Senin, 26 Mei 2014

Mengunjungi Kepulauan Karimunjawa

Hari Pertama di Pulau Karimunjawa

Mengisi libur Hari Raya Galungan dan Kuningan saya putuskan untuk melancong di Kepulauan Karimunjawa. Rencana ini sangat mendadak sebagai kompensasi penundaan wisata gunung yang sedianya kami lakukan bulan ini. Hal ini disebabkan keadaan Gunung Ijen yang masih belum begitu aman untuk dikunjungi.

Kami berangkat dari Bali jam tiga sore dengan Bus langsung Denpasar - Jepara, Muji Jaya. Jam lima pagi bus sudah masuk Kota Jepara. Kami turun di alun-alun lalu dengan ojek langsung ke pelabuhan Jepara. Hari ini semula kami akan menggunakan kapal ekspres. Tetapi berhubung kedatangan kami yang terlalu pagi kami berubah pikiran untuk menyeberang dengan kapal Ferry Siginjai dengan pertimbangan tidak membuang waktu dan tenaga percuma di pelabuhan untuk menunggu jam sebelas siang untuk menumpang kapal cepat. Jam 09.00 Kapal Ferry berangkat sesuai jadwal dan tiba di Pelabuhan Karimunjawa jam 14.00 WIB bertepatan dengan kedatangan kapal Ekspres Bahari.
Bedanya ongkos Kapal Ferry jauh lebih murah yaitu Rp 44.000 untuk kelas ekonomi dengan waktu sekitar lima jam. Sedangkan tiket kapal ekspres Rp 110.000 dengan waktu sekitar dua setengah jam.
Tanpa membuang waktu kami langsung menerima tawaran Abang Becak untuk mengantarkan kami ke homestay murah. Saya langsung setuju ketika dibawa ke sebuah homestay mungil yang bersih dan di pinggir jalan utama.





Setelah istirahat dan mandi kami langsung tracking ke bukit untuk menikmati pemandangan dari atas bukit sambil menunggu sunset. Bukit masih sepi dan panas. Tidak lama kemudian beberapa pengunjung berdatangan dan menjelang sunset, suasana semakin ramai. Mereka umumnya adalah anak-anak muda. Ada juga beberapa pasangan wisatawan asing. Bukit itu namanya Bukit Jokotuo. Dinamakan demikian karena di bukit itu ada kerangka ikan paus yang dipajang di sebuah gubuk sederhana yang disebut Ikan Jokotuo





Sunset dari Atas Bukit


Desa Karimun Jawa dari atas bukit


Hari Kedua

Pak Abas si tukang becak sekaligus sebagai informan kami. Melalui dia kami mendapatkan kelompok untuk trip ke kepulauan. Kami masuk dalam paket wisata yang bernama Kompaktour.
Rombongan ini  berjumlah empat belas orang.

Kami berangkat dengan kapal nelayan yang tidak begitu besar. Perjalanan hari ini mengarah ke sebelah timur Pulau Karimunjawa dengan waktu tempuh satu jam untuk sampai di Spot pertama di dekat Pulau Tengah. Jam sebelas kami sampai ke lokasi snorkeling dan foto-foto bawah air. Ada tiga orang pemandu air yang membantu kami berpose di bawah air. Acara berikutnya adalah menuju Pulau Kecil tidak jauh dari Pulau Tengah untuk makan siang dan bakar ikan.

Pulau ini terawat dan ada yang menunggu karena ada pemiliknya. Pohon kelapa tumbuh menyebar Sehingga menyerupai kebun sekaligus taman yang nyaman untuk beristirahat. Pasirnya putih.     Ada beberapa bangunan menyerupai penginapan di atas air. Juga rumah panggung yang ada di pulau. Kami bersantai cukup lama sambil menunggu ikan dibakar oleh pemandu dan awak kapal.



Menyelam di Spot Satu dekat Pulau Tengah




Terumbu Karang ini Sakit




Spot Satu

He He








Harus Jadi Pemenang








Makan siang di Pulau Cilik

Jam dua belas kami istirahat makan siang di Pulau Cilik. hanya beberapa menit dari pulau Tengah. Pemandu dan awak kapal segera bersiap membuat perapian untuk acara bakar ikan. Sementara peserta trip bersantai dan foto-foto.



































Ke Pulau Menjangan Besar

Uji Nyali Bersama Hiu Kecil


Teman, Berpose dengan Penyu

Berpose dengan Ikan Buntal


Menutup Trip Hari Kedua

Jumat, 16 Mei 2014

Nasihat Kawan yang Mendamaikan Hati



Tidak sia-sia saya meredam kekacauan pikiran selama tiga hari ini karena satu kesalahan (mungkin). Hari ini ini saya sangat merasakan kegelisahan sudah mereda. Saya kembali baik-baik saja setelah tiga hari lalu berselisih dengan salah seorang wakasek. Perselisihan itu hanya saya bertanya dan menyarankan sesuatu. Sejawat itu nampak marah tidak karuan dan membuat saya bingung mengapa pertanyaan dan saran saya dipersoalkan.

Dan tadi pagi saya berdiskusi lagi tentang masalah itu dengan dua orang kawan, kawan saya bilang hati-hati berkonfrontasi di sini kalau mau selamat. Dan sambil berbisik ia mengatakan bahwa dua teman kita yang sakit selama berbulan-bulan itu karena apa? Menurut orang pintar karena balas dendam seseorang. Lalu saya berpikir sejenak, bukankah kawan itu sakit diabetes? Tetapi saya diam. Sedangkan teman yang lainnya memang sakitnya tidak jelas, menurut diagnosa dokter ia sehat, padahal faktanya ia tidak bisa apa-apa tergolek ditempat tidur, tidak bisa aktifitas apapun termasuk bicara, tidur, tersenyum maupun makan. Pandangan matanya kosong tak berkedip. Keadaan itu berlangsung cukup lama. Enam bulan berikutnya ia sehat kembali dan bekerja seperti biasa. Dan menurutnya ia sembuh setelah diobati seorang pintar dan penyakitnya dikeluarkan dari tubuhnya. wallahu Alam (sok agamis). Saya berpikir lagi...ya saya ingat terakhir kalinya sebelum mereka sakit mereka berbicara lantang berseberangan dengan orang yang sama di dalam rapat. Dan setelah itu mereka ambruk. Tetapi saya tidak percaya.

Kembali pada masalah saya. Cerita itu tidak menakutkan saya karena niat saya bertanya dan menyarankan adalah untuk kebaikan. Terlalu banyak distorsi yang terjadi dalam etos kerja kami seolah-olah semua kegiatan adalah uang sehingga mereka berebut dan berbagi-bagi tugas. Seseorang menjadi pahlawan untuk yang lain dan seseorang menjadi musuh untuk yang lain. Saya melihat semua ini memuakkan jadi saya mempertanyakan sesuatu dan menyarankan sesuatu kepada seorang teman yang membidangi suatu tugas. Tidak menyangka kalau hal itu menjadi masalah besar dan rumit sesampainya di Wakasek. Dan ia mengancam akan membawa ke rapat nanti.
Bersyukur kawan-kawan lain menasihati saya agar selanjutnya diam saja terhadap apapun yang terjadi di sini serta siap mental dalam rapat dua minggu lagi.
Saya menjadi tidak sabar menunggu rapat, Saya akan memaparkan hal yang dijadikan masalah itu dan berharap semua bisa mendengar dan mengoreksi apa yang salah dalam pertanyaan dan usulan saya.

Benar ternyata sharing bisa menetralkan kegelisahan saya. Diam-diam saya sangat berterima kasih dan memuji kawan saya ini. Yang mau mengatakan bahwa saya salah jika saya berpikir idealis pada saat ini dan  terus mengingatkan saya agar diam dan diam saja apapun yang terjadi. Saya akan mencoba.


Kamis, 15 Mei 2014

Kusuma Wijaya


putik sarimu menggurat di dalam rintihanku
ketika malam membukakan kelopakmu
menebarkan harum di setiap belahan jiwa
yang terselubung gelap gulita

putih warnamu mengabut dalam dingin malam
berjuntai sabar menegakkan mahkota
tatapanmu redup dalam kesunyian

engkau menulis sejarah tanpa tinta
Hanya dengan senyum saat musim tiba
namun kau bisa tinggalkan warna
yang tegas melebihi kata-kata



Senin, 12 Mei 2014

Sajak Matahari

Plawangan Rinjani



                                         Pernah kukatakan kepadamu
terbitnya matahari adalah semangatku
                                                walaupun tak ada lagi mawar mekar di kebunku

pernah kubisikkan kepadamu
                                                angin yang datang dan pergi adalah jiwamu
yang merdeka melintasi waktu

kawan...
Tak ada dimensi kata-kata yang bisa bercerita tentang kita
tapi segala itu datang dan pergi setiap kali matahari terbit dan angin berhembus




                                               pernah kuimpikan matahari menghangatkanku angin membelaiku
dan di tamanku mawar bermekaran menjatuhkan embun di kelopaknya
                                   lalu burung-burung kecil berlompatan di pohon palem
            Dan mimpi itu kini menjadi semangat baru dalam hidupku


Puisi Kepompong




Aku adalah kepompong kosong ketika
larvaku tak lagi memberi getaran pada tubuhku
dan  meninggalkannya sebagai kepompong keropos dimakan  waktu

aku adalah daun  kering yang  melayang diterbangkan angin
tangkaiku tak punya daya  memegang ranting tempat aku bergantung  klorofilku  tak lagi memberi hijau dan energi pada tulang-tulangku

                                                       Jadi........
                                                       Aku ingin menjadi kepompong sutera yang menyejukkan siapa saja
 menjadi daun kering yang menyuburkan tanah
 memberi cinta dari sesuatu yang masih kupunya
 sampai aku benar-benar tidak ada







Minggu, 11 Mei 2014

Tuhan Belum Mengizinkan Rencana Ini

Barangkali memang Tuhan belum menghendaki, rencana ke Kawah Ijen pada libur galungan Mei ini kemungkinan batal mengingat status kawah yang berbahaya untuk dikunjungi. Begitu juga untuk kedua kalinya rencana ke Gunung Semeru dan Gunung Lamongan terancam gagal karena alasan yang sama.

Padahal keinginan saya adalah tahun ini adalah mengunjungi setidaknya tiga objek wisata hiking tiga gunung tadi. Jadinya perlu rencana baru lagi untuk mengisi liburan superpanjang dan bertahap-tahap ini. melihat situasi begini nampaknya Jakarta sudah menunggu kedatangan saya. Undangan Liburan alternatif, pantai dan pulau atau entah kemana ya, tetapi keinginan belum greget. Jadi masih mengambang.
saya tidak boleh menyia-nyiakan waktu saya yang tidak banyak lagi. Saya harus kembali ke alam bebas menikmati dan mencintainya sebelum saya tidak mampu lagi mencapainya. Semakin saya cari semakin banyak yang tidak saya ketahui tentang negeri sendiri.




Rabu, 07 Mei 2014

Hari Terakhir yang Melegakan

Suhu udara sudah terasa panas sejak pagi sampai jam pelajaran terakhir. Namun kali ini suasana berisik seperti hari sebelumnya tidak ada lagi. Saya lega, kekecewaan hari kemarin sudah tertebus. Kami mengakhiri pertemuan dalam satu tahun dengan bercakap-cakap sambil mereka meneruskan pekerjaan mereka membuat prakarya sebagai tugas mata pelajaran sebelumnya dan saya menyelesaikan penilaian. Kami sepakat untuk ini sebagai perpisahan. Dengan ini kami saling bertatap muka tanpa beban dan penuh keramahan. Sampai akhirnya bel berbunyi dan kami mengucapkan salam perpisahan. Saya meminta maaf atas segala yang tidak menyenangkan mereka, dan kepada dua orang murid yang baru saya marahi karena sikapnya yang tidak sopan dan membuka handphone pada saat saya mengajar, saya katakan juga bahwa saya memarahinya karena saya ingin mereka baik.
Begitulah, tiga kelas hari ini sudah mengakhiri tahun pelajaran 2013-2014.
Saya masih merasa wajah-wajah mereka terpateri dalam benak saya. Mereka yang pandai, mereka yang sopan, mereka yang rajin, mereka yang malas dan mereka yang bandel adalah hiburan dan variasi pengalaman mengajar saya. Sungguh saya mengalami rasa berat pada setiap tahunnya melepas mereka ke jenjang berikutnya.
Saya rasa begitu juga sebagian dari mereka.




Sabtu, 03 Mei 2014

Membawa Harapan




Pagi yang penuh kenikmatan ketika burung-burung menyambutnya dengan derai suara yang penuh semangat, dan udara sejuk serta matahari yang bersinar hangat. Segala ini seolah memberi harapan bahwa pada hari ini segalanya akan lebih baik dari hari kemarin.

Kebaikan hari ini ada di tangan kita, juga di hati dan perasaan kita. Alangkah senangnya seandainya kita  bisa menjaga tangan , hati dan perasaan kita dari keinginan merusak kebaikannya.

Manusia memang bukan malaikat yang dijaga oleh Tuhan dari perbuatan buruk. Manusia pada umumnya diberi naluri kebaikan seperti malaikat dan diberi insting ( nafsu)) untuk untuk berbuat buruk. Antara baik dan buruk seperti siang dan malam. Ada keseimbangan. Tetapi menjadi manusia dengan kebaikan yang lebih banyak dari keburukannya rasanya sulit. Tidak membicarakan kekurangan orang lain setiap harinya, ini menjadi hal yang sangat sulit apalagi tidak mendengarkan pembicaraan kekurangan orang lain, mustahil ketika kita berada dalam satu komunitas yang sama.

Dan menjadi aneh kalau kita mengatakan jangan membicarakan orang, atau berhentilah sampai di sini.
Pernah pada suatu hari saya berkata kepada salah seorang teman guru Bimbingan dan Konseling untuk tidak pulang karena hari masih pagi. Salahnya saya juga menjelaskan kepadanya bahwa guru Bimbingan dan Konseling sering  dicemburui guru lain. Sebenarnya saya mengatakan ini karena saya melindungi mereka sebab sehari sebelumnya mereka dibahas habis-habisan oleh banyak guru. Pada saat itu saya sedang piket jaga, beberapa bapak guru yang tidak mengajar nimbrung dan disitulah pembicaraan itu saya dengarkan.
Namun apa yang terjadi, guru BK tsb tidak terima dan salah paham lalu mendesak saya untuk mengatakan siapa yang menyemburui mereka. Waduh, ya saya katakan banyak dan berkali-kali saya dengarkan. Dia tambah marah tidak karuan, semua urusan pribadinya di keluarkan, urusan banjarnya, cucunya, jarak rumahnya dll menjadi alasannya. Jadinya saya sangat tidak enak dan mengalah.


Hal seperti itu menjadikan keburukan kita bertambah, setidaknya bagi orang lain. Memang terasa terkadang kebaikan dan keburukan itu sulit untuk dipisahkan ketika kita masih berada dalam satu lingkaran yang saling berkaitan





.






Transisi


Saya musti menulis apa jika setiap akan menulis di sini terasa ada beban. Kecamuk yang setiap saat timbul tenggelam dan ingin saya muntahkan hilang seketika. Lalu saya hanya bisa termangu merenungi diri sendiri. Apa sebenarnya yang saya mau.
Apa benar keadaan ini adalah bagian dari transisi satu masa ke masa berikutnya dalam setiap hidup manusia? Saya merasa ada yang akan berubah, tetapi  saya tidak tahu pasti mengapa. Barangkali banyaknya pertimbangan baik dan buruk, pantas dan tidak pantas telah menghinggapi pikiran saya sehingga saya mesti membendung suara hati saya untuk  mengatakan segala yang berkecamuk dalam perasaan dan pikiran.




Terkadang saya merasa sangat kesepian, sangat kehilangan hidup saya. Namun saya harus membalikkan rasa itu menjadi, saya selalu senang dan telah menemukan apa yang hilang, dibandingkan mereka yang tidak penah merasa kehilangan dan tak pernah  merasa menemukan.