Sabtu, 31 Oktober 2015

Cerita Buat Anatolia



Anatoliaku, gemerlap cahaya bergerak saling silang melintas di jembatan Bosporus yang membelah benua Asia dan Eropa itu. Jembatan sepanjang lebih dari seribu meter itu tidak pernah tidur dan menjadi denyut urat nadi kota Istanbul. Engkau berdiri menghadapku membelakangi selat Bosporus. Bibirmu tak berhenti bicara memamerkan kegembiraanmu bertemu lagi denganku. Matamu berlomba dengan cahaya kendaraan di jembatan itu dan derai tawamu hangat menjalari dadaku.
" kau meninggalkanku begitu saja saat itu." Katamu tiba-tiba sendu.
" kau tak mengajakku melanjutkan perjalanan itu." Tambahmu
" Karena kamu bilang waktumu tidak cukup sampai esok hari." Jawabku.
"  Engkau bersamaku tetapi engkau tak menganggap aku ada, engkau sibuk dengan teleponmu sendiri dengan mereka."kau menumpahkan kecewamu tanpa kehilangan kegembiraanmu.
"  kupikir kamu penyuka jenismu saja, tidak peduli perempuan." Serangmu lagi.
Aku terhenyak, tidak menyangka pikiranmu seburuk itu tentangku, dan kau masih saja menyerangku.
"  Kau pikir aku tidak bisa?" Sergahku.
" Tentu saja kamu bisa, penyuka sesama jenis juga bisa punya anak!" Kamu makin sengit menyerangku.
Angin  mulai menyergap. Mantelmu basah lalu kutarik tanganmu menuju kedai kopi tidak jauh dari tempat itu.   Menikmati kopi turki yang sangat terkenal itu. Kau membuka mantelmu, scarft warna kuning itu kau lilitkan kedua bahumu dan jari-jarimu mengikat ujungnya di dadamu. Kamu sudah berubah. Rambutmu, wajahmu, posturmu tetapi kamu tetap gembira dan semangat menghabiskan hari-hari murammu.

Malam kian larut. Kamu pasti kedinginan tetapi kamu menolak ketika aku menawarkan jaketku.
Anatoliaku yang malang, 34 tahun kau habiskan waktumu dengan lelaki yang tidak bisa memperlakukanmu dengan baik. Kamu sering bercerita kepadaku tentang hidupmu yang menderita. Karena itu kamu sangat bahagia mengenalku, katamu. Tetapi apa yang bisa kulakukan padamu walaupun aku juga bosan dengan kesendirianku.
Malam itu kita menghabiskan setengahnya untuk bicara. Kamu banyak tertawa tetapi kamu juga menangis saat kita berpelukan. Kau menciumi aku terus dan kamu juga berkata,
" Sayang aku senang bertemu denganmu malam ini," Katamu. Dan aku hanya bergumam.
Aku beruntung bertemu denganmu." Bisikmu kemudian.
"  sayang, aku sangat bahagia, tidak banyak perempuan yang punya kesempatan
Seperti ini." Sambungmu lagi.
Aku tak tahu bagaimana perasaanku kepadamu,aku merasa kelelakianku sangat berarti bagimu. Walaupun selama ini aku tidak peduli padamu sejak pertemuan itu. Pertemuan pertama dan menjadi yang terakhir setelah dua kali aku batalkan janji dengan diam-diam sementara kamu sudah menungguku di tempat yang aku janjikan. Kau sms aku dan aku tahu kamu menangis.

Gairahku meningkat mendengarmu, suaramu sudah bercampur dengan panas yang mulai menjalar. Tetapi sesaat kemudian kita hanya bisa menelan nafas panjang kita sendiri kemudian menumpahkannya kembali ke udara.
. Ada jurang yang sangat lebar di antara kita.
" Sayang lihatlah aku, aku seperti sudah gila di sini tetapi kamu hanya membiarkan aku begini," katamu  riang kembali.
'Aku membiarkan kamu begini.' Apapula yang bisa kulakukan, pikirku. Kepalaku mulai pusing.
Di kejauhan menara pengawas di Selat Bosporus mengerling kepadaku. Kapal besar dan kecil terburu-buru berjalan di kegelapan, Di sepanjang tepian selat berjajar kapal-kapal kecil dan yacht. Sementara kapal-kapal  nelayan berhimpitan di sepanjang pantai.
" Jadi kamu yang membawa dia untukku, siapa gadis itu?" Aku kembali menanyakan kepadamu.
" Ya, kenapa?" kamu balik bertanya
Tentu saja aku tidak tahu jawaban itu. " Tetapi kenapa kamu lakukan itu?  Tanyaku lagi
" Beraninya menipu aku, merekomendasikan aku untuk gadis itu!" Sambungku
Wajahmu berubah cemas, karena itu aku tidak jadi memarahimu dan selanjutnya engkau menjawab datar, " Itu hanya satu cara saja. dan tidak ada kaitan dengan aku"
"Maafkan aku telah mengerjai kamu tetapi aku mau kamu ada yang mengurus." Katamu lagi'
Suasana menjadi hening.
" Kamu akan tenang dan nyaman bersamanya dan tak perlu repot mengurusnya." Katamu tertawa kecil. Aku juga ikut tertawa asal saja. " Kamu akan kalah darinya." Sambungmu lalu kujawab " Ga apa-apa" Aku tahu maksudmu bahwa gadis itu lebih baik statusnya dariku tetapi aku tidak tersinggung.
" Jadi maksudmu aku mendapat dua sekaligus." Aku berkelakar. Wajahmu berbinar mendengar dirimu ada dalam pengakuanku. Padahal sesungguhnya aku hanya bicara basa-basi menyenangkanmu. Bukankan sudah  sering aku mengumbar harapan tetapi tidak bisa menepati, itu katamu. Dan sekarangpun kamu masih senang mendengar kata-kata bualanku.
Aku mulai menguap.Udara semakin dingin. Tetapi aku masih ingin mendengar tentang gadis itu.
" Lalu ada hubungan apa kamu dengan dia?"  Aku bertanya
" Hanya adik temanku. Ia minta tolong padaku untuk mencarikan jodohnya.
" Kamu kenal dengan dia?"
" kenal, ia gadis yang baik dan peduli terhadap keluarganya" Kamu masih mempromosikan dia.
Aku masih meragukanmu, bagaimana bisa kamu begitu serius untuk urusan jodohku. Selama ini aku tahu kamu menyintaiku. Dan jika sekarang aku tertarik akan hal itu karena aku sudah terlalu lama sendiri dan ingin  mendapatkan teman hidupku. Denganmu tentu tidak mungkin. Kamu jauh di atas umurku dan kamu sudah bersuami. Memang pernah aku mengatakan padamu ingin menikah denganmu tetapi ketakutan akan efek ketidak laziman itu menyadarkan aku dan kamu bahwa kita tidak mungkin menikah. Aku tahu cintamu padaku memang tidak berubah. Tiga tahun yang lalu adalah saat terakhir hubungan kita. Hubungan tanpa pertemuan. Kita hanya bicara lewat telepon dan sms sebelumnya. Lalu pertemuan itu terjadi dan menjadi yang terakhir, kita hanya berbicara seputar kita saja, tidak terlalu lama. Kamu canggung dan aku juga tidak bisa larut dalam kecanggunganmu.
Namun kita tidak serta merta bisa saling melupakan. Kamu  sms padaku setiap kali datang tanggal dan bulan perkenalanmu denganku. Kamu kirim foto setiap tanggal dan bulan pertemuanmu denganku. Aku jadi ingin mengusikmu. Lalu aku mengundangmu lewat yahoo messenger dengan nama samaran. Begitu rupa aku mengelabuhimu berpura-pura sebagai perempuan. Hampir setiap hari aku menambahkan kamu sebagai teman chattingku.  Tetapi kalimat yang kugunakan selalu sama karena aku hanya mengambil kopi paste dari percakapan dengan mereka. Perempuan-perempuan perayu di situs dewasa media sosial online.
Kamu tahu semua itu karena itu kamu balas saja sekedarnya. Terkadang kamu marah juga dan mengolok-olokku. Tetapi kita tidak membahasnya saat kita bertemu.
Anatolia, apa yang sedang terjadi di antara kita dan bagaimana kamu bisa memilihkan jodohku. Aku penasaran maka aku mendesakmu dan kamu katakan, " Perlu ada yang mengurusmu, menyiapkan makanmu dan mendampingimu."
"  Apa pedulimu? " Pertanyaanku seperti menuduhmu mencari perhatianku.
"  Aku merasa kamu sudah menjadi bagianku, keluargaku, begitulah, masalahnya apa kamu berminat?"
"  Jiiaah pertanyaanmu. Berminat? Tentu saja aku berminat. Masalahnya dia mau apa?" Aku berharap cemas.
"  Dia mau, dia invite kamu artinya dia mau berkenalan denganmu. Dan mungkin juga tertarik padamu"  Kamu tertawa " Kamu memang hebat." Sambungmu lagi
ya..ya.. Aku mengumpulkan  konsentrasiku membayangkan gadis itu. Seperti yang kamu ceritakan, ia memang eksis sebagai perempuan karier dan manis pula senyumnya. Foto-fotonya bercerita banyak tentang profil gadis modern yang bermartabat. Enerjik dan terpelajar. Aku suka gadis seperti itu.
" Kamu harus mencoba, dan jangan menyerah. Jodoh bisa terjadi dengan cara yang kita mau. Masalah gagal itu biasa." Katamu memberiku semangat.
" Yah akan aku coba." Jawabku singkat.
"  Bagus, semoga kamu berhasil."
"Amin." Jawabku.
Malam sudah berganti pagi, suasana mulai sunyi. Bulan sudah sangat miring mendekati daratan di seberang selat. Kita berpisah, kamu memandangiku dalam-dalam dan masih kuingat suaramu terbata-bata " Jangan pergi." ketika aku memelukmu. Aku tahu kamu masih merindukanku, merindukan perbincangan saat kesedihan merayapi hatimu dan mungkin juga hatiku beberapa tahun yang lalu. Aku berjanji menunggu teleponmu untuk membangunkanku sebelum matahari terbit esok hari tetapi aku mengingkarinya. Aku tidak mengangkat teleponmu dan tidak menjawab sms-mu. Aku tahu bahwa kamu lakukan permintaanku itu karena ingin menurutku saja.

Anatoliaku, kini aku berdua dengan gadis pilihanmu tetapi aku tidak bisa mengatakan kepadamu apa yang terjadi. Kamu tidak pernah mengatakan sebelumnya kalau ia sangat mapan dan sukses. Benar yang kamu katakan aku tidak perlu mengurusnya. Bahkan kalau aku mau dia bisa mengurus semua keperluanku. Rumah, mobil, jalan-jalan ke luar negeri, umrah, weekend di hotel bintang atau yang lainnya. Tetapi aku sudah bilang kepadamu kan bahwa aku ini biasa saja, aku bukan laki-laki gaul atau alim. Bukan tipe laki-laki yang suka dengan kemewahan. Kamu lihatkan mobilku hanya mobil tua yang kamu plesetkan namanya dengan Si Mungil. Dan kamu katakan waktu itu bahwa karena itulah kamu memilih aku untuknya.
Tak ada lagi kabarku untuk kamu walaupun kini aku tinggal sebuah villa yang dibeli olehnya. Aku pindah di tempat ini meninggalkan tempat kos yang sudah  aku huni selama hampir sepuluh tahun. Aku bahagia kini. Aku ingin mempunyai  dua anak dan akan datang kepadamu untuk memperkenalkan mereka sebagai Bagus dan Kate, nama-nama manis yang pernah kuceritakan padamu dalam khayalanku dulu.







Kegelisahan



Ini terjadi dan menyakitkan tetapi ini jauh lebih baik daripada zero dari semuanya. Ketakutan dan kegelisahan seringkali terjadi sebelum sesuatu terjadi. Kegelisahan ini saya ciptakan sendiri, jadi saya tidak boleh takut menghadapinya. Tidak boleh ada yang percuma hanya untuk meratapi apa yang mungkin terjadi. Kemungkinan terbaik seharusnya disyukuri, ya saya sangat bersyukur dan berbahagia untuk kebahagiaan dan saya akan menyesal untuk kekecewaan serta penyesalan. Semoga pilihan tidak jatuh pada yang kedua. Kekecewaan dan penyesalan.

Kawan, begitu pandai saya bermuka ganda, berperasaan ganda bersilangan. Tetapi sudahlah, Takdir selalu menuntun langkah setiap manusia yang berjalan benar. Semoga jalan saya benar dan tidak menyesatkan. Betul kata orang bahwa ada jalan berliku dalam kehidupan. Mungkinkan yang akan saya hadapi liku yang terakhir? Berharap demikian. Tetapi ujung dari liku sebelumnya tidak pernah saya temukan. Saya sudah putus harap untuk menemukan ujung jalan itu. Maka Que sera sera. Apa yang terjadi terjadilah.

O jiwaku, rasanya langit tidak berwarna lagi, mata tidak bisa lagi mengatakan bahwa tangkai-tangkai bunga kamboja itu masih indah. Semua Hampa. Saya ingin meninggalkan jasad saya kembali ke asal Tuhan menitiskan nyawa. Umur saya sudah cukup saya nikmati sekalipun tidak ada perilaku saya yang bisa membekali keberangkatan saya. Semoga Tuhan memberikan pintu maaf-Nya kepada hamba seperti saya yang selalu berada dalam kegelisahan dalam hidupnya.


Bali Nirwana Resort


Jumat, 30 Oktober 2015

Sayonara Chauvinism Good Bye

Sayonara chauvinism good bye
potongan lirik lagu lawas ini pas mantap mengisi rongga gelap perasaan saya. smiling as we go? Mungkinkah? Ada yang bisa tersenyum dalam kalut seperti ini? Basa-basi yang membungkus kemuraman dengan kain sutera emas. Bohong.

Sayonara, sayonara, sayonara  good bye
itu saja.

Murakami Di Antara Dua Perempuan


Kamis, 29 Oktober 2015

Adios Amigo


Kesunyian ini akan panjang dan lebih panjang dari  musim lalu
ketika daun-daun bersemi dan bunga mekar dalam tangkainya
kesunyian ini akan datang sepanjang pergantian musim
menyempurnakan ketiadaanku

aku tiada di antara keindahan warna
cintaku telah meredupkan cahaya mengabur nyawaku
kutebarkan kesturi tetapi api membakar, luluh lantak jiwaku
aku tidak ada lagi
seribu teriakan tak kan ada yang mendengar, sejuta tulisan tak akan ada yang membaca
Lidahku kelu hatiku ngilu

Adios amigo,
semoga pagimu tak lagi hampa dan malammu tak ada sepi
Aku akan mengambil semua sisa kehampaanmu dan kesepianmu
mendekapnya dalam selimut cinta yang kurenda setiap waktu
bergegaslah
sebelum senja semakin pekat dan menghambat

Kesunyian ini akan panjang dan lebih panjang dari musim lalu
ketika daun-daun bersemi dan bunga mekar di tankainya
Namun kesunyian akan membisikkan cinta selamanya

Jiwa Merana

Badan saya sakit. Saya tahu ini efek dari jiwa saya yang tidak sehat. Seharusnya saya bisa menyelesaikan satu cerpen malam ini ternyata tidak. Tidak sesuai dengan keinginan saya yang brutal untuk segera menumpahkan segala yang menyakiti jiwa saya, ulah saya yang menyiksa diri sendiri. Ternyata saya tepar, kepala terasa sangat pening dan cerita itu tak selesai.
Saya gila telah menggadaikan satu hal yang paling berharga dalam hidup saya begitu saja. Hanya berpikir hal itu demi bisa berguna pada orang lain, ternyata tidak.
saya bunuh diri, lalu mengubur diri dalam kegalauan dan mulai melihat kemuraman yang mengitari.

Persoalan hidup manusia bukan ada pada saya satu-satunya. Setiap orang punya persoalan dan mereka punya cara sendiri untuk menyelesaikannya.
Hanya saya yang berlebihan, Kekhawatiran terhadap persoalan orang lain yang berlebihan membuat jiwa saya merana.








Selasa, 27 Oktober 2015

Menit yang Menyedihkan

Ada menit ketika kesedihan itu menelinap. Pertempuran itu begitu sengitnya hingga menitikkan air mata. Tetapi segala keinginan dan harapan tanpa upaya dan perjuangan akan tinggal harapan. Kegagalan akan menjadi pasti kecuali jika Tuhan mau bermurah hati mengabulkan harapan orang yang tak mau berusaha.
saya akan berusaha sekalipun bisa saja percuma.
Hari tua itu sudah saya genggam. Hari-hari yang terjalin dari waktu yang sangat panjang. Penuh air mata dan darah. Hari ini semua telah mengering dan dunia saya sudah berubah. Perubahan yang sangat cepat dan penuh cahaya seperti memberi waktu untuk membuka jalan yang baru untuk saya lewati.
Betapa saya harus membalas perubahan ini. Bagaimana saya bisa melakukan upaya perubahan pula terhadap orang lain. Perubahan yang sama dan membuat orang lain bahagia.



 Tetapi ini membuat saya sedih.

Senin, 26 Oktober 2015

Kenangan Bersama

Kesunyian identik degan para lanjut usia ketika rumah telah ditinggalkan penghuni-penghuni muda. Mereka adalah pewaris hidup orang tua yang  menempuh jalan dengan cara yang sama, meninggalkan rumah demi mencapai masa depan.  Tepi masa depan mulai dicapai dan selanjutnya berangsur-angsur menuju pusat lingkaran masa depan itu.
Lalu semua tak ingin kembali karena kembali berarti mundur.

Setiap orang tua mungkin tidak sabar untuk melihat anaknya sampai di pusat  lingkaran itu sekalipun itu akan ,menjauhkan jarak dan meninggalkan kesunyian padanya.
Terkadang kesunyian ini telah menjadi rumah tinggal jiwa yang tenang apabila anak-anak terbang ke arah yang benar.
Kesunyian yang dihuni oleh setumpuk catatan indah masa kecil anak-anak yang selalu bergembira dengan yang ibu sajikan di piring mereka. Dengan baju-baju pilihan ibu mereka dan mainan kecil mereka.
Kini piring, baju dan mainan itu menjadi warisan dari mereka yang berharga untuk disimpan. Karena benda-benda itu bisa mempersatukan kenangan masing-masing anak menjadi kenangan bersama.


Semua Berlindung Kepada Ibu

Rabu, 21 Oktober 2015

Hari Santri 22 Oktober, Ada Apa?

 Saya berharap ditetapkannya hari santri menjadi hari besar nasional menyusul hari buruh bukan hanya sekedar aksi menepati janji  kampanye. Ketika seorang pejabat menjanjikan sesuatu ia berkewajiban menepatinya. Dan ketika ia menepatinya ia harus bertanggungjawab untuk segala konsekuensi yang terjadi. Saya khawatir hari santri akan disamakan dengan hari buruh. Hari buruh hanya digunakan untuk sarana menuntut hak dan merampas hak orang lain dengan aksi-aksi demontrasi di jalanan padat Ibu Kota dan kota-kota besar lainnya. Pemaksaan sesama buruh dan pelanggaran lalu-lintas.
Artinya perlu kejelasan bagi kalangan umat Islam khususnya para santri apa kewajiban dan hak mereka. Jangan sampai timbul aksi menuntut apapun dari kalangan santri sebgaimana halnya aksi buruh yang selalu menuntut upah. Santri sebagai sebuah komunitas muslim dalam satu lembaga pendidikan yang berazaskan agama dan moral memiliki karakter yang berbeda dengan kepentingan buruh bahkan komunitas lainnya.

Begitu pula kaum santri jangan terlena dengan kedudukan terhormat yang diberikan kepada kaum santri, karena tidak ada di antara kita yang tahu pasti apa motif dibalik penobatan hari itu, sejak semula umat Islam khususnya kaum santri tidak pernah menuntut adanya hari santri. Tidak pernah membuat hari, tanggal sakti untuk eksistensi mereka sebagai kaum santri. Jika diungkit-ungkit jasa-jasa perjuangan kaum santri pada perjuangan untuk NKRI, itu terlalu naif. Memang tidak dipungkiri perjuangan para santri untuk kemerdekaan RI cukup besar, tetapi perlu diingat para pejuang itu adalah patriot tanpa pamrih. Berjuang sebagaimana perintah agama yaitu membela Tanah air dan itu adalah kewajiban setiap umat Islam. Tanpa hari santri semangat membela dan menjaga Tanah Air akan tetap ada di kalangan para santri.

Tetapi ada hal positif yang harus dipetik dari penetapan Hari Santri. Para santri bisa menjadikan momen hari ini sebagai peluang untuk lebih eksis dalam meningkatkan kualitas pengetahuan dan Akhlakul Karimah.
Semoga!




Bagaimana Menghadapi Mutan Itu?

Hai itu Rabu, 21 Oktober 15, menjadi hari yang sedikit menyakitkan saya. Saya terlambat masuk kelas karena mengajar melewati waktu di kelas sebelumnya. Beberapa murid tidak ada di kelas. Saya berpikir ini ada kaitannya dengan agenda mereka untuk memperingati hari besar yang akan diadakan besoknya.
Saya berpikir demikian karena di kelas sebelumnya murid mengatakan ada kegiatan untuk acara itu yaitu adanya beberapa perlombaan. Konyolnya saya lupa mengabsen siswa yang tidak masuk karena keburu sibuk dengan materi yang saya sajikan dengan LCD.
Saya tidak senang sebenarnya mengajar dengan kondisi kelas kosong begini, Tetapi apakah saya harus mundur? Saya lupakan mereka yang tidak ada di kelas, dan selanjutnya pelajaran berjalan sampai selesai.

Saya menjadi tidak habis pikir, Begitu buruknya saya. Apa yang saya lakukan setiap kali masuk kelas berusaha  membina mereka, mengingatkan mereka tentang moral, sikap dan etika bahkan melarang mereka keluar untuk alasan ke kamar mandi pada jam pelajaran berlangsung. Ini bukan pekerjaan yang lebih mudah dari mengajar. Pekerjaan ini mengekploitasi emosi, Saya melakukannya dengan berharap melihat adanya perubahan, saya ingin melihat murid saya memiliki kredibilitas yang sama, kualitas yang sama dengan anak-anak sekolah yang lain. Nyatanya hari itu terjadi.
Sungguh saya sakit karena kelalaian saya tidak mengabsen hari itu.
Satu hari yang nahas,
Konyolnya saya gelagapan karena pertanyaan dan peringatan itu terlalu mendadak. Konsentrasi belum beralih dari kelas. Saya menjawab asal-asalan sepotong-sepotong berdasarkan ucapan-ucapan anak lalu mengambil kesimpulan saya sendiri.  Sungguh memalukan saya mencatut satu nama siswa. Saya berdosa.
Inilah yang menyakitkan itu. Saya terus berpikir apa saya harus hilang semangat, Berhenti menjadi guru?
Ribuan murid sudah bersama saya, ribuan kenangan manis memenuhi lembaran catatan saya. Tetapi kali ini saya membayangkan wajah-wajah murid yang bagaikan mutasi sebuah virus. Dan saya tidak mau terinfeksi.





Senin, 19 Oktober 2015

Api Yang Tak Membakar



Jangan Anda kira bahwa setiap dendam adalah kesalahan karena terkadang dendam itu datang dengan diam-diam ketika ia muncul dalam mimpi di malam hari. Jangan Anda mengira dendam itu kesengajaan, karena terkadang dendam itu datang sebagai tamu yang tak diundang.
Bagaimana bisa tahu bahwa ini dendam sedangkan tidak ia tidak melahirkan pembalasan.

Tetapi barangkali di antara dendam dan balas dendam hanya ada garis tipis yang membatasi. Karena seperti juga rasa dendam, balas dendam terkadang juga datang diam-diam tanpa diketahui siapa pun.

Begitulah, dendam tak selalu membakar, tak selalu melukai tak selalu sama pembalasan. Dendam bisa menyiram bara menjadi tanah yang subur untuk lahan cinta. Menindas luka membunuh duka.



Butuh Lupa

Pasti, yakin suatu saat aku bisa lupa
karena kapasitas benakku tidak sebanding apa yang aku ingat
Dsn jika aku lupa
sama artinya aku kehilangan apa yang aku ingat

untuk itu aku butuh lupa
aku butuh memindahkannya keluar benakku
karena pikiranku sudah sangat lelah
bekerja untuk hal yang sia-sia
seperti mengukir bunga di awang-awang
tak ada bentuk tak ada warna

aku harus mau pergi
melepas segala pikiran yang sia-sia
terbenam harap di laut fatamorgana
Yang sangat luas tiada batasnya0

Minggu, 11 Oktober 2015

Bukan Mimpi Indah

Mimpi semalam adalah mimpi buruk, tetapi mimpi itu telah menumpahkan sumpah serapah yang terpendam. Bagaimana saya bisa mengucapkan itu walaupun sebenarnya kenyataan memang demikian. Baru sekarang saya sadari semalam adalah ulang tahun pernikahan saya. Saya tak ingin menghitung yang keberapa.

Semua kenangan itu sudah basi, pernikahan itu sudah mengubur kegembiraan saya. Hm jika kalimat ini terbaca, saya tidak tahu bagaimana. Mungkin kemarahan, kecewa atau yang lainnya. Tetapi kapan saya bisa merdeka kalau bukan dengan cara ini. Saya tidak suka bertengkar, saya tidak bisa bicara lagi tentang apa saja. Sedangkan hati saya masih perlu merasa. Belum putus harap untuk menikmati kehidupan yang sebenarnya.

Saya percaya hari depan masih ada, ini bukan akhir dari segalanya. Tuhan sudah mengurus persoalan saya demikian rupa seperti apa yang pernah saya minta setiap malam. Perubahan. Satu perubahan besar memang telah terjadi, namun perubahan itu tak menyentuh urusan tanggung jawab. Dan saya malu berdoa untuk hal ini. Saya ingin melihat tumbuhnya rasa itu dari naluri seorang pemimpin. Saya benci melihat pemimpin yang tidak mau berkeringat sementara ia melihat keringat itu menetes dari kening orang lain.
Ah sudahlah, maafkan saya. Mimpi semalam seharusnyya sebuah mimpi indah.