Rabu, 12 Desember 2012

Gerimis di yogyakarta

Gerimis meninggalkan jejak di rerumputan dan jalan beraspal di Kadisoka. Pagi menandai adanya semangat untuk mengisi satu dari untaian hari yang tidak akan ada putusnya. Ya hari adalah jejak waktu yang meninggalkan catatan dari dan untuk siapa saja. Dalam kehidupan yang sebenarnya hari adalah kesempatan setiap orang untuk menunaikan tugasnya. Terkadang tugas itu menjadi demikian beratnya  bagi sebagian orang tetapi tidak bagi sebagian yang lain dan bahkan menyenangkan bagi sebagian yang lain lagi

Tidak ada yang buruk bagi semuanya, karena setiap orang mendapatkan bagiannya masing-masing.  Semua juga menjadi ujian bagi masing-masing untuk mendapatkan kesabaran dan kekuatan serta kesyukuran.

Saya mengawali hari-hari libur ini dengan berjalan-jalan setiap pagi. Banyak yang menyenangkan untuk dilihat. Mereka yang bergegas berangkat kerja, pedangang makanan keliling yang menawarkan dagangan serta ibu-ibu yang berebut belanja di warung, juga mereka yang sedang membereskan rumah serta pekarangan.

Saya menyukai tegur sapa orang Yogya.                                                                                                    Tetapi
menyelami isi hati orang Yogya tidak semudah menyelami dasar kolam. Sebenarnya ragam sifat manusia itu sama di semua belahan bumi ini. Hanya saja keadaan bisa merubah sifat itu sehingga banyak anggapan  yang  kemudian menjadi keliru.

Gerimis mengakhiri senja di Yogyakarta,
Saya menyukai keterasingan yang membuat saya mengenang lagi, mengingat lagi namun sudahlah. Saya akan menulis sesuatu yang baru yang bersemi dari dahan ketuaan saya. Biarpun tidak serimbun hijau daun, saya berharap tunas itu masih memiliki arti bagi orang-orang di sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar