Selasa, 29 Oktober 2013

Perjalanan di Kota Tua dan Kepulauan Seribu

Pelabuhan Nelayan Muara Angke
Perjalanan kali ini saya lakukan untuk mengisi libur Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali.

Liburan ini sudah saya rencanakan tiga bulan lalu dengan tiket pesawat promo Denpasar-Jakarta. Ada beberapa acara yang terencana selain berwisata,   yaitu menyelesaikan satu urusan di kantor BKN, menyaksikan keberangkatan sulung saya ke Jepang dan bertemu dengan adik yang baru kembali dari Belgium dan bersilaturahim dengan kerabat. Setelah semua urusan selesai, kami melanjutkan dengan acara wisata.












Wisata  yang pertama adalah ke Kota Tua, museum wayang, lalu ke pelabuhan Sunda Kelapa dan museum Bahari. Selanjutnya ke Setasiun Kota  dan pulang dengan kereta commuter menuju ke stasiun Bekasi. Perjalanan di Jakarta selalu melelahkan bagi saya dan membuat saya tidak ingin kemana-mana lagi.

 

Dua hari kami mengganggur di rumah. Cuaca yang panas membuat kami malas keluarHanya pada malam hari kami jalan-jalan sekitar kompleks perumahan. Namun pada akhirnya saya memutuskan  untuk jalan-jalan ke kepulauan Seribu dengan tujuan Pulau Tidung. Malam hari kedua adik saya memastikan ikut. Jadi Sehabis subuh, Senin, kami berangkat dengan mobil ke pelabuhan nelayan Muara Angke.

Menunggu Waktu

Jam 07.20 WIB, kapal Kurnia yang kami tumpangi berangkat dengan muatan penuh. Cuaca tenang dan nyaman. Kapal kayu itu melaju dengan cepat membawa para penumpang yang santai menikmati perjalanan laut itu.  Jam 10.50 kapal mendarat di Pelabuhan P Tidung. 

 

Pertama memasuki pulau ini kami sedikit kecewa karena serasa tidak berada di pulau wisata. Rumah penduduk yang berhimpitan memenuhi pulau. Jalan paving yang tidak rata selebar dua meter menjadi satu-satunya jalan yang membelah perkampungan di pulau itu. Kami langsung mencari lokasi objek wisata sambil melirik rumah-rumah yang disewakan.

Tujuan pertama adalah menuju arah jembatan Cinta yang terkenal itu, serta mencari lokasi snorkling. Di dekat jembatan ada dua tempat persewaan peralatan snorkling. Kami langsung saja menyewa dan mengenakan pakaian itu karena kami tidak membawa snorkl. Kami segera menuju ke laut bersama seorang pemandu dengan banana boat. Kami bermain air sampai jam dua siang. Setelah itu barulah kami mencari penginapan.

 

Penginapan Kami


Malam ini kami menginap di penginapan Alvin Pulau Tidung.  Homestay ini menghadap laut lepas sehingga pemandangan lebih bebas dibandingkan dengan penginapan-penginapan lain di rumah penduduk yang berjejal di sekitar pelabuhan. Pulau ini kecil memanjang dari barat ke timur dengan luas pulau menurut salah seorang penduduk 6 kilometer persegi.
Dalam snorkling  tadi pagi kami bergabung dengan dua orang lainnya dan seorang pemandu. Namanya Untung. Pemuda 27 tahunan yang mempunyai cacat fisik yaitu lengan kirinya lebih kecil dari lengan kanannya. Tetapi sangat supel dan penuh perhatian selalu menemani dua peserta pemula sampai selesai.


Bersiap ke Area Snorkling


Pasukan Katak Berangkat



Perairan Pulau Tidung memang bagus untuk snorkling karena airnya sangat jernih dengan pasir warna putih. Di kedalaman air tampak biru kehijauan dan dasar laut yang  ditutup oleh terumbu karang. Sayang di perairan dangkal sekitar Jembatan Cinta terumbu karang itu rusak parah. Karang-karang yang remuk dan mati seperti batuan kerikil yang menumpuk dan berserakan di dasar laut. Hanya ikan karang yang tampak di sana. 
 
Add caption
Pada kedalaman 1 sampai 10 meter  masih tampak terumbu karang yang masih utuh walaupun sebagian juga sudah mati. Di situ ikan zebra yang lucu berseliweran di sekitar kami. Dan ada ikan berwarna hijau, saya menamainya ikan tentara, sangat jinak dan tampak sengaja mendekat dan bermain-main dengan lucunya.
Pemandu senang ketika saya kegirangan di kerubuti ikan-ikan cantik yang sedang mencari remah roti yang ditebarnya.
Sore harinya kami jalan-jalan melintasi Jembatan Cinta menuju Pulau Tidung Kecil sambil foto-foto. Kami ketemu Untung dan menitipkan sepeda kepadanya.
Ketika senja jatuh dan langit kemerahan, kami meninggalkan pulau Tidung  kecil dan pondok apung yang tampak sepi dan menakutkan seandainya kami menginap di sana.
Pemandangan sunset lebih indah dari yang sudah kami saksikan. Sunyi yang dalam dan kami menyusuri jembatan cinta tanpa cinta.

Malam hari di sini sepi kawan, berbeda dengan malam-malam di Pulau Gili Trawangan yang riuh.  Di sini tidak ada Party seperti di Gili Trawangan, tetapi ada suara musik dangdut di beberapa tempat.  Di depan tempat kami menginap ada pos untuk kumpul-kumpul keluarga. Malam ini sekumpulan orang sedang bersantai di sana sambil berkaraoke dengan lagu dangdut.
Suami dan adik-adik bergabung dengan mereka duduk di kursi panjang mengelilingi meja persegi . Ternyata Untung juga ada di sana. Saya hanya duduk di teras memperhatikan mereka dari kejauhan sambil menikmati hembusan lembut angin malam.

Perjalanan di P Tidung hari ini belum tuntas. Begitu melelahkannya bermain di air tadi pagi sehingga pada siang hari tadi kami semua tertidur cukup lama di penginapan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar