Jumat, 05 Juli 2013

Mengemas lagi Perjalanan Wisata di Sulawesi Selatan

Begitu sibuknya saya seminggu terakhir ini sehingga tidak sempat menulis dengan baik perjalanan wisata saya di Sulsel. Kali ini saya akan menulisnya kembali.
Saya ditemani suami berangkat dari Denpasar tgl 24 Juni dengan pesawat AirAsia. Take off jam 15.20 Wita. Penerbangan selama satu jam dengan ketinggian jelajah 33000 m. Tiba di Bandara Sultan Hasanudin Makasar satu jam kemudian.



Dengan bus Damri menuju kota Makasar dan turun di kantor perwakilan bus Bintang Prima untuk perjalanan ke Tanah Toraja malamnya.
Ada tiga kelas Bintang Prima, yaitu kelas ekonomi, kelas Suspension, dan kelas Scania. Semuanya bagus karena busnya besar dengan motif dan warna cat yang menyolok beraneka ragam. Tidak ada bus yang sama walaupun milik satu perusahaan dan jumlahnya puluhan. Saya mengambil kelas Scania dengan tarif termahal yaitu seratus enam puluh lima ribu.




Jam 22.00  bus meninggalkan Makassar. Bus terlambat karena kerusakan AC sehingga terlambat juga tiba di Tator. Hari sudah terang ketika sampai di kabupaten Enrekang.


Istirahat di  dekat kota kabupaten Enrekang



Memasuki Kabupaten Tana Toraja

Makale, ibu kota kabupaten Tana Toraja

Dan jam 08.15 baru sampai di Rantepao, ibu kota Toraja Utara. Selanjutnya mencari hotel, dan syukur pilihan kami sangat tepat karena ternyata yang kami tempati adalah hotel tertua di Rantepao yaitu hotel Wisma Maria I. Wisma yang tidak begitu besar tetapi suasananya cukup homy. Rate kamar mulai dari delapan puluh ribu. Saya mengambil yang 128.000 rupiah. Ternyata hotel kecil ini disukai para wisatawan mancanegara juga.

Sarapan

Ada rental motor juga di wisma ini dengan sewa Rp 60.000 satu hari. Hari pertama setelah sarapan kami langsung jalan. Sesuai informasi hotel bahwa hari ini ada upacara adat di desa Rantepangli, 10 km dari kota. Objek wisata dalam jalur yang sama adalah Bori, Batu Tumonga dan Loko' Mata.



Arena Upacara di Rante Pangli

Kami tiba di Rantepangli jam sebelas. Hari ini ada pesta Ma'Badong yaitu upacara pemakaman. Arena upacara masih agak sepi. Upacara ini adalah upacara adat menghormati arwah seorang bangsawan yang meninggal satu tahun lalu. Tetapi banyak orang menyebutnya pesta. Upacara ini diselenggarakan di sebuah lapangan luas. Di sana dibangun semacam anjungan yang mengelilingi arena segi empat. Anjungan itu dibagi menjadi petak-petak yang diberi nomor. Ada 120 petak yang setiap petaknya ditempati satu keluarga besar. Anjungan utama adalah anjungan yang berfungsi sebagai panggung juga. Di sana panitia mengatur jalannya upacara dan menerima tamu kehormatan seperti Bupati dan pejabat lain. Di sana foto almarhumah diletakkan di bagian depan atap anjungan.



Anjungan Utama tempan jenazah disemayamkan




Anjungan Bangsawan

Berhadapan anjungan utama adalah anjungan untuk bangsawan. Setelah itu barulah anjungan yang mengelilingi kedua anjungan tadi dengan format segi empat. Anjungan ini ditempati keluarga biasa. Mereka datang dengan membawa hidangan nasi dan lauk pauk yang semuanya dari daging. Untuk turis disediakan petak khusus di sebelah kanan luar anjungan utama. Kami dipersilakan ke sana.


Anjungan  Orang Kebanyakan



Acara diawali dengan dua orang  penari

Jam 13.30 acara akan dimulai. Hadirin berbaris menuju panggung penghormatan kemudian berjalan keliling untuk kembali ke petak masing-masing.Upacara dibuka dengan beberapa kata sambutan dan ucapan terima kasih kepada pejabat pemerintah daerah yang hadir, di antaranya adalah Bupati Toraja Utara. Disusul dengan pembacaan riwayat almarhumah kemudian doa-doa diiringi dengan nyanyi-nyanyian balada kematian lalu acara makan siang di petak masing-masing kelompok keluarga.


Berbaris menuju panggung


Ternak Berdatangan


Babi Antre







Berkeliling Arena kembali ke petak


Selesai prosesi, hadirin kembali ke petak untuk makan-makan dan bersantai, Selanjutnya ternak di bawa masuk kembali ke tengah arena. Bertambah siang bertambah banyak kerbau dan babi yang didatangkan. Binatang itu menunggu giliran untuk dipotong.  Mereka tampak tersiksa di bawah terik matahari tanpa makan dan minum.

Babi dikumpulkan untuk dipotong

 Setiap keluarga menyumbang ternak dalam jumlah yang cukup sampai jumlah besar, tiga puluh ekor kerbau, fantastis padahal harga kerbau Toraja sangat tinggi, bahkan untuk kerbau bule yang paling cantik bisa seharga enam ratus juta rupiah. Gila! Tetapi begitulah harga sebuah prestise. Kami ngobrol langsung dengan seorang anggota panitia, yang ramah dan bersemangat bercerita.


Kurban siap dipotong



Kerbau Termahal di Arena ini ,270 dan 350 ribu rupiah


Rusa Gemuk Siap Berkurban


Kuali untuk Merebus Daging


Arena itu sangat jorok, babi-babi digelimpangkan, ditusuk dan memuncratkan darah di sembarang tempat. Kemudian dipotong-potong lalu direbus dan dibagi-bagikan. Sedangkan di petak-petak mereka makan-makan dengan lahap seperti tidak terpengaruh oleh keadaan.


Babi ini Makan lumpur Kelaparan


Kostum peserta upacara sebagian adalah pakaian adat toraja dengan aneka hiasan dari manik-manik halus warna menyolok untuk wanita. Umumnya pakaiannya berwarna hitam.


Gadis cilik Tator

Peniup Seruling mengiringi gadis Tator


Upacara Ma' Badong ini berlangsung beberapa hari. Dan puncak acaranya dua hari lagi yaitu acara pemakaman jenazah. Kerbau-kerbau besar dan mahal akan dipotong dalam rangkaian upacara.
Kami meninggalkan arena. Di luar Arena ada kesibukan memotong-motong daging babi dan dibagi-bagi. Sementara di jalanan ada beberapa orang menenteng daging babi. Bagusnya di sini tidak saya lihat bungkusan daging dalam tas kresek.


Membagi Daging Babi






Panorama di desa Batumonga dan Lokok Mata


Jam 13.30 kami meninggalkan Rantepangli menuju puncak Rantepao yaitu Batu Tumonga. Sebuah tempat di ketinggian dengan panorama sawah di lembah yang sangat cantik.

Panorama di Batumonga



Panorama dari atas bukit di Batumonga

Dari depan Sebuah Restoran di Batumonga


Makam Batu Loko' Mata

Setelah itu kami langsung ke Loko' Mata, yaitu kuburan di batu besar. Kuburan itu berupa loker-loker di dinding batu yang diisi mayat-mayat. Setiap loker digunakan untuk satu keluarga. Pada saat kami datang penjaga loket mengatakan bahwa setengah jam lagi akan ada dua keluarga menguburkan mayat.


Lubang Makam Tertinggi Hari ini


Sesaat  Peti  akan Dibuka


Benar, sebuah peti mayat diturunkan dari sebuah truk kecil lalu di semayamkan di dekat batu besar itu. Sesaat sebelum diangkat tutup peti dibuka dan diratapi oleh semua anggota keluarga. Tampak beberapa benda kesayangan disertakan dalam peti jenazah.Setelah itu peti ditutup kembali, seorang pendeta berdoa dan selanjutnya peti diangkat dengan tali dan ditarik dari lubang dinding batu jauh di atas.



Peti Jenazah Ditutup Kembali


Upacara Penghormatan Dipimpin Pendeta




Peti Diangkat Menuju ke Lubang Tertinggi





Lega, Peti Sudah Memasuki Lubang




Hampir Sempurna

Sebagian mendorong peti dari bawah dengan kayu dan sebagian menganggkat peti dengan menaiki tangga. Tampak sangat susah menaikkan dan memasukkan peti dalam lubang. Tetapi mereka berhasil dengan baik, padahal tangga yang mereka buat adalah belahan bambu hijau yang diikat saja anak-anak tangganya.

Berikutnya kami kembali untuk mengambil gambar di Bori. Bori adalah kuburan zaman animisme yang berupa batu menhir tegak lurus seperti pilar. Sayang saya tidak bisa mengambil gambar karena hujan lebat.
Perjalan hari itu kami akhiri dengan makan malam sup ikan dan mie Titi.


Hari Kedua di Rantepao
Pasar Raya, Mencari Kawan, Loko'Mata dan Londa

Sehabis sarapan pada hari kedua, kami ke Pasar. Kebetulan hari pasaran. Hari pasaran ini disebut pasar raya yang terjadi dalam satu hari setiap minggu. Pada hari pasaran ini  ada pasar ternak yang meramaikan pasar. Berbagai ternak diperjual belikan terutama kerbau dan babi. Kerbau dan babi Toraja gemuk-gemuk dan bersih.
Keramaian pasar ternak mempengaruhi pasar tradisional. Pasar bahan pokok ini juga ramai. Beraneka ragam mata dagangan khas Tator ada di sini.


Babi-Babi Lucu

Mirip


Zzzzzzzzz 


Tembakau Pinang



Rempah Masakan Tator



Tuak Manis Semanis Penjualnya


Kopi Pahit



Tembakau Sepat Pinang Muda


Sayur Kelor


Pemerasan dan Koloke, rempah-rempah




Jajanan Khas Toraja


Kreasi Ibu

Sehabis dari pasar, kami mencari alamat teman tetapi teman itu sudah meninggal. Kami hanya mendapati kuburan teman, Ibu Yudith Herman. Kuburannya berbentuk rumah mungil di depan rumah adat Tongkongan.

Tongkonan di depan Makam Ibu Yudith

Kota Toraja sepertinya sedang bersiap-siap memperingati hari penting yaitu 100 Tahun Masuknya Injil di Toraja. Di banyak tempat spanduk dan baliho perayaan itu dipasang.Perayaan akan dipusatkan di halaman gereja terbesar di Rantepao. Beberapa kegiatan untuk menyambut hari itu sudah tampak di sana, seperti bazar dan pertunjukan musik pada malam hari.

Tempat Perayaan 100 TH Injil Di Toraja

Selanjutnya ke kuburan kuno Rante Karrasik dan ke kuburan batu Londa yang sangat terkenal di Tator. Di Londa kami membeli beberapa kaos bergambar rumah adat Toraja untuk oleh-oleh.
alah

Menantu,  Anak, Cucu dan Kakak Bu Yudith


Perjalan kami tutup dengan berburu makanan khas Toraja yaitu piong ayam (harusnya babi) dan dangkot, makanan dari daging ayam kapung yang dimasak dalam bambu. Kedua makanan ini sangat lezat. Dan malam nya kami kembali ke depot yang sama untuk makan sup kikil kerbau. waw lezat juga. Pemasaknya orang Tator asli.

Dangkot Ayam Kampung




Dangkot, Piong dan Sup Kaki Kerbau

Udara di Rantepao sangat sejuk, malam terakhir itu kami isi dengan nongkrong di lobi berbagi obrolan dengan yang ada di sana.

Hari Ketiga
Bersiap Ke Palopo

Hari ketiga kami sarapan terakhir. Meja-meja sudah ditinggalkan penghuninya. Seorang ibu mengajak kami bergabung di mejanya. Rupanya dia kesepian. Dia seorang diri dari Jakarta,umurnya kira-kira empat puluh tahun. Juga penghobi traveling. Obrolan kami kelewat seru sampai-sampai kami kesiangan berangkat.


Gadis Kecil Berjualan di pinggir jalan

Rempah untuk Masakan Daging dan Ikan di Rantepao


Dagangan yan Rapi
Jam sembilan kami meninggalkan wisma Maria  ke terminal dengan angkot. Kendaraan ke Palopo hanya mobil van tidak ada bus, itupun jarang, kecuali hari pasaran. Kurang lebih setengah jam baru ada, susuki APV dan arus menunggu lagi setengah jam untuk penuh baru berangkat. Perjalanan Toraja Palopo melewati gunung. Mula-mula jalan menanjak dan berliku-liku sampai perbatasan kedua kabupaten lalu menurun, kendaraa istirahat makan siang di sana.


Jajanan di Perbatasan Toraja Palopo




 
 sampai ke kota Pantai Palopo. Jam dua belas siang kami di kota Palopo.Udaranya panas. Kami tidak berencana bermalam karena di Palopo tidak ada objek wisata menarik. Kami hanya mau tahu kota Palopo. Kami langsung mencari tiket bus ke Makassar untuk keberangkatan malamnya. Tinggal satu bus saja yaitu bus Alam Indah. Selanjutnya dengan ojek kami mencari alama seorang kawan, bertemu setelah dua puluh tahun lebih berpisah.Ia menawarkan motor dan kami berkeliling kota dan ke tempat wisata.


Lemang Ketan Hitam

Becak  Palopo

Add caption

Panen di Lembah Sana




Malamnya kami berangkat ke Makassar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar