Sabtu, 21 November 2015

Serba -Serbi Media yang Terluka

Selamat malam. Bukan hanya saya yang sering dihinggapi kebosanan dalam menulis, melainkan hampir semua blogger yang saya ikuti juga mengalami hal yang sama. Consolo Mirarte posting terakhirnya tertanda satu tahun lalu, Ayo Menulis 3 bulan yang lalu, Kanna 3 tahun lalu dan Give the Emperor tiga minggu lalu. Hanya Free Technology For Teacher yang tetap konsisten setiap hari menulis.
Sangat salah saya mengira bahwa kemalasan ini adalah kemunduran saya karena usia. Ternyata tidak. Barangkali saya hanya merasa tidak ada lagi gagasan menarik untuk ditulis saja. Padahal kepala ini penuh dengan berbagai catatan mulai dari ide berharga sampai ide-ide sampah.
Kenyataannya semua enggan dituliskan. Atau tepatnya saya malas menulis, malah lebih asyik dengan buka situs-situs medsos yang banyak meracuni hati. Melukai, mempermalukan dan merendahkan.
Media sosial sudah menjadi ajang permusuhan dan saling menghina, hanya sedikit yang masih bertahan dengan etika dan kesopanan.
Terpikir untuk keluar dari komunitas media sosial tetapi tidak mau meninggalkan suasana akrab dan saling mengabarkan kabar lah yang membuat saya tetap bertahan. Melihat perkembangan sahabat, murid-murid dan mantan murid yang bertebaran di pelosok tanah air.

Terlintas juga menyembunyikan jati diri ketika saya ingin berbicara hal-hal yang menyangkut suara hati pribadi yang tidak layak dibaca murid, saya juga membuat akun baru misalnya di facebook. Aneh juga, tidak ada satu dari beberapa teman yang saya kenal. Seperti berada di pengasingan saja tanpa seorang menjadi komentator postingan saya. Tetapi ini yang sebenarnya menyenangkan saya dari sisi lain. Berada di tempat yang aman tetapi bisa bicara suka-suka manasuka. Masa bodolah soal likers, komen dsb.

Akhir-akhir ini perbincangan di facebook mulai tidak sehat. Luapan emosi yang tidak beralasan terkadang membuat merah telinga juga. Mau dibantah, masa saya ikutan latah dan meladeni bicara sampah dari anak-anak kecil dan terkadang mereka juga murid sendiri. Masalah agama, kecurigaan, prasangka sampai tuduhan tak berdasar terus menerus diisukan bahkan berulang kali dibagikan. Mencari kambing hitam atas berbagai persoalan pada pendatang sampai terang-terangan menimpakan kesalahan atas perubahan gaya hidup dan budaya pada orang lain juga sangat sering terjadi. Memprihatinkan memang tetapi apa mau dikata. Memberi opini atau argumentasi bahwa tidak ada yang bisa merubah perilaku suatu kelompok kecuali pada setiap individu dari mereka. Tidak ada yang bisa merampas atau menguasai milik suatu kelompok kecuali mereka sendiri yang membuat apakah semua menjadi milik mereka atau tidak.
Tidak ada yang bisa mengubah keyakinan orang lain selain mereka sendiri menghendakinya.
Saya sering merenung, begitu besar perasaan syukur saya bisa menyintai suatu tempat dalam perbedaan kultur dan keyakinan saya. Tetapi kali ini kecintaan saya dirundung luka dan saya tidak berdaya untuk mengatakan saya tidak terluka.
Segala aspek akan selalu dianggap sebagai ancaman walaupun sebenarnya itu juga peluang baik yang menguntungkan.
Tetapi sudahlah barangkali dengan tidak membaca media yang berpotensi menebar agitasi saya akan tetap merasa nyaman dan damai. Yah begitulah cerita hari ini, sampai nanti




Tidak ada komentar:

Posting Komentar