Sabtu, 31 Oktober 2015

Cerita Buat Anatolia



Anatoliaku, gemerlap cahaya bergerak saling silang melintas di jembatan Bosporus yang membelah benua Asia dan Eropa itu. Jembatan sepanjang lebih dari seribu meter itu tidak pernah tidur dan menjadi denyut urat nadi kota Istanbul. Engkau berdiri menghadapku membelakangi selat Bosporus. Bibirmu tak berhenti bicara memamerkan kegembiraanmu bertemu lagi denganku. Matamu berlomba dengan cahaya kendaraan di jembatan itu dan derai tawamu hangat menjalari dadaku.
" kau meninggalkanku begitu saja saat itu." Katamu tiba-tiba sendu.
" kau tak mengajakku melanjutkan perjalanan itu." Tambahmu
" Karena kamu bilang waktumu tidak cukup sampai esok hari." Jawabku.
"  Engkau bersamaku tetapi engkau tak menganggap aku ada, engkau sibuk dengan teleponmu sendiri dengan mereka."kau menumpahkan kecewamu tanpa kehilangan kegembiraanmu.
"  kupikir kamu penyuka jenismu saja, tidak peduli perempuan." Serangmu lagi.
Aku terhenyak, tidak menyangka pikiranmu seburuk itu tentangku, dan kau masih saja menyerangku.
"  Kau pikir aku tidak bisa?" Sergahku.
" Tentu saja kamu bisa, penyuka sesama jenis juga bisa punya anak!" Kamu makin sengit menyerangku.
Angin  mulai menyergap. Mantelmu basah lalu kutarik tanganmu menuju kedai kopi tidak jauh dari tempat itu.   Menikmati kopi turki yang sangat terkenal itu. Kau membuka mantelmu, scarft warna kuning itu kau lilitkan kedua bahumu dan jari-jarimu mengikat ujungnya di dadamu. Kamu sudah berubah. Rambutmu, wajahmu, posturmu tetapi kamu tetap gembira dan semangat menghabiskan hari-hari murammu.

Malam kian larut. Kamu pasti kedinginan tetapi kamu menolak ketika aku menawarkan jaketku.
Anatoliaku yang malang, 34 tahun kau habiskan waktumu dengan lelaki yang tidak bisa memperlakukanmu dengan baik. Kamu sering bercerita kepadaku tentang hidupmu yang menderita. Karena itu kamu sangat bahagia mengenalku, katamu. Tetapi apa yang bisa kulakukan padamu walaupun aku juga bosan dengan kesendirianku.
Malam itu kita menghabiskan setengahnya untuk bicara. Kamu banyak tertawa tetapi kamu juga menangis saat kita berpelukan. Kau menciumi aku terus dan kamu juga berkata,
" Sayang aku senang bertemu denganmu malam ini," Katamu. Dan aku hanya bergumam.
Aku beruntung bertemu denganmu." Bisikmu kemudian.
"  sayang, aku sangat bahagia, tidak banyak perempuan yang punya kesempatan
Seperti ini." Sambungmu lagi.
Aku tak tahu bagaimana perasaanku kepadamu,aku merasa kelelakianku sangat berarti bagimu. Walaupun selama ini aku tidak peduli padamu sejak pertemuan itu. Pertemuan pertama dan menjadi yang terakhir setelah dua kali aku batalkan janji dengan diam-diam sementara kamu sudah menungguku di tempat yang aku janjikan. Kau sms aku dan aku tahu kamu menangis.

Gairahku meningkat mendengarmu, suaramu sudah bercampur dengan panas yang mulai menjalar. Tetapi sesaat kemudian kita hanya bisa menelan nafas panjang kita sendiri kemudian menumpahkannya kembali ke udara.
. Ada jurang yang sangat lebar di antara kita.
" Sayang lihatlah aku, aku seperti sudah gila di sini tetapi kamu hanya membiarkan aku begini," katamu  riang kembali.
'Aku membiarkan kamu begini.' Apapula yang bisa kulakukan, pikirku. Kepalaku mulai pusing.
Di kejauhan menara pengawas di Selat Bosporus mengerling kepadaku. Kapal besar dan kecil terburu-buru berjalan di kegelapan, Di sepanjang tepian selat berjajar kapal-kapal kecil dan yacht. Sementara kapal-kapal  nelayan berhimpitan di sepanjang pantai.
" Jadi kamu yang membawa dia untukku, siapa gadis itu?" Aku kembali menanyakan kepadamu.
" Ya, kenapa?" kamu balik bertanya
Tentu saja aku tidak tahu jawaban itu. " Tetapi kenapa kamu lakukan itu?  Tanyaku lagi
" Beraninya menipu aku, merekomendasikan aku untuk gadis itu!" Sambungku
Wajahmu berubah cemas, karena itu aku tidak jadi memarahimu dan selanjutnya engkau menjawab datar, " Itu hanya satu cara saja. dan tidak ada kaitan dengan aku"
"Maafkan aku telah mengerjai kamu tetapi aku mau kamu ada yang mengurus." Katamu lagi'
Suasana menjadi hening.
" Kamu akan tenang dan nyaman bersamanya dan tak perlu repot mengurusnya." Katamu tertawa kecil. Aku juga ikut tertawa asal saja. " Kamu akan kalah darinya." Sambungmu lalu kujawab " Ga apa-apa" Aku tahu maksudmu bahwa gadis itu lebih baik statusnya dariku tetapi aku tidak tersinggung.
" Jadi maksudmu aku mendapat dua sekaligus." Aku berkelakar. Wajahmu berbinar mendengar dirimu ada dalam pengakuanku. Padahal sesungguhnya aku hanya bicara basa-basi menyenangkanmu. Bukankan sudah  sering aku mengumbar harapan tetapi tidak bisa menepati, itu katamu. Dan sekarangpun kamu masih senang mendengar kata-kata bualanku.
Aku mulai menguap.Udara semakin dingin. Tetapi aku masih ingin mendengar tentang gadis itu.
" Lalu ada hubungan apa kamu dengan dia?"  Aku bertanya
" Hanya adik temanku. Ia minta tolong padaku untuk mencarikan jodohnya.
" Kamu kenal dengan dia?"
" kenal, ia gadis yang baik dan peduli terhadap keluarganya" Kamu masih mempromosikan dia.
Aku masih meragukanmu, bagaimana bisa kamu begitu serius untuk urusan jodohku. Selama ini aku tahu kamu menyintaiku. Dan jika sekarang aku tertarik akan hal itu karena aku sudah terlalu lama sendiri dan ingin  mendapatkan teman hidupku. Denganmu tentu tidak mungkin. Kamu jauh di atas umurku dan kamu sudah bersuami. Memang pernah aku mengatakan padamu ingin menikah denganmu tetapi ketakutan akan efek ketidak laziman itu menyadarkan aku dan kamu bahwa kita tidak mungkin menikah. Aku tahu cintamu padaku memang tidak berubah. Tiga tahun yang lalu adalah saat terakhir hubungan kita. Hubungan tanpa pertemuan. Kita hanya bicara lewat telepon dan sms sebelumnya. Lalu pertemuan itu terjadi dan menjadi yang terakhir, kita hanya berbicara seputar kita saja, tidak terlalu lama. Kamu canggung dan aku juga tidak bisa larut dalam kecanggunganmu.
Namun kita tidak serta merta bisa saling melupakan. Kamu  sms padaku setiap kali datang tanggal dan bulan perkenalanmu denganku. Kamu kirim foto setiap tanggal dan bulan pertemuanmu denganku. Aku jadi ingin mengusikmu. Lalu aku mengundangmu lewat yahoo messenger dengan nama samaran. Begitu rupa aku mengelabuhimu berpura-pura sebagai perempuan. Hampir setiap hari aku menambahkan kamu sebagai teman chattingku.  Tetapi kalimat yang kugunakan selalu sama karena aku hanya mengambil kopi paste dari percakapan dengan mereka. Perempuan-perempuan perayu di situs dewasa media sosial online.
Kamu tahu semua itu karena itu kamu balas saja sekedarnya. Terkadang kamu marah juga dan mengolok-olokku. Tetapi kita tidak membahasnya saat kita bertemu.
Anatolia, apa yang sedang terjadi di antara kita dan bagaimana kamu bisa memilihkan jodohku. Aku penasaran maka aku mendesakmu dan kamu katakan, " Perlu ada yang mengurusmu, menyiapkan makanmu dan mendampingimu."
"  Apa pedulimu? " Pertanyaanku seperti menuduhmu mencari perhatianku.
"  Aku merasa kamu sudah menjadi bagianku, keluargaku, begitulah, masalahnya apa kamu berminat?"
"  Jiiaah pertanyaanmu. Berminat? Tentu saja aku berminat. Masalahnya dia mau apa?" Aku berharap cemas.
"  Dia mau, dia invite kamu artinya dia mau berkenalan denganmu. Dan mungkin juga tertarik padamu"  Kamu tertawa " Kamu memang hebat." Sambungmu lagi
ya..ya.. Aku mengumpulkan  konsentrasiku membayangkan gadis itu. Seperti yang kamu ceritakan, ia memang eksis sebagai perempuan karier dan manis pula senyumnya. Foto-fotonya bercerita banyak tentang profil gadis modern yang bermartabat. Enerjik dan terpelajar. Aku suka gadis seperti itu.
" Kamu harus mencoba, dan jangan menyerah. Jodoh bisa terjadi dengan cara yang kita mau. Masalah gagal itu biasa." Katamu memberiku semangat.
" Yah akan aku coba." Jawabku singkat.
"  Bagus, semoga kamu berhasil."
"Amin." Jawabku.
Malam sudah berganti pagi, suasana mulai sunyi. Bulan sudah sangat miring mendekati daratan di seberang selat. Kita berpisah, kamu memandangiku dalam-dalam dan masih kuingat suaramu terbata-bata " Jangan pergi." ketika aku memelukmu. Aku tahu kamu masih merindukanku, merindukan perbincangan saat kesedihan merayapi hatimu dan mungkin juga hatiku beberapa tahun yang lalu. Aku berjanji menunggu teleponmu untuk membangunkanku sebelum matahari terbit esok hari tetapi aku mengingkarinya. Aku tidak mengangkat teleponmu dan tidak menjawab sms-mu. Aku tahu bahwa kamu lakukan permintaanku itu karena ingin menurutku saja.

Anatoliaku, kini aku berdua dengan gadis pilihanmu tetapi aku tidak bisa mengatakan kepadamu apa yang terjadi. Kamu tidak pernah mengatakan sebelumnya kalau ia sangat mapan dan sukses. Benar yang kamu katakan aku tidak perlu mengurusnya. Bahkan kalau aku mau dia bisa mengurus semua keperluanku. Rumah, mobil, jalan-jalan ke luar negeri, umrah, weekend di hotel bintang atau yang lainnya. Tetapi aku sudah bilang kepadamu kan bahwa aku ini biasa saja, aku bukan laki-laki gaul atau alim. Bukan tipe laki-laki yang suka dengan kemewahan. Kamu lihatkan mobilku hanya mobil tua yang kamu plesetkan namanya dengan Si Mungil. Dan kamu katakan waktu itu bahwa karena itulah kamu memilih aku untuknya.
Tak ada lagi kabarku untuk kamu walaupun kini aku tinggal sebuah villa yang dibeli olehnya. Aku pindah di tempat ini meninggalkan tempat kos yang sudah  aku huni selama hampir sepuluh tahun. Aku bahagia kini. Aku ingin mempunyai  dua anak dan akan datang kepadamu untuk memperkenalkan mereka sebagai Bagus dan Kate, nama-nama manis yang pernah kuceritakan padamu dalam khayalanku dulu.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar