Jumat, 10 November 2017

Begitu Banyak

Begitu banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan sampai-sampai banyak urusan pribadi yang tergeser. Alur hidup yang teratur dan konstan sudah terkendalikan oleh mesin waktu tanpa kompromi. Menjadi pengelola perpustakaan ternyata menyita waktu dan membutuhkan kesabaran tinggi. Harus berani melawan kehendak ketergesaan. Mencapai hasil kerja secara bertahap melalui jalur-jalur bersilangan untuk sampai satu tujuan. Perpustakaan Sekolah Standar Perpustakaan Nasional. Bekerja kepalang tanggung sama dengan traveling tanpa target. Tenaga habis tanpa kenikmatan. Karena itu kedatangan saya di ruang dengan 6000 buah buku yang belum terurus ini harus membawa perubahan. Berbagai litetatur di internet saya pelajari. Dari situ saya mendapatkan referensi yang melahirkan kecintaan saya pada kepustakaan. Satu demi satu tahapan saya coba mulai dari mengenali koleksi buku yang berhamburan di lantai dan berantakan di rak sampai di kolong-kolong rak buku dan meja.
Mula-mula ada sikap pesimis dan skeptis menghadapi pekerjaan ini, dari mana saya harus memulainya.
Beberapa orang siswa tergerak membantu tanpa saya minta. Selama satu minggu lima orang murid bekerja tanpa henti dan bersemangat. Pada awal tahun ajaran baru mereka belum belajar karena masih berlangsung masa orientasi siswa baru. Jadi bersyukurlah saya karena bantuan ini sangat berarti.

Tetapi entah kebetulan atau bagaimana dua orang siswa sakit batuk setelah itu. Pada hari pertama kerja memang sudah terpikir bahwa ini tidak baik untuk kesehatan karena debu di ruangan yang jarang dibuka ini luar biasa banyaknya. Ruang yang lebih layak disebut gudang dsn ruang rongsokan ini menyimpan berbagai barang selain buku. Alat-alat praktikum kimia, fisika dan biologi berhamburan di sana-sini. Ditambah alat-alat olah raga dati bola sampai lembing, tongkat pramuka tali dan masih banyak lagi. Kami memang memakai masker tetapi ruangan yang pengap dan panas membuat masker lebih sering dibuka.

Seminggu pertama ruang mulai tertata. Rak buku dan almari peralatan praktikum kami susun berderet mengelilingi ruangan untuk memperluas ruang pengguna. Terasa sedikit lapang. Buku-buku mulai dikelompokkan sesuai jenisnya. Tak terkatakan kotornya tangan dan kuku selama itu.
Dan ketika buku sudah berada di rak mulai tumbuh optimisme apalagi tiga dari lima murid yang selama ini membantu menawarkan diri sebagai pengurus perpustakaan secara sukarela. Dan saya tidak perlu mencari pembantu, kelimanya langsung saya masukkan ke
Struktur organisasi perpustakaan dan bekerja sebagai satu tim sampai saat ini.