Ini kali menjadi hari yang membosankan di Rumah Sakit Umum Bekasi. Antrean yang lama dan panggilan yang tidak berurutan sesuai nomor juga membingungkan. Tetapi sudahlah, semua kembali kepada siapa kita. Cuma saya tidak suka ketika melihat petugas yang tidak bersikap ramah kepada pasien. Maka ketika giliran keluarga saya mau ditekan dengan pertanyaan yang merendahkan wibawa pasien, saya merapat dan membalas tekanan dengan memandangnya tajam. Dan di situlah saya tahu seberapa besar kesabaran setiap orang. Ternyata laki-laki itu lebih sabar dari saya. Ia mulai tersenyum melayani kami dan melambatkan tempo bicacanya.
Empat jam sudah untuk hari ini.
Selamat datang di blog saya. Saya senang Anda bergabung dengan saya, melihat pengalaman saya dalam gambar dan membaca tulisan saya. Beberapa cerita fiksi yang saya tulis terinspirasi oleh pengalaman teman-teman dan orang lain.Saya berharap ada komentar dan saran dari Anda. Tks untuk semuanya.
Selasa, 15 Desember 2015
Rabu, 09 Desember 2015
Tak Bersemangat
Besok rapat guru untuk pembagian rapor akhir semester satu. Artinya sehabis ini praktis tidak ada pekerjaan karena saya bukan wali kelas. Saya segera pergi ke Jakarta setelah ini. Sulung saya sakit padahal tugas yang harus dikerjakannya banyak dan semua nyaris tidak bisa ditunda. Jika tidak ia akan merugi.Saya harus pergi memberinya semangat dan menenemani walau hanya sedikit waktu. Berguna atau tidak saya ingin mengurangi ketidaknyamanan kami masing-masing. Saya sudah kabari bungsu saya untuk menunda kepulangannya sampai akhir tahun ini.
Besok masih ada yang harus saya urus dengan beberapa murid bandel yang belum melengkapi tugas yang saya berikan. Melengkapi nilai yang kurang.
waduh kenapa saya bingung begini menulis, tidak ada keinginan sama sekali mencatat segala sesuatunya. Apa gairah saya sudah tumpul, barangkali benar. Tetapi saya perlu garis bawahi ide saya sebenarnya masih banyak hanya saya perlu suntikan semangat untuk merubah apa yang saya rasa menjadi apa yang saya tulis.
Kejenuhan akan hal yang begini-begitu saja juga melemahkan semangat saya.
Olah Raga Mengisi Tengah Semester
Ada yang hampir terlupakan lagi kegiatan akhir semester pertama ini, yaitu kegiatan pertandingan beberapa cabang olah raga antar kelas. Kegiatan ini mengisi waktu kosong setelah remedial bagi siswa yang nilainya tidak mencapai kompetenso dasar. Dan waktu bagi wali kelas untuk menulis rapor. Berikut ini foto yang saya ambil dari kegiatan tersebut,
Senin, 07 Desember 2015
Sabtu, 05 Desember 2015
Selamat sore pembaca.
Hari yang sepi sejak saya kembali dari perjalanan refreshing ke bukit 29 Lumajang. Saya sakit setelah kehujanan dan kedinginan selama sehari semalam di puncak bukit itu. Puncak bukit di ketinggian 2900 mdpl dan 3000 mdpl.
perjalanan ke alam kali ini tidak begitu berkesan karena cuaca berkabut yang terus menerus menutupi panorama indah di sana Hanya beberapa menit saja kami bisa mendapatkan cuaca terbaik untuk mengambil gambar dan menikmati alam.
walaupun begitu, cukuplah membuat perasaan segar kembali. Kejenuhan membaca posting dan komentar sampah seputar gagasan wisata syariah Bali yang kelewat menusuk
telinga terobati sejenak.
Yah, ternyata sampai saat ini belum juga reda. Saya baru sadar betapa kebencian itu begitu membabi buta. Tidak ada logika untuk mencerna apapun selain kebencian dan kemarahan yang tidak jelas tetapi melebar dan terus melebar.
Hari yang sepi sejak saya kembali dari perjalanan refreshing ke bukit 29 Lumajang. Saya sakit setelah kehujanan dan kedinginan selama sehari semalam di puncak bukit itu. Puncak bukit di ketinggian 2900 mdpl dan 3000 mdpl.
perjalanan ke alam kali ini tidak begitu berkesan karena cuaca berkabut yang terus menerus menutupi panorama indah di sana Hanya beberapa menit saja kami bisa mendapatkan cuaca terbaik untuk mengambil gambar dan menikmati alam.
walaupun begitu, cukuplah membuat perasaan segar kembali. Kejenuhan membaca posting dan komentar sampah seputar gagasan wisata syariah Bali yang kelewat menusuk
telinga terobati sejenak.
Yah, ternyata sampai saat ini belum juga reda. Saya baru sadar betapa kebencian itu begitu membabi buta. Tidak ada logika untuk mencerna apapun selain kebencian dan kemarahan yang tidak jelas tetapi melebar dan terus melebar.
Langganan:
Postingan (Atom)