Jumat, 13 Juli 2012

Jiwa Dalam Secangkir Coklat

Pada penghabisan kali regukan saya berpikir bahwa coklat panas ini akan memberi inspirasi untuk menghasilkan sesuatu. Ternyata tidak. Bahkan coklat ini tidak punya sensasi apapun selain rasa manis dalam aroma coklat di setiap reguknya.

Tetapi saya akan memberinya jiwa karena coklat ini sudah menemani kesendirian saya sore ini. Banyak hal yang menjadi renungan dalam secangkir coklat ini. Bahwa sejak kecil saya sangat tertarik dengan aromanya. Hanya aromanya. Karena setiap menjelang lebaran ibu akan membuat kue kering yang dilengkapi dengan bahan coklat.Namun kami tidak berani mengganngunya sebelum coklat itu diolah menjadi kue.

Kini setiap kali belanja saya selalu membeli coklat dan meletakkannya di meja. Siapa saja boleh mencicipi. Saya selalu membeli dua batang karena yang satu batang untuk saya habiskan sendiri.
Saya selalu membeli oleh-oleh coklat untuk keponakan, anak dan kerabat. Satu saat saya bepergian untuk waktu yang cukup lama bersama kerabat dan kawan saya membawa beberapa batang coklat dan makanan lain, dan mereka akan memilih coklat. Karena itulah saya tidak pernah berhenti mencintai coklat.

Secangkir coklat panas, ada sepotong jiwa di dalamnya. Sepotong jiwa yang tidak akan pernah habis oleh waktu. Tak akan pernah tua oleh usia dan tak kan pernah musnah karena akhir hayat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar