya kita menangis dan ada saatnya kita tertawa. Dan itu merupakan hal manusiawi yang sangat universal.
Karena itu biarkan kita menangis pada saat kita perlu untuk menangis dan biarkan kita tertawa pada saat kita membutuhkan tertawa.

Pembaca,
Malam sudah berganti dinihari dan sunyi menyelimuti. Banyak ruang waktu yang kosong tetapi apa yang bisa saya lakukan selain merenungi segala yang pernah terjadi.
Berpikir tentang masa depan, masa depan yang mana? Masa depan itu seperti fatamorgana. Ilusi yang mempermainkan kita setiap kita melangkah. Sebenarnya  detik ini adalah masa depan bagi hari-hari kemarin. Malam ini adalah juga bagian dari masa depan  yang kita pikirkan itu.

Memandang masa depan tak semudah melihat masa lalu karena masa depan bukanlah  kepastian sedangkan  masa lalu adalah kepastian.




Sabtu, 14 Juni 2014

Melihat Situasi di Makam Sunan Muria.

Melanjutkan perjalanan dari Jepara, sampai kota Kudus sudah sore. Kami check in hotel jam empat. Sehabis mandi dan istirahat sebentar kami keluar untuk dinner. Hotel kami di tengah kota jadi hanya dengan jalan kaki sambil cuci mata kami sudah sampai di pusat keramaian. Seperti yang kami idamkan yaitu mencicipi sate kerbau. Ya cukup enak, dagingnya lembut dengan bumbu kacang.  Dan esok harinya mencicipi soto kerbau, hmm ini lebih lezat.

Perjalanan pertama di Kota Kudus adalah melihat objek wisata Sunan Muria. Dari depan hotel kami langsung naik mikrolet langsung Muria dengan ongkos 12.000 rupiah perorang. Letak kompleks Sunan Muria di ketinggian bukit. Untuk menuju ke sana dari terminal Muria perlu ojek motor lagi dengan ongkos 8000 rupiah. Ini menghemat tenaga dan waktu dibanding melalui jalur pintas dengan jalan kaki menaiki anak tangga.



Memasuki gerbang kompleks kami sudah disambut oleh pedagang berbagai macam barang keperluan ziarah dan makanan khas hasil kebun masyarakat sekitar, seperti pisang panjang rebus, umbi-umbian dan talas. Ada juga jenang atau dodol. Lalu memasuki lorong demi lorong mendaki dalam bangunan. Di beberapa tempat terdapat kotak amal yang cukup besar. Memang memasuki objek wisata ini tidak ada tiket masuk jadi mungkin dari kotak amal inilah peninggalan sejarah Islam Sunan Muria ini dikelola.

Ujung terakhir lorong ini adalah ruangan yang cukup luas di mana terdapat makam Sunan Muria dan pengikutnya.


Sayang situs ini sudah sangat jauh dari aslinya. Tiga puluh tahun lalu saat saya berkunjung ke sini makam ini menyatu dengan alam. Hanya ada sebuah bangunan tua tidak tertutup tempat Sunan Muria disemayamkan. Lalu di depannya makam-makam pengikutnya yang panjangnya sama lebih dari dua meter berderet rapi. Kompleks makam kecil itu tepat berada di puncak bukit dikelilingi lembah. Dari sana kita bisa melihat  panorama desa di bawah dan jalan berliku. Kini pemandangan itu habis sama sekali. sepenuhnya bukit itu sudah tertutup oleh beton dan lembahnya pun tertutup rapat oleh kios pedagang.



Tetapi yang jelas situasi itu memberi keuntungan bagi kehidupan masyarakat di sana. Berbagai toko suvenir dan perhiasan imitasi berjajar sepanjang lorong keluar. Kemudian di sepanjang tangga menuruni bukit pedagang pakaian dan perlengkapan ibadah dan makanan. Sampai satu kilometer ke bawah di dekat pangkalan mikrolet dan ojek.






Jam tiga sore kami meinggalkan Kota Kudus dan melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur melalui Blora, Cepu dan selanjutnya ke Bojonegoro.

Minggu, 08 Juni 2014

Diving di Pulau Menjangan. Ke Pulau Burung dan Pulau Geleang

Seharusnya pada hari ketiga kami akan meninggalkan P Karimunjawa pada jam sebelas dengan kapal Express Bahari menuju Jepara. Tetapi rencana berubah mendadak saat kami membeli sarapan bertemu dengan tiga orang ibu. Salah satunya adalah instruktur diving. Saya tertarik untuk ini karena sebenarnya salah satu keinginan saya adalah diving di Kepulauan Karimunjawa. Lalu saya katakan jika boleh saya mau bergabung dengan tim mereka. Selanjutnya setelah melewati prosedur di kantor Salma Diving dan sepakat dengan biaya trip dan sewa squba plus instruktur, jadilah. Saya sangat bersyukur bahwa apa yang saya inginkan datang pada saat yang tepat. Dan  trip hari ketiga ini ke arah berlawanan dari trip hari kedua, yaitu ke arah barat Pulau Karimun Jawa.

Jam sembilan saya berangkat ke dermaga mendahului tim Salma Diving. Tujuan pertama adalah Pulau Burung untuk snorkeling.



























Jam dua belas saatnya makan siang, kami meninggalkan Pulau Burung menuju P Geleang. Pulau ini juga indah dengan pasirnya yang putih dan mengelilingi pulau yang subur ditumbuhi banyak pohon dan jenis pohon cemara. Kami bersantai setelah capek berenang.


Pulau Geleang

Sangat Cantik



Diving di Pulau Menjangan

Setelah makan, kami menuju Pulau Menjangan untuk Diving. Perairan di sini sangat tenang, tidak ada arus seperti di Pulau Burung. Pulau menjangan tidak dihuni. sepanjang pulau ini ditutup oleh gugusan pohon kelapa. Pantainya sangat indah dengan terumbu karang yang sangat padat sampai ke bibir pantai. Spot Diving agak jauh dari bibir pantai dengan kedalaman mulai dari 5 meter. Lautnya yang tenang dan biota lautnya yang masih tumbuh subur menjadi spot yang nyaman untuk berenang. Juga banyaknya ikan hias yang berseliweran di dekat kami membuat betah berlama-lama di sini.


Setelah berenang dan snorkeling, selanjutnya kami diving. ada lima diver yang turun kali ini. dua orang sudah turun sejak tadi dan saya yang ketiga bersama dua orang lainnya, kami brifing beberapa detik menentukan kegiatan, yaitu discovery dan jalan-jalan dan menguji kedalaman serta waktu.



Selanjutnya mengetes selang, tabung, masker dan equalizer lalu terjun dan ....nyilem.



Sabuk Pemberat dan Sepatu Katak, Siap Diving




Equalizing, Siap


Discovery



Okay, Moving



Berhasil



Discovery Dasar Air






Menghindar! Karang!

Kita Akan Ketemu Lagi di Tulamben
Sangat menyenangkan, segala rasa capek terbayar di dasar laut. Lorong-lorong karang ternyata tidak ubahnya dengan berjalan di rerimbunan semak. Jalan didasar berwarna putih berliku.
Sore kami baru meninggalkan Pulau Menjangan.
Ketika sunset berlangsung kami masih di perahu sambil menikmati keindahan kala senja berganti.


Fantastik
Sedihnya Mengingat

Dermaga Nelayan Menyambut
Malamnya seperti biasa, makan malam di alun-alun. Makan malam ini sepertinya menjadi hiburan tersendiri bagi para pelancong. Menunya selalu sama di semua pedagang makanan yaitu seafood bakar dan goreng atau asam manis. Selama tiga malam saya hanya pesan cumi bakar dan ikan bakar padahal selama itu pula makan siang kami di pulau juga ikan bakar. Tetapi kenyataannya menu ini sangat cocok dengan suasana ini.
Begitu juga orang-orang yang kami temui juga sama, di warung lesehan yang sama dan menunya sama. Ada keluarga besar berkebangsaan Jepang, satu tim orang kulit putih, juga pasangan silang Indonesia-kulit putih adalah yang paling saya kenali. kami secara kebetulan makan pada waktu yang sama.

Hari Keempat.
Pagi, jam 7.30 kami meninggalkan homestay, Pak Abas sudah menunggu untuk mengantar kami ke pelabuhan. Jadinya kami menyeberang dengan kapal Ferry lagi karena hari ini adalah jadual Kapal Ferry Si Ginjai. Tidak terlalu lama menunggu kapal sudah penuh, bahkan lebih penuh dibanding saat keberangkatan.
5 jam 20 menit kapal merapat di pelabuhan Jepara.


Di Mana pun Aku Bisa





Mimpi Ngobrol Sama Ikan Kali



Jam 13.30 kapal merapat di Pelabuhan Jepara dan kami langsung ke terminal Jepara dengan becak. Saya bertemu dengan tim divers dan berjanji akan bertemu lagi jika ada acara diving di Tulamben, Karangasem Bali.

Selanjutnya tujuan kami adalah Kota Kudus.