Jumat, 25 Mei 2012

Deru Angin

Deru dingin memasuki kamar ketika sunyi sudah menguasai malam. Siaran radio amatir terakhir baru saja habis lewat dini hari. Beberapa kali saya menghangatkan diri dengan senyum seperti kesan yang mengatakan bahwa saya tidak bersedih.

Musim dingin sudah mengantikan musim sebelumnya. Dan apabila pagi tiba murai menyambut matahari dengan ceracap suara yang bersahutan. Saya terbangun malas manikmati suara merdu itu. Kehidupan burung-burung yang indah, tidak seperti kehidupan manusia yang sarat problema.
Tahukah Anda saya menyimpan satu rahasia yang indah namun sayang kini terkoyak.
Dan Perasaan saya yang dalam, membuat saya tidak bisa membuang catatan koyak itu. Biarpun dia tidak ada artinya lagi.

Benar bahwa kehidupan ini adalah panggung sandiwara. Segalanya fana dalam kesementaraan, bahkan terkadang hanya kemustahilan.
Kemutlakan hanya ada dalam dada. Dada orang-orang yang terlupakan.orang-orang yang tersayat namun bisa melumurinya dengan cinta. Cinta adalah kemutlakan yang tak peduli dengan rasa sakit. Karena di dalam sakitnya itulah inti cinta.

Angin datang lagi membawa deru dingin menusuki relung-relung kamar, saya harus berbenah tanpa mengucapkan selamat pagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar