Minggu, 08 Juli 2012

Fatamorgana dan Udara



Beberapa detik lalu ruang kamar ini dialiri udara yang datang menyergap. Sesaat ketika saya akan memulai menulis. Dan udara itu sudah kembali bergerak meninggalkan saya setelah menyapu seluruh ruang dengan kehangatan malam.

Fatamorgana, judul itu belum selesai saya tulis.Dan kini fatamorgana menjadi sebuah judul yang semakin indah untuk dikatakan.Saya akan meneruskannya.

Suatu hari seorang permaisuri terusir dari istana dalam keadaan teraniaya. Dia harus pergi jauh melintasi padang pasir menuju ke suatu kota. Dalam dahaganya yang ia bayangkan hanyalah air. Karena itu ia terus melangkah meskipun tenaganya hampir habis. Di kejauhan ia melihat permukaan air yang berkilauan bergerak-gerak ditiup angin.
Pemandangan itu membuat ia bersemangat dan penuh harapan. Ia berteriak kegirangan. Penderitaannya seperti terlupakan karena perasaan senangnya melihat air yang begitu banyak. Bahkan ia tidak merasa haus lagi walau pada akhirnya ia rebah dan pingsan sebelum mencapainya.

Ketika ia terbangun menjelang fajar, embun menutup tubuhnya. Ia memandangi bias cahaya kemerahan matahari sebelum terbit. Air, aku akan mencapai air,pikirnys. Perempuan itu sangat bahagia dan bersemangat lagi walaupun ia tidak pernah sampai ke tempat itu. Begitulah.

Dan.
Bagaimana dengan hembusan udara yang kita rasakan, tak akan pernah bisa kita lihat namun kesejukannya bisa membuat kita terlena.



Bengawan Solo Dari Atas Pegunungan Kapur Utara Rengel Tuban Jatim


Dekat ekplorasi minyak bumi Petrochina Bojonegoro 2012



Penambangan Batu Padas




Tidak ada komentar:

Posting Komentar