Rabu, 25 November 2015

Selamat Hari guru

Sesampai di ujung tangga jalan saya dihadang oleh anak kelas XII, mereka merangsek terlalu dekat dan seorang murid memberi saya bunga sambil mengucapkan selamat hari guru diikuti teman-temannya. Oh baru saya menyadari saat ini adalah hari guru. Ternyata mereka mengingatnya. Saya senang dengan perhatian anak-anak. rupanya mereka melihat saya dari lantai dua ketika saya datang.

Seterusnya kami bergegas masuk kelas karena ulangan jam kedua sudah hampir dimulai.
Saya mengawas di kelas yang sama dengan kemarin. Ada kejadian lucu kemarin, saat saya sedang membagikan soal, seorang murid perempuan menerima sesuatu dari teman laki-laki yang duduk diseberangnya. Mereka mengira saya tidak melihatnya tetapi ketika giliran saya membagi soal kepada anak perempuan itu saya tanya apa yang ia terima. Mula-mula ia menggeleng, tetapi saya memaksanya memberikan apa yang digenggamnya. Saya tahu ada lipatan kertas kecil di dalam tangannya. Akhirnya ia memberikan kertas itu.
Sehabis membereskan semuanya, absensi, mengisi berita acara barulah saya buka kertas itu untuk melihat apa yang saya pikir adalah contekan. Wajah kesal saya serentak hilang dan saya tersenyum .sendiri. Tulisan di kertas itu berbunyi " Rupanya kamu sudah punya yang baru.'

Ada saja anak-anak itu. Yah biar begitu kejadian kecil ini mengawali kegembiraan pagi itu.
Selanjutnya kertas itu saya kembalikan dan saya katakan " Ini untuk kamu, simpanlah tetapi ingat kamu harus belajar yang baik."
Teman-temanya bertanya-tanya mungkin lalu saya jelaskan kertas itu adalah kertas ucapan selamat pagi untuknya. Semua tertawa. Ini cerita hari ini.

Senin, 23 November 2015

Menghilangkan Kejenuhan

Hari pertama dalam minggu ini adalah hari pertama ulangan akhir semester ganjil. Seminggu lagi ke depan ada waktu untuk sedikit longgar sehabis remidial. Rencana ingin mewujudkan keinginan yang cukup lama tertunda, yaitu travelling ke bukit B-29 di kawasan Semeru-Bromo.
Ini waktu yang tepat sebelum musim hujan tiba. Saya sudah ajukan ijin untuk minggu depan selama lima hari.
Karena itu semua pekerjaan harus secepatnya diselesaikan.
Sudah cukup lama saya tidak bepergian ke alam bebas, rasanya suntuk saja sehigga kurang penyegaran.

Bersyukur saya punya beberapa kawan untuk chatting di internet. Bercerita tentang cuaca, musim, wilayah, suasana dan latar budaya negara lain memang menyenangkan. Walau terkadang perbincangan itu sudah pernah dibicarakan. Tetapi selalu ada yang baru, misalnya bagaimana mereka putus cinta. Dan tahun berikutnya mereka mengabarkan sudah mendapat pacar baru. Begitulah dunia anak muda, sangat manis dan indah di antara kesedihan dan duka sesaat. Saya ikut terbawa keduanya mendengar kabar mereka.

Tetapi ada seorang kawan, ia orang pertama yang chatting lewat facebook dengan saya. Begitu juga saya adalah teman pertamanya untuk chattingnya. Dan kami sudah banyak saling mengenalkan kebiasaan yang ada di negara kami masing-masing, dan setelah itu tak lagi berkomunikasi walaupun dunia kami seimbang, dunia orang tua dengan anak-anak. Sayang sekali ia tidak bisa menjaga persahabatan kami. Dia tidak membalas sapaan saya lagi.
Hanya satu yang benar-benar setia dan bertahan dengan tulus. Dia gadis lajang sebaya dengan anak saya tetapi saya tidak pernah menanyakan berapa umurnya meskipun dia menanyakan berapa umur saya dan selanjutnya memanggil saya mumy. Saya selalu mendapati pesan darinya walau hanya' say hello' saja. Dan terkadang kami berjanji untuk mengobrol pada jam istirahatnya.  Kami memiliki perbedaan waktu yang cukup panjang.  Semoga saya bisa mengikuti kehidupannya sampai kapan pun. Saya mengenalnya lebih lima tahun lalu dari teman pertama juga. Saya menunggu-nunggu kabar ia akan menikah selanjutnya kabar dia memiliki anak dst. Inilah variasi untuk menghilangkan kejenuhan saya.


Sabtu, 21 November 2015

Serba -Serbi Media yang Terluka

Selamat malam. Bukan hanya saya yang sering dihinggapi kebosanan dalam menulis, melainkan hampir semua blogger yang saya ikuti juga mengalami hal yang sama. Consolo Mirarte posting terakhirnya tertanda satu tahun lalu, Ayo Menulis 3 bulan yang lalu, Kanna 3 tahun lalu dan Give the Emperor tiga minggu lalu. Hanya Free Technology For Teacher yang tetap konsisten setiap hari menulis.
Sangat salah saya mengira bahwa kemalasan ini adalah kemunduran saya karena usia. Ternyata tidak. Barangkali saya hanya merasa tidak ada lagi gagasan menarik untuk ditulis saja. Padahal kepala ini penuh dengan berbagai catatan mulai dari ide berharga sampai ide-ide sampah.
Kenyataannya semua enggan dituliskan. Atau tepatnya saya malas menulis, malah lebih asyik dengan buka situs-situs medsos yang banyak meracuni hati. Melukai, mempermalukan dan merendahkan.
Media sosial sudah menjadi ajang permusuhan dan saling menghina, hanya sedikit yang masih bertahan dengan etika dan kesopanan.
Terpikir untuk keluar dari komunitas media sosial tetapi tidak mau meninggalkan suasana akrab dan saling mengabarkan kabar lah yang membuat saya tetap bertahan. Melihat perkembangan sahabat, murid-murid dan mantan murid yang bertebaran di pelosok tanah air.

Terlintas juga menyembunyikan jati diri ketika saya ingin berbicara hal-hal yang menyangkut suara hati pribadi yang tidak layak dibaca murid, saya juga membuat akun baru misalnya di facebook. Aneh juga, tidak ada satu dari beberapa teman yang saya kenal. Seperti berada di pengasingan saja tanpa seorang menjadi komentator postingan saya. Tetapi ini yang sebenarnya menyenangkan saya dari sisi lain. Berada di tempat yang aman tetapi bisa bicara suka-suka manasuka. Masa bodolah soal likers, komen dsb.

Akhir-akhir ini perbincangan di facebook mulai tidak sehat. Luapan emosi yang tidak beralasan terkadang membuat merah telinga juga. Mau dibantah, masa saya ikutan latah dan meladeni bicara sampah dari anak-anak kecil dan terkadang mereka juga murid sendiri. Masalah agama, kecurigaan, prasangka sampai tuduhan tak berdasar terus menerus diisukan bahkan berulang kali dibagikan. Mencari kambing hitam atas berbagai persoalan pada pendatang sampai terang-terangan menimpakan kesalahan atas perubahan gaya hidup dan budaya pada orang lain juga sangat sering terjadi. Memprihatinkan memang tetapi apa mau dikata. Memberi opini atau argumentasi bahwa tidak ada yang bisa merubah perilaku suatu kelompok kecuali pada setiap individu dari mereka. Tidak ada yang bisa merampas atau menguasai milik suatu kelompok kecuali mereka sendiri yang membuat apakah semua menjadi milik mereka atau tidak.
Tidak ada yang bisa mengubah keyakinan orang lain selain mereka sendiri menghendakinya.
Saya sering merenung, begitu besar perasaan syukur saya bisa menyintai suatu tempat dalam perbedaan kultur dan keyakinan saya. Tetapi kali ini kecintaan saya dirundung luka dan saya tidak berdaya untuk mengatakan saya tidak terluka.
Segala aspek akan selalu dianggap sebagai ancaman walaupun sebenarnya itu juga peluang baik yang menguntungkan.
Tetapi sudahlah barangkali dengan tidak membaca media yang berpotensi menebar agitasi saya akan tetap merasa nyaman dan damai. Yah begitulah cerita hari ini, sampai nanti




Senin, 16 November 2015

Mengapa Saya Harus Berdoa Untuk Paris?

Perancis seharusnya tahu apa yang akan ia dapatkan setelah apa yang ia dan sekutunya lakukan di negara-negara yang ia sebut sebagai negara terorist, negara-negara Islam. Apa mereka itu bodoh tidak berpikir bahwa setiap aksi akan ada reaksi. Mereka tidak berpikir bahwa setiap bangsa memiliki kehendak sendiri dalam menyelesaikan persoalan bangsanya dan benci dengan campur tangan bangsa lain seperti mereka. Yang selalu mengambil keuntungan dari kekacauan negara lain. Belum lagi dalam masalah ideologi mereka seringkali menginjak-injak keyakinan bangsa lain dengan menghina agama Islam dengan berbagai cara.

Saya tertawa jika tiba-tiba mereka meminta simpati hanya karena aksi teror yang membawa 157 kurban itu. Begitu kecil nyali bangsa yang bersemangat menghancurkan bangsa lain tetapi heboh untuk sedikit pengurbanan terhadap apa yang mereka lakukan.
Sungguh menggelikan, jika facebook menggiring perasaan netizen untuk berduka atas kejadian itu. Lalu orang rame-rame, latah memasang berdera merah putih biru di foto profilnya.
Jika sekarang mereka menangis, menangislah untuk kehancuran negara-negara yang dimusnahkannya, karena kuban yang tak berdosa untuk negara-negara itu berlipat-lipat jumlahnya dibandingkan dengan tragedi Paris 2015.
Mereka pikir negara-negara Islam hanya dihuni oleh teroris, mereka pikir teroris itu monster yang tidak berpikir. Mereka pikir bangsa-bangsa yang beragama Islam boleh direndahkan dan dipermainkan martabatnya. Mereka pikir semua yang ada di bumi ini hanya untuk kepentingan mereka.

Menangislah, berdukalah ketika kalian mendapat balasan terhadap apa yang telah kalian lakukan. Dengan begitu kalian akan merasakan betapa sakitnya orang menangis. Dan setelah itu sadarlah untuk menjadi bangsa yang dewasa yang bisa menghargai hak azasi manusia dan tidak lagi mencampuri urusan bangsa lain. Tidak lagi mengusik-ngusik kedamaian bangsa lain dengan menghina agamanya dan merendahkan martabatnya.

Sungguh saya pernah berduka untuk Palestina, berduka untuk anak-anak libanon, berduka untuk bangsa Suriah yang tak berdosa, sangat berduka untuk musnahnya satu peradaban di Irak, hancurnya Lybia dan terkalahkannya bangsa Afganistan yang mempertahankan negaranya.
Saya pernah menangis untuk genosida suku Rohinga dan bangsa Bosnia.
Tetapi saya tidak bisa berduka untuk tragedi Paris. Saya ingin berbela sungkawa tetapi saya tidak bisa.
Maafkan saya.










Jumat, 13 November 2015

Acara Pertemuan Lintas Sektoral

Acarai  hari ini dimulai dengan pertemuan Koordinasi Lintas Sektoral Tingkat Kabupaten untuk kepala sekolah dan guru di Tabanan. Acara dimulai tepat jam 08.00 WITA. Aneh rasanya bisa begitu tepatnya acara dimulai. E ternyata ini disebabkan acara harus selesai pada pukul 11.00 karena ini hari Jumat.
Tetapi baguslah dibanding jika pertemuan provinsi, acara yang seharusnya dimulai jam delapan bisa molor jam sepuluh.
Acara pokok adalah penyajian materi oleh dua penyaji, tanpa tugas bagi peserta selain menyampaikan masukan sehubungan dengan masalah yang menjadi kebutuhan setiap sekolah.
Acara benar ditutup pada jam sebelas diikuti makan siang lalu pulang. Lumayanlah refreshing sedikit dari rutinitas tugas mengajar yang mulai membosankan.

Rabu, 11 November 2015

Menaklukkan Ego

Seperti pergantian musim ini, pergantian atmosfir perasaan manusia juga bisa sedrastis itu. Bila kemarin kita merasakan cuaca yang super panas, hari ini kita merasakan kedinginan. Apa yang kita tanggalkan dari badan ketika panas berkeringat, hari ini kita butuhkan untuk melindungi badan kita. Pergantian perilaku ini adalah cermin fleksibilitas yang terjadi dalam hidup secara naluriah.
Membayangkan kekhawatiran pada hari esok ternyata lebih menakutkan daripada menghadapinya.  Bahkan seringkali kita tidak menyadari bahwa kita sudah melewatinya, melewati kekhawatiran itu.
Kesadaran terhadap apa yang sepantasnya terjadi dan harus kita terima adalah sebanding dengan kita harus menggunakan sweater pada musim dingin, dan menggunakan jas hujan pada saat kehujanan. Bukan mengutuk mengapa hujan. Sinergi antara tantangan dan cara menghadapinya merupakan seni dalam kehidupan.

Manusia sering berpersoalan dengan karyanya (kutipan). Karya manusia adalah tantangan untuk ditaklukkan, menaklukkan ego menaklukkan rasa. Perjuangan ini terlahir dari harapan yang sangat besar untuk bisa mengakhiri ego dan membunuh impian semu.
Sampai nanti saya akan berangkat kerja satu menit lagi. bye.


Segara Anak G Rinjani




Masih lekat dalam ingatanku saat itu udara mulai dingin setelah lewat dinihari. Perjalanan sudah sampai setengahnya dan ini saat yang tepat untuk beristirahat. Tempat ini memang merupakan pos peristirahatan setelah perjalanan mendaki selama satu jam. Bermula dari ketika aku hampir tergelincir ke tebing dan ia menyambar lenganku membuat aku sedikit was-was ketika ia mengajakku duduk di bangku panjang di tritis bangunan untuk beristirahat itu. Beberapa pendaki juga beristirahat di tempat duduk yang terbuat dari pokok-pokok kayu sambil menikmati makanan serta minuman ringan. Aku hanya minum sedikit air mineral dan biskuit.
" Waktu kita masih lama, sekarang masih jam dua satu jam lagi kita sampai di puncak." Katanya mengambil tempat di sebelahku. Aku cuma mengiyakan sementara pikiranku dihinggapi rasa takut dan canggung duduk berdua dengan porterku. Aku berdiri tanpa alasan tetapi kembali duduk karena aku memang sangat letih dan nafasku juga belum stabil setelah jalan mendaki itu apalagi semalam tidak bisa tidur. Ini memang selalu terjadi setiap kali menunggu

Selasa, 10 November 2015

Hujan dan Kegelisahan


Hujan turun untuk awal musim baru, musim penghujan yang seharusnya tiba waktunya. Rasanya melegakan karena sudah terlalu panjang musim kemarau tahun ini. Hujan ini turun menyusul tiupan angin yang cukup kencang disertai petir dan kilat lagi. Satu rahmat sekaligus, kolaborasi antara air, cahaya dan suara. cuaca seperti ini seakan memperkecil keberadaan kita. Tenggelam dalam kekuasaan alam yang tak tertandingi kekuasaan manusia di manapun.
Rindu akan sesuatu yang tidak bisa dikatakan, karena memang tidak tahu apa itu yang dirindukan. Barangkali kerinduan ini hanyalah efek dari pintasan memori tentang suasana yang sama. Suara hujan gemericik di pancuran dan gemerisik tetesan air pada daun.
Kini kerinduan itu sudah terobati. Rasa sejuk mengusap dada membisikkan bahwa segala kegersangan akan berlalu. Hujan ini menyejukkan bumi dan hati manusia. Menghapus rintihan dan keputusasaan dedaunan yang lama tak mampu bertahan pada tangkainya.
Besok pagi pasti semuanya segar kembali dan semangat baru akan datang lagi. Biarlah yang terjadi kemarin kita lupakan demi hari esok yang penuh harapan.

Hujan malam ini biarlah melarutkan semua kegelisahan dan melahirkan kedamaian. Kedamaian di hati semua orang.


Senin, 09 November 2015

Saya Menyintai Hidup



Sepertinya saya sudah memerlukan perjalanan baru ke alam bebas. Seandainya saja saya tidak mengajar lagi mungkin saya sudah terbang entah kemana. Seperti yang dulu saya bayangkan bahwa saya harus menikmati kehidupan ini sebanyak mungkin sebelum kesehatan saya menurun.
Saya ingin kembali ke gunung atau pantai.
Sedikitnya jam kerja saya membuat saya jenuh. Kejenuhan ini tidak membangkitkan gairah seperti yang saya gambarkan dulu. Bahwa jika saya punya banyak waktu saya akan menyelesaikan tuntutan  hobi saya. Ternyata nol. Saya sebenarnya malu  pada diri sendiri dengan kemandekan gairah hidup seperti ini. Saya ingin menjadi tua dengan memberi arti pada kehidupan ini  minimal bagi saya sendiri. Barangkali ini ego saja tetapi sesungguhnya saya memang menyintai hidup saya sendiri. Saya menyintai semua yang melekat pada kehidupan saya. Masa kecil yang indah, masa remaja yang membanggakan dan masa muda saya yang menyenangkan.
Saya menyintai hidup saya yang sanggup menghadapi gelombang dan badai, Selamat dari api yang membakar dan bisa menyembuhkan semua luka.

Hari-hari terakhir saya sangat manis, Ketika senyum dan airmata menjadi hal yang manis untuk dirasakan. Di dada saya telah saya tanam benih yang bisa merubah segala yang saya rasa menjadi manis dan nikmat.
Tidak ada yang bisa menghalangi benih itu bersemi dan tidak ada pula yang merekayasanya,  benih itu bersemi sepanjang musim.
Ini alasan saya untuk menyintai hidup saya, saya bisa menanam bunga ketika badai datang dan saya menikmati wanginya setelah badai reda.




Semoga Tuhan Memberi Jalan


Saya tidak mengira perubahan ini begitu cepat tidak seperti yang saya perkirakan. Saya bisa memulihkan kondisi semula secara berangsur-angsur.
Tetapi bagaimana saya bisa memulai satu persoalan tanpa tahu kelanjutannya. Itu masalahnya. Saya sudah menduga hal ini akan terjadi ketika sedikit saja kesalahan saya lakukan keinginan baik ini bisa menjadi sebaliknya. Posisi saya memang tanggung karena itu apa yang saya lalukan bisa menimbulkan kecurigaan seolah-olah ini semua hanya sebuah intrik untuk mengambil keuntungan bagi saya.
Saya tidak kecewa atau takut anggapan itu. Tidak perlu saya menjelaskan atau bertanya lagi tentang hal ini. Saya yakin saya melakukan seperti kata hati saya semula, untuk kebaikan. Yah kalau itu dianggap baik. Seandainya dianggap tidak baik juga tidak masalah, toh cuma dianggap, bukan karena saya berniat tidak baik.

Apa yang terjadi pada masa mendatang, itu yang saya tunggu. Berharap saya mendapat kejutan telah terjadi apa yang kami harapkan. Ada hal positif yang bisa merubah jalan hidup orang-orang yang kami cintai menjadi mulus dan indah.

Semoga Tuhan memberi jalan kemudahan serta membukakan lembaran baru yang menyenangkan.

Sabtu, 07 November 2015

Sebelum Tahun Berganti


Selamat malam dari Tabanan.
Tidak terasa tahun akan segera berganti lagi. Begitu cepatnya, sangat cepat sehingga sangat sulit kita bisa berlari bersamanya. Tetapi apakah kita harus berlari jika berjalan pun cukup untuk mencapai ujungnya. Begitu banyak hal yang tak terpikirkan. Begitu banyak mereka yang seharusnya berpacu dengan waktu sebelum waktu meninggalkannya. Orang-orang terdekat, saudara, sahabat dan kerabat.

Kegagalan, kehancuran, dan kesalahan hidup  tidak ada artinya lagi untuk dirasakan karena waktu akan mengubahnya. Tetapi kesendirian adalah penderitaan yang sesungguhnya. Kesendirian akan membawa rasa sepi yang sesungguhnya dan sepi yang sesungguhnya lebih kejam dari penyakit apapun.
Betapa saya sering sedih, seorang adik telah menjalani masa penantian yang panjang untuk mendapatkan teman hidupnya. Dalam penantiannya ia pernah punya harapan namun gagal sebelum hari yang dinanti tiba. Selanjutnya dia jatuh dalam pernikahan dengan suami orang lain dan ditinggalkan sebelum putrinya berumur enam bulan. Penantiannya tidak pernah berujung manis.
Hidup ini sepertinya mempunyai sekumpulam persoalan. Bahagia dan derita tidak ada habisnya terjadi pada siapa saja. Hidup bisa saja menjadi kumpulan ketakutan terhadap kegagalan, walaupun sebenarnya kegagalan itu bukan hal yang luar biasa. Menghadapi kegagalan akan sama artinya dengan menghilangkan ketakutan itu.

November sudah datang lagi,  memberi peringatan kepada kita untuk menyelesaikan semua yang menjadi agenda kita tahun ini sebelum tahun berganti lagi.








Api Yang Membakar



Anatoliaku
Waktu itu musim dingin membeku
Kita berjalan tergesa melewati jalan panjang di hutan kecil itu
Pepohonan tak berdaun merangas seperti pasukan sedang mengepung
Lalu kupegang erat tanganmu membawamu berlari menembus gerimis salju
Anatoliaku
Kita mulai membeku lalu kamu menangis di dadaku
Lubang pohon itu tidak cukup untuk kia berdua
Engkau menggulung di situ dengan menggigil
Mata birumu kehilangan cahaya memanggilku dengan pilu

Anatoliaku
Kini musim panas bersemi dan burung-burung camar terbang melayang di atas air
Masihkah kau ingat kapal-kapal yang melintas di Selat Bosporus?
Dan lembah serta perbukitan kota tua itu? Bukit-bukit kerucut itu?
Katamu manusia tidak berbeda dengan semut di sana
Manusia purba membuat lubang untuk tempat berlindung mereka
Dari kejamnya musim dingin.
O Anatoliaku
Musim dingin telah berakhir bagiku, kulepaskan pelukaanmu dan
Kutinggalkan jiwaku di dadamu
Jika badai salju itu tiba jiwaku akan melindungimu                                                                                        Bertahanlah walau aku tidak lagi di sana
Api cinta itu akan terus membakar kita.

 
Add caption

Jumat, 06 November 2015

Sebelum Badai Datang Lagi


Mengapa kamu masih di sini saat badai sudah mereda
seharusnya kamu mengambil serumpun bunga ilalang 
dan meniupnya
berjalan di bawah matahari pagi
meniti jalan baru tak berbatu

Mengapa kamu masih di sini
Bukankah hari akan berganti dan harapan baru menanti
Berangkat tinggalkan sepi yang tak akan bertepi
sebelum badai datang kembali


Rinjani 2013

Rabu, 04 November 2015

Menabur Angin Menuai Badai

Badai ini akan reda tanpa melukai. Ia hanya akan meninggalkan sunyi di samudera. Bukan anomali jika setelah badai berlalu ketenangan akan terjadi. These storms were awfull, but it's perfect cuddling weather.
Begitulah, kehidupan memang identik dengan perubahan yang terjadi pada alam. Saya setuju.
Berharap begitu, badai pasang tidak akan selamanya. Tetapi  ketenangan bisa diciptakan setelah badai.

Saat ini laut itu teduh tetapi saya tidak tahu apa yang mungkin terjadi saat badai itu datang lagi.
Semoga badai kedua tidak sedahsyat badai sebelumnya dan saya bisa mengatasinya. Saya menabur angin saya harus siap menuai badai.

Pantai Kelayar Pacitan 2014


Pantai Kelayar 2014

Senin, 02 November 2015

Kamu Akan Menghabiskan Malammu



Kamu akan menghabiskan malammu bersamanya
Di kebun mawar dan bunga leli yang bermekaran di musim panas
Segelas anggur dingin disuguhkan padamu untuk menyejukkan hatimu
Reguklah dalam-dalam sebelum hari bertuba
Habiskan sebelum siang tiba

Hidup ini terlalu singkat, bukankah aku sering berkata
Jika aku tidak pernah mereguk manisnya anggur
Maka untukmu aku tak mau
Tuba itu biarlah aku habiskan sampai tetes terakhir
Karena kutahu itu tak akan membunuh jiwaku
Kamu akan menikmati musim semi yang gembira
Bermain di kota-kota tua, melihat salju turun di di Delf, Brest atau Bologna.
Menyusuri kanal-kanal di Venesia. Melihat menara-menara tua di Ankara, Istanbul dan kota lainnya.
Kamu terlalu lama berada dalam taman tak bermawar
Bergelut melawan dingin malam tak berwarna
Walaupun kamu menyulut seribu lilin di sudut-sudut kota
Kamu akan menghabiskan malammu bersamanya
Di ranjang bertabur aroma bunga dari sorga
Bermimpi tentang anak-anak esok hari
Yang akan menjaga hari tuamu sepenuh hati.