Rabu, 18 Mei 2011

Bukan mawar yang terakhir

The sun went up on rainy morning when i have breakfast.

Mendung menggelantungi permukaan langit seperti menebarkan kesedihan
Saya memulai hari tanpa salam kepada pucuk dedaunan, tanpa semangat. Telah saya letakkan setangkai mawar di dekat bantal, dan ini bukanlah tangkai yang terakhir. Esok saya ingin suntingkan lagi kelopak baru yang basah oleh embun.
Kuletakkan lagi di sana untuk menebarkan harumnya sampai matahari terbangun, membuka kelopak mawar dan menyisakan aromanya di bantal.
Saya sangat membutuhkannya, harum yang mengusir hampa.

Namun... mendung menutup wajah matahari, meninggalkan redup tanpa kehangatan. Meninggalkan kebun dalam kesuraman.Membiarkan embun tetap bergantung di dahan enggan mengecup bumi hingga hembusan angin menyapunya hilang dalam keniscayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar