Selasa, 28 April 2015

BUAT GADIS YANG DATANG PAGI INI

Kemarin saya mendapati sebuah komentar terhadap sebuah puisi yang telah saya terima dua minggu lalu dari seorang kawan sekolah dulu. Penulis komentar itu adalah pengirimnya sendiri. Tertulis dengan huruf kapital. Saya tertegun beberapa saat. Apa maksud kalimat itu, mungkinkah ada kaitannya dengan saya? Namun saya merasa tak perlu membalas komentar itu.
Hingga malam harinya saya baru tahu kalau kalimat itu adalah judul sebuah puisi yang terkirim kemudian.
Inilah puisi itu,

BUAT GADIS YANG DATANG PAGI INI
Berdegub jantungku dalam waktu waktumu
Yang kubuka dari kelambu mimpi tadi malam
Sejak melekat genggaman ini dihatimu,
tenggelam aku dalam malam berpita biru, karena begitu rawan rinduku padamu.
 Tapi, akankah rinduku ini begitu panjang ? Seperti jauh perjalanan kita ini ?
Sebagai pula harapan, ketika dibalik jendela kamarmu.
Kala kau simpan hati di sinar matamu, sementara aku menunggu
apakah harapan ini masih selembut sutera ?

 (Aula FTT Unsuri Dinoyo, Juli 1972)


Saya terharu membacanya. Saya yakin akan adanya tendensi dari puisi ini, membangkitkan kenangan lama yang yang tak pernah saya ketahui. Di aula FTT Unsuri Dinoyo, Juli 1972.
Di sana dia mengenalkan dirinya, membantu saya memasang dekorasi untuk suatu acara. Kami berkenalan hanya sepintas, hingga saya terima suratnya. Dan setelah itu ia meninggalkan kota Malang dan kami tak pernah bertemu lagi. 43 tahun lalu.  Kini hanya ada rasa pilu yang menyayat. Perasaan yang sama telah terjadi pada saya tetapi bukan untuknya melainkan untuk orang lain. Kami terlambat bertemu kembali.

43 tahun dan ia bisa bertemu lagi, ia lebih beruntung dari saya karena ia masih menemukan kesempatan itu.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar