Senin, 09 April 2012

Jakarta yang Saya Kenang









Jakarta layak disebut kota tertawa. Karena suara derap langkah berbagai kaki mengikuti irama yang tiada putusnya. Seperti tawa panjang yang tidak bisa kita mengerti Jakarta menertawakan apa. Tawa itu mengiris hati orang yang sedang menangis, yang juga tidak tahu apa yang membuatnya menangis.

Empat perempuan sudah melupakan cinta dari desa, ketika hari-hari selalu dimulai dengan kehangatan di pematang-pematang sawah. Dan aroma asap dapur untuk lelaki yang akan membajak tanah mereka. Kini mereka berkumpul dan memenuhi dapur tanpa api dengan kepulan asap rokok dari bibir dan sela jari mereka di kota Jakarta.
Mereka bercerita-cerita dalam derai tawa kemarin dan hari ini.
Tidak bosankah mereka?

Saya memilih jalan-jalan murid Taman Kanak-kanak adik saya sambil melihat-lihat kota Jakarta. Mengambil foto kantor anak saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar