Senin, 11 Juni 2012

Akhir Liburan yang Prematur

Rencana manusia sesederhana apapun tidak akan bisa terlampaui jika ada rencana lain di luar kekuasaannya.

Tahukah Anda, Bahwa kali ini saya sudah berada kembali di posisi sebelah timur pulau Jawa hanya selisih dua malam dari keberangkatan saya dari Bali menuju Jakarta 7 Juni lalu. Saya baru memulai perjalanan liburan ini dengan pergi ke Bogor untuk menghadiri perkawinan keponakan saya. Hari itu Sabtu 9 Juni. Perjalanan Bekasi-Bogor sangat lambat karena kepadatan kendaraan, sehingga jarak tujuan yang tidak lebih dari 40 km kami tempuh dalam waktu tiga setengah jam.

Selesai acara jalan-jalan sebentar ke kota Bogor dan ke Istana. Kali ini kami juga akan mencoba jajanan pinggir jalan yang asing tetapi sepertinya menarik. TUTUT. Siput sawah yang direbus dengan bumbu dan makannya dengan cara disedot ataupun dihisap dengan kuahnya. Itulah satu hari yang mengawali liburan saya kali ini.

Sebelum terlalu malam kami putuskan melanjutkan perjalanan ke Puncak untuk bermalam di Cipanas. Kami sudah terlalu capek dan ingin segera beristirahat sambil menikmati makanan panas di sana.
Belum lima belas menit meninggalkan kota Bogor ke arah Puncak, di desa Tajur, ada telepon dari keponakan di Jatim yang mengabarkan bahwa ayahnya baru saja dipanggil Tuhan. Kami terkejut, selanjutnya kami memutuskan kembali ke Jakarta. Tanpa banyak pertimbangan adik ipar mengusulkan kami langsung ke Gambir untuk mengejar kereta jam 19.30. Ide bagus, saat itu juga kami menghubungi stasiun Gambir dan syukurlah masih banyak kursi untuk kereta jurusan Jakarta Surabaya. Jam 19.15 kami tiba di Gambir selanjutnya membeli tiket dan bertiga kami langsung ke Surabaya.

Lupa sudah segala rencana liburan di jakarta dan sekitarnya. Dengan kereta Sembrani kami sampai di Jatim jam 07.30 WIB. Di rumah kakak ipar keluarga sudah menunggu. Masih ada satu keluarga lagi yang ditunggu yaitu keluarga dari Medan. Satu jam kemudian mereka datang. Akhirnya jam 09.00 upacara persiapan pemakaman dimulai dengan sambutan dan doa lalu jenazah disolatkan dan seterusnya diberangkatkan.
Semua seperti mimpi.

Dan malam ini saya masih bersama keluarga duka sampai hari ketiga esok. Sebagai kloter terakhir yang akan meninggalkan tempat ini.

Begitulah...
Bahwa kematian adalah takdir yang tak bisa terlewati, bahwa kematian adalah kekuatan di atas segala kehendak dan keinginan. Bahwa kematian adalah seruan yang tidak bisa diabaikan. Bersyukurlah segala kemudahan telah Tuhan berikan sehingga kami bisa mengiringi kepergian saudara kami dengan lega hingga ke liang lahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar