Minggu, 29 September 2013

Sekeping Roti Secangkir Kopi

Apakah hanya sekeping roti dan secangkir kopi yang selalu menjadi teman penghangat jiwa saya? Kenyataan memang begitu. Terlebih jika saya ingin melampiaskan kekesalan yang tidak berujung pangkal.
Tetapi kali ini tidak, bahkan keping burger keju yang saya beli tadi siang masih tak tersentuh.
 
Sebenarnya saya tidak menyukai kesendirian diam-diam. Tetapi yang terjadi kemarin membuat saya diam hari ini. Tidak adil! Dan saya tidak boleh berbicara. Hanya itu saja namun ketidak adilan itu sudah mengunci hati saya.

Tetapi...tahukah Anda, setengah jam lalu saya baru membaca tulisan Richard Byrne. Ia memberikan contoh bahwa puisi juga bisa dijadikan sumber belajar.  Ada larik puisi  apabila diterjemahkan bunyinya seperti ini:
Masalah yang terjadi kemarin hanya akan menjadi guyonan besok'
Saya pikir itu benar, jadi saya perlu belajar untuk menganggap masalah kemarin sebagai bahan renungan  hari ini dan sebagai guyonan untuk hari nanti. Selesai kan, toh esok kita akan terhibur juga.

Besok jika saya bangun pagi dan secangkir kopi menemani  sarapan  saya, saya sudah bisa menikmatinya sehingga regukan terakhir.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar