Sabtu, 25 Juni 2011

Ngarai Sianok dan Lembah Harau,


Jumat jam tujuh pagi kami jalan-jalan melihat Ngarai Sianok. Ngarai ini berada di dalam kota Bukittinggi dan tidak jauh dari d'Enam, homestay tempat kami menginap.Ngarai ini merupakan tebing memanjang yang terbentuk oleh rekahan bukit, Dasar ngarai ini adalah lembah datar yang luas berupa perkampungan dan sawah. Ada jalan menyisiri kaki tebing dan sungai di tengah ngarai. Aliran sungai berasal dari hulu ngarai di bagian bawah tebing.
Matahari pagi indah cahayanya menyinari dinding-dinding tebing dan lereng-lereng curam perbukitan.
Di dinding ngarai yang berada di bawah kota terdapat Lubang-lubang berpintu terali besi yang kokoh. Pintu-pintu ini merupakan pintu yang berhubung-hubungan dengan banyak lorong yang ada di bawah bukit.Yaitu terowongan -terowongan peninggalan Jepang yang disebut Lubang Jepang.
Dengan membayar tiket lima ribu per-orang kami memasuki lorong dari bagian atas tebing. Lorong dimulai dengan pintu utama berbentuk setengah lingkaran yang posisinya tersembunyi di bagian bawah permukaan tanah menghadap ke arah ngarai membelakangi jalan raya. Jalan memasuki lorong berupa tangga menurun sebanyak 132 anak tangga. Setelah itu lorong dibelokkan sedikit lalu mendatar panjang. Lorong utama memiliki beberapa ruang dikiri kanan yang tembus dengan lorong dibaliknya. Ruang-ruang ini berterali kuat. Terdapat sepuluh ruang yaitu ruang amunisi, ruang makan,ruang tahanan. Beberapa lorong tembus ke dinding ngarai Sianok. Dari situlah sirkulasi udara dan sedikit cahaya matahari masuk.

Setiap jarak lima meter dalam lorong panjang terdapat penerangan, lampu neon yang berbaris rapi. Lorong-lorong ini cukup besar dan dibuat sangat rapi, lurus dan datar. Sayang tidak ada rambu dan nomor-nomor ruang dan lorong.Namun bagaimanapun juga Lubang Jepang ini adalah saksi kekejaman Jepang terhadap bangsa Indonesia pada masa lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar