Sabtu, 12 Maret 2011

Hari Minggu di rumah

Hari yang langka bisa berada di rumah pada waktu begini. Biasanya hari Minggu kami gunakan untuk jogging atau kegatan lain di luar rutinitas kerja.
Hari ini saya lebih banyak di depan laptop. Beberapa jam tadi saya ngobrol dengan adik saya Ira Nurdiana di Surabaya.Lalu mengirim email lagi ke Tokyo namun gagal. Sepertinya nomor itu sudah tidak dipakai lagi.
Yah.. putus asa juga kenapa mereka tidak ada yang ngabari ke tabanan keadaan di Jepang pasca gempa dan tsunami? apakah mereka baik ya? Trus saya lacak lewat fb juga ga ada status sama sekali. Bagaimana juga dengan Ibu Hiromi Murakami, terakhir ketemu lebih dari tujuh tahun lalu.Mungkinkah dia sudah lupa pada kami. Tetapi tidak, dia tidak akan pernah melupakan Bali dan Bojonegoro. Barangkali usia yang membuatnya tidak interes lagi berkomunikasi.Bagaimana Natsuko dan Ayako ya. Saat masih kecil kedua putrinya ini penurut dan diajarkan kepada mereka berkorespondensi dengan anak perempuan saya. Waktu itu Mereka Masih Sekolah dasar. Ketika sekolah menengah pertama komunikasi berkembang ke teman-teman mereka. Kami bahagia waktu itu dan sering berhubungan lewat surat.
Namun saat mereka masuk perguruan tinggi, tak ada lagi komunikasi di antara mereka dan alangkah kagetnya saya ketika ia mengabarkan Bahwa Ayako anak sulungnya menikah cepat di Amerika ketika belum setahun kuliah disana. Dia mengabarkan kekecewaannya.
Setahun kemudian dia mengabarkan lagi bahwa Ayako sudah punya anak dan Natsuko anak keduanya tidak mau melanjutkan ke perguruan tinggi. Natsuko bahkan memilih jalan hidupnya sendiri dengan bekerja dini dan tinggal bersama pacarnya.
Hiromi kesepian dan kehilangan. Guru Bahasa Inggris di taman kanak-kanak di Osaka itu kecewa dengan anak-anaknya. Ia pernah mengatakan bahwa saya adalah ibu yang beruntung mempunyai anak-anak yang menurut dan berpendidikan Universitas.
Hingga pada suatu hari saya juga mengabarkan bahwa anak perempuan saya mengkhianati ibunya. Ia menikah juga saat kuliah baru setengah jalan tanpa restu orangtuanya.
Ternyata bahwa kebahagian dan kekecewaan itu jaraknya sangat dekat, dan menjadi relativitas yang tidak bisa diukur dengan takaran yang sama dan sebaliknya.
Selanjutnya menerima dengan lapang dada sebuah kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan adalah jalan terbaik.
Hiromi bagaimana kabarnya kini ya. Sangat lama komunikasi ini terputus. Ia dulu melihat keluarga kami adalah keluarga yang ideal.Dan ia tidak pernah tahu apa yang terjadi setelah anak-anak meninggalkan kami untuk kuliah.
Saya tidak pernah mengabarkannya.Tidak perlu untuk mengabarkannya.Cukup kami yang mengerti keadaan kami sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar