Selasa, 21 Februari 2012

Subuh Menanti

Di antara dingin kabut sayup-sayup suara nyanyian subuh membukakan mata. Saya beri cinta pada pagi dengan satu senyuman karena saya terbangun dalam keadaan sangat sehat.

Begitu mudah mendapatkan kenikmatan dari semesta ini. Mengapa saya harus mengurung jiwa dalam belenggu yang saya buat sendiri. Tidak. Sekalipun lingkar kehidupan saya penuh dengan kepalsuan saya merasa itulah takdir yang tidak bisa saya ubah. Seperempat abad saya bisa berada di dalamnya. Kesempurnaan palsu, kebahagiaan palsu. Sesungguhnya ini bukan kemauan saya. Banyaknya pertimbangan untuk kebaikan banyak hati membuat saya bertahan tetap di dalamnya.

Memang penyesalan itu terkadang muncul, namun untuk apa ketika semua bisa saya lewati.Saya harus yakin bahwa setiap saat saya bisa mendapatkan karunia yang membesarkan hati saya lagi.
Dan menanti subuh ini...
Juga nikmat sekalipun saya tidak bisa lagi menunggu jam enam pagi untuk membangunkan matahari...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar