Selasa, 14 Januari 2014

Kota Kelahiran yang Merana

Rimbun Kebun Jati di Kejauhan






Ini adalah pemandangan di luar kota kelahiran yang saya ambil pada Januari 2014 dalam acara menyusuri  jejak legenda cerita Angling Darma yang terkenal itu. Kurang lebih setengah jam perjalanan motor dari kota Bojonegoro di Kecamatan Kalitidu, ada sebuah petilasan berupa satu kuburan yang dikeramatkan oleh sebagian orang.

Mencapai lokasi ini perlu berjalan kaki melewati pematang sawah yang tidak begitu jauh.  Sebenarnya tempat ini tidak ada daya tariknya sama sekali kecuali hanya sedikit tanah tinggi di tengah persawahan yang ditengahnya ada sebuah makam tak dikenal. Mungkin saja dahulu kala pernah direncanakan untuk kuburan.
Tidak banyak orang yang mengenal bahwa makam ini dianggap sebagai peninggalan Angling Darma, karena dalam sejarah  tidak ada kerajaan dengan nama rajanya Angling Darma.
Angling Darma itu hanya legenda.

Hanya rasa penasaran saja yang membuat saya ingin melihatnya.
Tempat ini dikelilingi pagar tembok dan kuburan itu berada dalam sebuah bangunan tanpa dinding menyerupai pendopo. Sayang kuburan itu dikeramatkan. Ini terlihat dengan adanya sisa-sisa kembang dan wangi-wangian sebagai tanda pemujaan.

Dari cerita masyarakat, beberapa pejabat kota pernah mendatangi makam itu termasuk orang nomor satu dan membagi-bagikan uang kepada mereka yang ada di situ.

Di kota saya tidak ada tempat keramat, karena itu keberadaan tempat yang sama sekali tidak berbau mistis
ini menjadi sasaran untuk mencari berkah barangkali.
Suatu tindakan yang tidak masuk akal apabila berkunjung kesini hanya untuk berharap mendapatkan sesuatu.
Makam Jadi-jadian

Saya justru jijik melihatnya. Andai makam ini makam beneran, saya pikir ini hanya makam orang biasa atau bahkan mungkin hanya kuburan sapi atau kerbau.

Trus seandainya dilakukan penggalian dan tidak ada apa-apa bagaimana.
Kelihatannya bangunan ini baru dibuat. Katanya sebelumnya hanya tanah ketinggian di tengah sawah saja.
Padahal setahu saya masyarakat sekitar tidak pernah peduli dengan tempat itu dan melihatnya sebagai tanah tak bertuan dengan sedikit pepohonan untuk berteduh saja.

Makam di Tengah di Tutup Kelambu

Kota ini semakin sakit saya kira. Semakin pesatnya pembangunan sebagai imbas dari pemboran minyak di kantung-kantung minyak baik di kota maupun di luar kota semakin aneh dan asing rasanya.
Hotel Aston sudah beroperasi dan kini Hotel Mercury menyusul di bangun. Hotel-hotel melati yang biasanya hanya penuh pada lebaran kini tidak bisa lagi menampung pekerja  tambang minyak yang mengontrak.
Begitu juga antusias pemodal untuk membangun rumah dan villa untuk disewakan.
Tetapi di balik itu masih ada orang yang tidak kekurangan uang pergi ke tempat sepi.Tetapi itulah yang terjadi di kota kelahiran saya,

Sawah yang tidak Subur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar