Minggu, 27 September 2015

Musim Itu



Musimku tak akan datang lagi kekasihku
kemarau panjang ini menerikkan segala pikiranku
hanya derik serangga musim panas dan kersik reranting
memenuhi ruang waktuku
aku rindu datangnya musim itu
saat daun-daun bersemi dan menghijaukan ladangku
ladang penuh cinta dan gelora yang kita bikin dari tetesan embun dini hari

Musim itu sudah berlalu kekasihku
Kini hanya debu yang berkeliaran menyesakkan dadaku
di sini aku tak perlu waktu untuk menunggu musim itu
karena tak akan ada musim yang sama untuk kedua kali
perubahan ini telah menjadi kekekalannya

Berada dalam satu musim itu menandai bahwa hidup ini sempurna
menggenggam tanah, pasir, matahari bulan dan bintang
meraup air meredam api dan menangkap angin
di setiap waktuku, di setiap helaan nafasku
Musim itu mengentaskan aku dari lumpur penderitaan
yang tak pernah kuduga bisa terjadi seperti ini
Aku bisa melupakannya tanpa membunuh ingatanku

Musim itu telah memberi ruh baru dalam ragaku
membentangkan  lembaran baru rasa dan jiwaku
dengan cinta
memusnahkan bukit-bukit kebencian
menenggelamkan gunung kedendaman
jika ada air mata, itu bukan lagi tangis penderitaan
hanya tangis kerinduan untuk musim itu.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar