Minggu, 22 Mei 2011

Pelajaran di Pantai Yeh Gangga

Joging tadi pagi membuat badan saya segar kembali. Menyusuri tepian ombak yang mengelorakan semangat tak ada henti menjadikan sejam berjalan dalam hangatnya matahari tidak terasa melelahkan. Pantai masih sepi hanya ada beberapa orang yang sedang memancing dan membersihkan perahu saat kami mulai turun ke pasir.

Di tengah laut tampak dua perahu beriringan berlari cepat terayun-ayun di atas
ombak. Seperti dalam lukisan laut membiru di kejauhan berkombinasi abu-abu dan kehijauan, Langit bersih membiru lazuardi dihiasi serpihan awan putih berjajar di dekat horison.
Andai saya buta saya tidak akan bisa menikmati lukisan ini, mungkin hembusan angin dan deburan ombak serta nyanyian burung masih memberikan keindahan untuk saya.
Tampak di balkon sebuah villa yang ada di sepanjang pantai ini sepasang wisatawan asing berdiri memandang laut.Seorang wisatawan lanjut usia turun ke pantai dengan seorang anak laki-laki pribumu, mereka mandi di pinggir saja. Tampak satpam berseragam hitam dengan HT di tangan memandangi sekitar pantai dari bawah pohon palm.

Air semakin naik ketika kami balik arah, ujung tebing yang kami lewati sudah tertutup air ketika ombak datang. Sehingga kami harus menunggu ombak kembali dan kami berlari melintasi ujung tebing yang membatasi dua kawasan yaitu pantai Yeh Gangga dan Pantai Kelating. Ada tiga anak sungai yang bermuara laut yang kami seberangi. Airnya hangat dan deras dan berpusar membingungkan pemandangan saya, sehingga saya berhenti di tengah sampai ombak pecah dan kembali ke laut.
Kami tidak ingin meninggalkan pantai begitu cepat walau sudah sejam berjalan, beristirahat sambila memuaskan mata. Ada seorang perempuan tua mengangkat seikat kayu kering di atas kepala. Saya ambil gambarnya, saya senang objek ini. Mengingatkan saya akan sepertinya, melakukan apa yang bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan dan masih memberi manfaat bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar