Rabu, 13 Juni 2012

Rumah Tua di luar Agenda

Hujan mengguyur malam ketika bus memasuki kota kelahiran saya, kota masa kecil. Berteduh sebentar di emper warung yang sudah tutup lalu dengan becak menuju rumah tua.
Rumah sunyi itu sudah terkunci namun beberapa saat pintu dibuka oleh pembantu kami, gadis belasan tahun hitam manis itu tersenyum dan berseru,Mbak Yuk'e datang! seolah memanggilkan adik-adik saya padahal mereka tidak ada.

Setelah itu terdengar suara ibu dari dalam kamar. Dan sebelum ia bangkit dari ranjang saya sudah berada di dekatnya. Selanjutnya begitu sibuk akan mangurus saya.Tentu saja saya tidak memerlukan sambutan begitu jadi saya langsung buat teh panas sendiri dan membeli nasi pecel serta tempe mendoan goreng kesukaan kami di depan.

Sunyinya rumah tua ini, namun ada ketenangan di sana. Kami ngobrol di ruang tengah menghadapi meja besar bulat telur terbuat dari kayu jati. Meja peninggalan nenek yang dibuat sebelum zaman kemerdekaan katanya. Kakek kami dulu seorang penjahit, di samping petani. Juga nenek. Begitu juga ibu, bibi dan hampir semua anggota keluarga kami suka menjahit baju sendiri walaupun bukan penjahit. Mungkin karena di rumah tua kami ada mesin jahit tua bermerek Singer dan meja tempat memotong kain yang sangat akrab dengan kami.

Malam tadi saya tidur di kamar besar karena ibu memilih pindah kamar yang lebih kecil berhadapan dengan kamar adik.

Subuh membangunkan kami, tetapi saya sudah mendapati ibu sedang minum kopi. Wah saya terlambat, jadinya saya membuat kopi untuk diri sendiri. Saya memilih cangkir lama yang ukurannya kecil. Bernostalgia tentang bagaimana tamu-tamu di desa menghirup kopi kasar di cangkir-cangkir kecil seperti ini. Ini satu-satunya cangkir lama buatan cina yang mungil bernilai historis dan artistik.

Entah apa nanti yang harus saya kerjakan di sini. Liburan di sini di luar agenda sambil menunggu 7 hari kakak ipar dan kami akan kembali ke Surabaya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar