Sabtu, 06 Agustus 2016

Mendaki Gunung Lawu

Empat hari setelah lebaran kami putuskan naik gunung saja. Ada dua pilihan yaitu G Panderman atau  G lawu.  Akhirnya kami pilih Lawu karena sejak semula kami sudah berencana ke G lawu, sedangkan pilihan Panderman dikarenakan ada dua peserta pemula yang ikut yaitu dua keponakan yang masih SMP.

Singkat cerita kami berangkat dari Bojonegoro jam sepuluh pagi dan sampai di Basecamp Cemoro Kandang jam lima sore. Sehabis makan malam kami langsung beli tiket masuk Taman Nasional Gunung Lawu. Enam orang perorang sepuluh ribu rupiah. Beberapa pendaki sudah berkumpul di aula yang sudah tersedia untuk pendaki yang akan start pagi. Tetapi kami diperbolehkan menginap di musola. Tengah malam bergabung lagi empat pendaki dari jogja. Udara sangat dingin jadi kami tidak bisa tidur nyenyak. Jam enam kami meninggalkan Cemoro Kandang. Mula-mula jalanan biasa saja dengan melewati hutan lindung sampai pertengahan pos satu dan setelahnya sekalipun belum terlalu mendaki jalanan mulai sulit dilalui karena kita mengikuti jalan aliran hujan yang berliku dan panjang di antara semak dan pepohonan perdu. Perjalanan menjadi lamban dan mudah capek.






Sempat kaget mengira ini penunggu G Lawu



  
Perjalanan dari post 1 ke pos dua 



Selalu ada yang minta foto bersama









Perjalanan menuju Pos 3

Tidak tahu berapa jarak waktu yang saya tempuh dari pos dua ke pos tiga, sangat lama dan melelahkan. Rasanya hari hamper sore tetapi tak juga sampai/ dan setiap kali berpapasan dengan mereka yang turun jawabnya selalu sama, masih jauh. dua jam lagi. saya mulai gelisah karena saya lupa bawa headlamp sedangkan saya tertinggal jauh dari tim. Sampai akhirnya saat bertemu dengan pendaki yang turun saya terpaksa mengutaran kesulitan saya dan meminta tolong untuk membeli salah satu senter mereka. Dua orang anak muda membuka tas mereka, yang seorang mengeluarkan senter kecil tetapi teman lainnya bergegas memberikan lampu tenda agar lebih terang. Saya ulurkan uang seratus ribu tetapi mereka bersikeras memberikan saja. ya tidak berdaya saya saling menolak. Jadi saya hanya bias berterima kasih dan mendoakan mereka mendapat ganti yang lebih banyak dari yang dia berikan. Yang jelas mereka tahu saya sangat senang. Kami berpisah dan saya melanjutkan perjalanan.
Treking pos dua ke pos tiga bervariasi tetapi lebih ekstrim dan rawan jatuh ke jurang bila tidak hati-hati/



jeda dari kesunyian dan kelelahan

jalan berpagar bunga putih ini enjadi hiburan

di sini saya merayap seperti kura-kura




Bunga Liar di Alam Liar, Cantik

Pos 3 tiba-tiba muncul dalam pemandangan dalam senja, Alhamdulillah...syukur saya sampai sebelum gelap. Ada tiga tenda sudah berdiri termasuk tenda kami, dan mereka sedang membuat kopi jadi saya langsung saja gabung.
 Tak terkata lega rasanya dan sudah membayangkan rebah di tenda. Namun ternyata tidak bisa. udara sangat dingin dan angina kencang membuat kami gelisah. Tetapi memang selalu begini saat berada di gunung. Kami sempat berbincang dengan mereka yang ada di sana. Biasa saling tukar pengalaman gunung-gunung mana yang pernah kami daki.


Tak peduli penampilan, cuapek

Segera berlindung dalam tenda, malam tiba


Malam merayap perlahan dan pasti dingin juga mengikuti, tetapi sebelum tengah malam area pos tiga sudah menjadi area full tenda. Terdengar percakapan di sekeliling menjadikan kesunyian itu sedikit hangat dan menenangkan. Kami berenam berdesakan dan itulah nikmatnya saling menghangatkan.


Selamat Pagi Pos Penggek



Kami bangun kesiangan semua, dingin yang berangsur reda menyenyakkan tidur menjelang pagi hari sehingga kami solat subuh kesiangan. Saya bertayamum dengan tisu basah saja karena sumber air yang hanya berupa rembesan kecil dari batuan tidak cukup untuk berwudlu. Untuk dikonsumsi saja tidak mencukupi pada saat pagi hari karena saat sepeti ini semua penghuni tenda memerlukannya  untuk memasak dan melap perabot.

Ketika keluar tenda cuaca sudah terang dan terlihat di samping pos yang merupakan bangunan berdinding dan beratap seng, papan bertiang bertulis 'Pos Penggek, 2819 mdpl'.
Ada rasa senang pada diri kami masing-masing karena tidak tersadari perjalanan ke puncak tinggal 400 meter di atas pos ini.




Selanjutnya kami mengabil beberapa foto sebelum masak dan sarapan.






Selamat Tinggal Pos Penggek

Mereka sedang bersiap melanjutkan perjalanan Ke Puncak




Tetapi kami harus turun karena dua pendaki pemula ini tidak sehat setelah kecapaian dan kedinginan. Semangat muncak masih membara sebenarnya mengingat sudah setinggi ini dan begitu sulitnya kami mendaki medan yang bagi saya cukup ekstrim dan menguras tenaga, apalagi kami pergi tanpa porter. Ya ......... sudahlah, tidak semua keinginan harus terpenuhi sekalipun upaya sudah dilakukan. Dengan perasaan senang juga kami turun setelah sarapan. Sementara ada satu keluarga lain juga memutuskan turun karena di sana juga ada 3 anak-anak



Ternyata perjalanan turun di sini hampir sama sulitnya dengan jalan mendaki karena terus menyusuri jalan air hujan yang licin.  Hanya di jalan yang landai saat menyisir pinggang-pinggang gunung kami bisa sedikit bersantai sambal mengambil foto'





Akhirnya senja kami sampai kembali ke basecamp


Saya langsung menuju warung makan yang ada di depan basecamp pesan nasi soto, sate kelinci, jeruk panas, sepiring tempe mendoan dan tahu goring sambal menunggu yang lain.

Sehabis solat maghrib kami meninggalkan Cemoro Kandang Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Kami berpisah di Ngawi dan berdua dengan keponakan kami pulang kembali ke Bojonegoro. Jam Satu dinihari kami sampai di rumah dengan tetap semangat dan penuh rasa bangga, terutama keponakan saya sebagai pendaki pemula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar