Minggu, 17 Februari 2013

Kawan Bercerita


Saya punya seorang kawan, janda muda yang ditinggal mati suaminya lebih dari empat tahun yang lalu. Parasnya cantik dan lembut sebagai seorang ibu dari tiga anak. Obrolan kami seringkali sekitar masalah keluarga terutama tentang dirinya yang harus tinggal di rumah suami karena tradisi Bali yang mengharuskan isteri dan anak-anak berada dibawah naungan keluarga ayah jika terjadi perceraian, termasuk karena kematian. Karena itulah kawan saya tetap menjanda.

Banyak dukanya menjadi janda katanya. Tidak sedikit laki-laki menggoda dan mengganggu. Umumnya adalah laki-laki tua. Saya katakan padanya buat apa lelaki tua, sedangkan jika ia mau memilih yang muda pun pasti bisa. Saya katakan begitu mengingatkan kembali kisah pertemuannya dengan mendiang suaminya yang jauh lebih muda darinya. Dia tertipu oleh gaya suami yang mengatakan saat itu sebagai mahasiswa sedangkan dia masih SMA. Ternyata setelah menikah baru dia tahu dari ijasah suaminya bahwa lakinya tiga tahun lebih muda darinya.Bahkan tidak tamat SMA. Dia protes saat itu bahkan hampir pulang ke orang tuanya tetapi suaminya menegaskan apabila tidak berbohong kawan itu pasti tidak mau.

Kali ini ceritanya baru lagi, beberapa waktu lalu sudah hampir satu tahun lamanya dia punya pacar. Lelaki beristeri yang dulu pernah menjadi pacarnya. Mereka berpisah belasan tahun karena mantan itu pindah dan menikah di kota lain. CLBK ceritanya. Setiap saat mereka sms-an dan saling menelepon dari kabar-kabaran biasa sampai pada manja-manjaan dan pokoknya serulah katanya. Hingga pada suatu hari mereka berjanji untuk bertemu. Menanti pertemuan itu menurut kawan saya itu menjadi detik-detik yang mendebarkan. Tak terbayangkan olehnya bagaimana mereka akan melepas kerinduan.Ia terus menerus berkaca sambil bergaya dan tersenyum-senyum sendiri.
Dikuti terus perjalanan kekasihnya lewat telepon dari menit ke menit. Katanya ia tak sabar untuk bertemu mantan yang tampan dan gagah.

Seseorang mengetuk pintu, kawan saya bertanya pada tamunya mencari siapa. Tamu laki-laki itu tersenyum balik bertanya 'lupa ya?' Byurrrrr, betapa kaget teman saya mendengar suara lelaki itu.Dialah lelaki yang ditunggu-tunggu. Dia hampir pingsan melihat laki-laki tua genduttt, hitam, kepala botak dan tidak simpatik sama sekali.Katanya. Seketika sirna semua khayalannya. Dan setelah lelaki itu pulang ia ambil kartu ponselnya dan dikucek-kuceknya.

"Saya tidak berselera lagi" Katanya. Saya tertawa melihat ia geram oleh penyesalan telah bermesraan selama ini di telepon. Saya katakan bahwa dia jahat dengan bergurau. Yah begitulah..... cerita ini mengatakan begitu pentingnya tampang ketimbang perasaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar