Senin, 14 Maret 2016

Mungkinkah Dia Firdaus

Waktu itu sehabis joging saya duduk di bangku taman di pinggir bundaran kolam taman kota. Seorang perempuan baya duduk di bundaran membelakangi taman. Rambutnya memutih dijepit tagak tinggi dibelakang. Bajunys sedikit kusut dan kumal dan kelihatan out of date. NBegitu jua tas tangan yang dibawanya. Saya tafdi tidak memperhatikannya saat berpapasan di lingkaran trekking. Ia memasuki taman dan saya sedang jalan.
Kini saya tettarik untuk memperhatikan dengan seksama karena sejak ia menoleh da tanpa sengaja kami saling memandang saya jadi terinngat wajah serupa tetapi sangat samar di mana dan siapa  siapa yang saya ingat. Saya lihat lagi berharap ia menoleh sekali lagi. Tetapi tidak, ia asyik mengayun-ayunkan kaki dan sesekalimemandangi sandal gabus warna pink yang dipakainya. Tak lama kemudia ia meraih tasnya dan saya lihat lagi raut wajahnya, saya ingat sekarang, ia Firdaus atau Latifah sepupunya. Dus anak kecil 46 tahunlalu yang nakal dan suka menjahili saya jika saya melewati rumahnya saat saya berangkat dan pulang sekolah. Saya tidak mengenal mereka dan rumahnya juga jauh dati rumah saya. Tetapi mereka tahu nama saya dan mengolok-oloknya hampir setiap hari. Bahkah pada suatu hari Firdaus berani memukul tangan saya. Saya selalu bersrpeda berdampingan dengan seorang teman dan saat itu posisi saya di sebelah pinggir. Saya kesal juga tetapi tidak berani melawan karena tidak kenal mereka dan mereka adalah keturunan arab yang keluarganya cukup kaya dan terpandang pada masa itu.

Ah benar, perempuan ini salah satu dari mereka, kemungkinan besar Firdaus.Ingin rasanya saya menyapa, mendekati dan mrmberi uang. Kelihatannya ia memerlukan uang untuk membeli pakaian.
Saya berpikir bagaimana memulai dan ketika seseorang datang menghampiri saya dan kami berbincang sebentar, perempuan itu pergi dan saya hanya bisa melihat punggungnya. Dengan langkahnya yang ragu meninggalkan taman.

Saya tidak tahu  kisah kehidupannya setelah saya tamat sekolah menengah karena saya tidak melewati rumahnya lagi.
46 tahun telah terlewati banyak cerita terjadi, saya sedih dan sangat berempati melihatnya.Siapakah yang menjadi teman baginya di usia senjanya. Sepertinys dia sendiri mengisi hari-harinya.
Tuhan berikan dia teman hidup yang bisa membuat hidupnya lebih hangat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar