Jumat, 16 Mei 2014

Nasihat Kawan yang Mendamaikan Hati



Tidak sia-sia saya meredam kekacauan pikiran selama tiga hari ini karena satu kesalahan (mungkin). Hari ini ini saya sangat merasakan kegelisahan sudah mereda. Saya kembali baik-baik saja setelah tiga hari lalu berselisih dengan salah seorang wakasek. Perselisihan itu hanya saya bertanya dan menyarankan sesuatu. Sejawat itu nampak marah tidak karuan dan membuat saya bingung mengapa pertanyaan dan saran saya dipersoalkan.

Dan tadi pagi saya berdiskusi lagi tentang masalah itu dengan dua orang kawan, kawan saya bilang hati-hati berkonfrontasi di sini kalau mau selamat. Dan sambil berbisik ia mengatakan bahwa dua teman kita yang sakit selama berbulan-bulan itu karena apa? Menurut orang pintar karena balas dendam seseorang. Lalu saya berpikir sejenak, bukankah kawan itu sakit diabetes? Tetapi saya diam. Sedangkan teman yang lainnya memang sakitnya tidak jelas, menurut diagnosa dokter ia sehat, padahal faktanya ia tidak bisa apa-apa tergolek ditempat tidur, tidak bisa aktifitas apapun termasuk bicara, tidur, tersenyum maupun makan. Pandangan matanya kosong tak berkedip. Keadaan itu berlangsung cukup lama. Enam bulan berikutnya ia sehat kembali dan bekerja seperti biasa. Dan menurutnya ia sembuh setelah diobati seorang pintar dan penyakitnya dikeluarkan dari tubuhnya. wallahu Alam (sok agamis). Saya berpikir lagi...ya saya ingat terakhir kalinya sebelum mereka sakit mereka berbicara lantang berseberangan dengan orang yang sama di dalam rapat. Dan setelah itu mereka ambruk. Tetapi saya tidak percaya.

Kembali pada masalah saya. Cerita itu tidak menakutkan saya karena niat saya bertanya dan menyarankan adalah untuk kebaikan. Terlalu banyak distorsi yang terjadi dalam etos kerja kami seolah-olah semua kegiatan adalah uang sehingga mereka berebut dan berbagi-bagi tugas. Seseorang menjadi pahlawan untuk yang lain dan seseorang menjadi musuh untuk yang lain. Saya melihat semua ini memuakkan jadi saya mempertanyakan sesuatu dan menyarankan sesuatu kepada seorang teman yang membidangi suatu tugas. Tidak menyangka kalau hal itu menjadi masalah besar dan rumit sesampainya di Wakasek. Dan ia mengancam akan membawa ke rapat nanti.
Bersyukur kawan-kawan lain menasihati saya agar selanjutnya diam saja terhadap apapun yang terjadi di sini serta siap mental dalam rapat dua minggu lagi.
Saya menjadi tidak sabar menunggu rapat, Saya akan memaparkan hal yang dijadikan masalah itu dan berharap semua bisa mendengar dan mengoreksi apa yang salah dalam pertanyaan dan usulan saya.

Benar ternyata sharing bisa menetralkan kegelisahan saya. Diam-diam saya sangat berterima kasih dan memuji kawan saya ini. Yang mau mengatakan bahwa saya salah jika saya berpikir idealis pada saat ini dan  terus mengingatkan saya agar diam dan diam saja apapun yang terjadi. Saya akan mencoba.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar