Rabu, 06 Mei 2015

Ini yang Keempat

 

Apa yang bisa saya katakan untuk mengomentari puisi ini. Ini puisi keempat, saya masih tidak punya keberanian mengomentarinya karena saya tidak tahu puisi ini tentang siapa dan untuk siapa. Jika itu saya,
masih patutkah saya berbicara tentang semua ini.
Masa lalu sangat berat untuk dibawa ke masa kini. Keadaan sudah lama berubah bahkan tak bisa lagi dikenali.
Jalan hidup masing-masing sudah ditempuh, raga dan jiwa sudah merapuh.
Saya ingin dilupakan, saya ingin menjadi abu kenangan.




TAK BERKOMENTAR
Tak berkomentarmu penuh makna
Tak berkomentarku penuh penantian
Jari lentikmu tak lagi biasa
akrab dengan keypad blackbarymu
membakarnya jadi abu kenangan

Diantara semai kebimbangan, masih menyelinap kuncup kesetiaan
Selembar senyum yang pernah kau titipkan di telapak tanganku
kini berceceran dihempas angin kesngsian



Tidak ada komentar:

Posting Komentar