Jumat, 01 April 2016

Bersama Waktu

Selamat datang bulan April.
waktu berjalan begitu tergesa, memperpanjang jalan yang terlewati sehingga kita tidak sempat mencatat semmua yang ada.
 Banyak cerita yang ingin saya tulis menjadi sesuatu yang sudah kadaluwarsa.

Tetapi sesungguhnya di dalam hati manusia tidak ada yang kadaluwarsa. Apa yang ditulis bisa terlupakan, apa yang dikatakan bisa teringkari, tetapi rasa yang terberi tak akan mudah terlupakan. Tidak adil jika kita segera melupakan apa yang sudah terjadi hanya karena waktu sudah merubahnya.

Pembaca, terkadang saya berpikir bahwa rutinitas waktu ini membawa kebosanan sehingga saya selalu berkeinginan untuk jalan-jalan ke tempat-tempat yang bisa memberi pengalaman baru yang menantang. Saya sangat ingin kembali ke alam liar dan memfasilitasi diri sendiri dalam keterbatasan dan merasai kehidupan yang berbeda dengan keseharian. Banyak orang yang memandang saya sudah terlalu tua untuk bertualang di alam bebas, tetapi keluarga saya tidak pernah menganggapnya begitu. Mereka mengerti apa yang saya mau dan bagaimana saya akan melakukannya.
Saya sangat menyintai kebebasan di alam. Kanak-kanak saya penuh dengan hal-hal yang menyenangkan di alam. Ah saya ingat, suatu musim yaitu musim kemarau. Bengawan Solo    
tidak berair, permukaan bengawan memnyerupai pulau-pulau pasir, hanya sebagian yang berair dan tetap mengalir lamban menuju ke hilir. Saya berempat bermain di pulau-pulau pasir itu. Kami melihat seorang anak di seberang maka kami sepakat menyeberang juga. Lalu kami meminta anak di seberang itu untuk menjemput kami dengan perahu yang ada di sana. Kami berpikir kami pasti bisa mengendalikan perahu di aliran sungai yang kecil itu.
Anak seberang itu pun melepaskan tali pengikat perahu dari tambatannya dan mulailah perahu itu merenggang dari daratan dan selanjutnya perlahan bergerak mengikuti aliran air. Tetapi yang terjadi ternyata perahu tidak mau menyeberang dan mengapung mengikuti arus. Anak srberang itu mulai panik dan kami hanya bisa melongo melihatnya lalu berlari mendekat sambil minta tolong. Perahu makin cepat dan anak perempuan itu berteriak-teriak, muka dan seluruh badannya pucat pasi lalu merebahkan badannya ke dek dengan posisi bersujud. Bersyukurlah ada seorang  laki-laki yang kemudian mengejar perahu itu.
Nah itu yang tak bisa terlupakan walaupun waktu sudah sangat lama berganti.

Tidak semua pengalaman bisa dihapus oleh waktu. Kegembiraan, kebahagiaan akan tetap tinggal dalam kenangan dan hanya penderitaan yang boleh hilang bersama waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar