Jumat, 01 Mei 2015

Masa Sekolah Dulu

Saya ingin dinihari segera berganti fajar. Dan burung-burung segera berkicauan menyambut  matahari. Serasa sangat panjang waktu untuk menunggunya sepanjang rasa gelisah mengurai malam.
Langit-langit kamar rasanya sedang menuliskan cerita, cerita tentang suatu masa, yang bagi saya telah tertinggalkan tanpa bekas.

Tidak pernah saya tahu, seseorang telah menulisnya dan kini membukanya kembali lembaran itu. Satu demi satu, dan kali ini lembaran yang ketiga. Cerita itu jelas ditujukan buat saya dalam bentuk puisi berjudul BIOGRAFI. Diposting dalam sebuah status di facebook juga.
Apakah begitu besarnya perasaanya kala itu sehingga sekarang ia membalaskan dendam perasaan itu dengan membuka catatan-catatan itu. Sengajakah dia menunjukkan amarah perasaannya karena sikap saya pada waktu itu. Sungguh saya lupa apa yang saya janjikan kepadanya, sehingga seakan-akan saya adalah orang yang berdosa karena telah mengingkarinya. Rasanya tidak, tidak pernah ada kesepakatan apapun. Perkenalan kami hanya sesaat dan singkat saja.

Apapun yang dulu pernah ada tentu menjadi hal yang berarti untuk saat ini.
Saya terharu lagi membaca puisi ini. Merasakan lagi saat-saat indah 43 tahun lalu kala saya berada di puncak masa remaja saya  yang penuh kebahagiaan, dibanggakan sekolah, disayangi guru, dipuji teman-teman. Kala itu di setiap acara lomba seni saya selalu menjadi juaranya sampai tingkat provinsi. Beberapa guru saya di sekolah yang baru di Malang mengenali saya sebagai murid yang memenangi beberapa lomba seni di porseni tingkat propinsi di Jember.

Saya baru tahun pertama SLTA di Malang kala itu. Banyak juga kakak kelas yang mengenali saya. Wajar karena saya paling kecil saat lomba menyanyi dan dari babak penyisihan sampai babak final  mereka melihat saya sampai menjadi juara. Walau juara 2 Waktu itu sekolah saya protes kepada panitia dengan tidak membolehkan saya menerima piala. OSaya hanya dipernolehkan menerima hadiah kejuaraan melukis, membaca puisi dan berpidato. Itu terjadi di ajang porseni di Jember   tahun 1971.
Pada porseni berikutnya saya menjafi peserta kontingen dari Malang dalam porseni yang diselenggarakan di kediri. Di sini saya hanya mendapat juara melukis wajah tokoh dan menulis, sedang menyanyi saya KO karena saya kesulitan dengan lagu keroncong.
saya ingat betul, guru nyanyi saya kecewa dan saya malu juga he he.sedih menjadi orang yang kalah.

Ah jadi ngelantur. Kawan, saya sulit tidur malam ini, jam menunjukkan puku 03.20.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar