Kamis, 23 Juni 2011

Tertawan di Bukit Tinggi








Jam tujuh pagi kami meninggalkan Padang menuju Bukittinggi dengan mobil travel Avanza.Jarak tempuh sembilan puluh kilometer dengan waktu dua setengah jam dengan ongkos duapuluh ribu perorang.Nama-nama geografi yang dulu saya pelajari di Sekolah dasar yaitu kota Pariaman, Padangpanjang, G Singgalang, G Merapi kali ini saya lihat sudah.
Udara sejuk karena cuaca berawan sehinga tidak terasa capek ketika kami sampai di bukittinggi.
Begitu masuk di kota ini ada rasa senang berada di sini. Kota pegunungan yang indah dikelilingi lembah hijau. Suasananya sangat beda dengan kota-kota di Sumatera yang sudah saya kunjungi. Bukittinggi lebih nyaman dan bersih. Gedung-gedungnya rapi.
Begitu check in penginapan,sebuah homestay dekat Benteng Belanda tidak jauh dari Jam Gadang dan pemandangan lembah, segera kami mencari sarapan dan langsung berangkat ke danau Maninjau. Dengan kendaraan travel Daihatsu terbaru jenis van besar kami menempuh jarak tigapuluh kilometer lagi menyusuri jalan perbukitan yang terus mendaki.
Pemandangannya cantik sepanjang jalan dengan jalan yang berkelok-kelok diapit jurang dan lembah serta perbukitan.Mendekati daerah Maninjau kelokan-kelokan semakin tajam mendaki.Di situlah sebutan Kelok Ampek Ampek atau kelok empatpuluh empat berada. Kelok Ampek Ampek setiap keloknya membentuk sudut lancip antara tigalima sampai empatpuluh lima derajat.Begitu juga dengan kemiringan tanjakannya. Kelokan dimulai dari kelokan yang keempatpuluh empat,Di kelok inilah danau Maninjau mulai terlihat mata, kelok yang berada di posisi terjauh dari danau Maninjau. Kelok berikutnya adalah kelok urutan di bawahnya yaitu kelok empatpuluh tiga dst. Dan ketika kelok satu sudah sampai sampailah kita di kerendahan mendekati danau Maninjau jadi kelokan setelahnya tidak termasuk kelok lagi karena sudah biasa.Yang luar biasa adalah kelok Ampek Ampek, kelokan mendaki menukik dan membalik sangat tajam.
Tidak banyak pengunjung objek wisata ini sehingga tidak ada kesibukan pariwisata yang berpengaruh pada kemajuan perekonomian masyarakat. Hanya sedikit warung-warung yang buka dan sedikit pengunjung.

Panorama terindah danau Maninjau adalah pantulan bayangan bukit pada saat matahari bersinar pada saat kita berada di ketinggian sepanjang kelok Ampek Ampek.Indah benar-benar indah seperti lukisan yang dijual pedagang lukisan keliling.Lukisan fantasi tentang alam yang indah dan menawan.
Sebenarnya sangat rugi apabila kita mampu pergi ke sana tetapi kita tidak mau melihat panorama seperti yang saya lihat kali ini. Mahakarya semesta anugerah Sang Pencipta.Saya mencoba makanan dari ikan semacam teri danau Maninjau yang dipepes, dibuat perkedel dan rempeyek, semuanya enak. Lalu ada lagi semacam kerang kecil-kecil direbus dengan bumbu yang disebut dengan pensi. Sepertinya ini makanan favorit di Maninjau. Memakannya seperti makan kuwaci. Hampir semua pengunjung saya lihat menikmati makanan ini. Mereka kelihatan sangat mahir mengupas kerang dengan mulut saja dan dengan cepat menghabiskan sepiring pensi.
Setelah puas kami meninggalkan Maninjau kembali ke Bukittinggi.
Sore kami nongkrong lagi di taman sekeliling Jam Gadang. Rencana yang semula hanya satu malam kami tambah semalam lagi karena kami sudah tertawan di Bukittinggi.
Kami ngobrol dengan teman yang menawarkan semalam lagi untuk menginap di rumahnya dan tersusunlah acara baru untuk esok hari.

Malam ini sudah cukup larut saya harus beristirahat, besok saya dan istri teman akan berenang dan setelah itu ke Lembah Harau dan keliling kota lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar