Kamis, 05 Maret 2015

Hidup dan Kepastian

Saya rasa ini adalah kopi yang paling enak selama ini, sedikit rasa pahit dan gurih menjadi tendangan manis petang ini. Ini kali, gerimis tipis dan angin bertiup lembut dalam dingin udara aroma dupa yang  menyebar wangi.
Apa yang bisa saya kerjakan sekarang, sudah terlalu banyak yang saya lewati hari ini untuk kerja, belum selesai, belum apa-apa. Tetapi saya cukupkan dulu sampai mood kembali membutuhkannya untuk bekerja lagi.
Saya senang bekerja, tetapi saya tidak bisa tersiksa oleh pekerjaan. Karena itu   saya meminta jatah waktu untuk menikmati pengembaraan pikiran saya.

Sobat, angin bertiup dingin dan gerimis mulai melebat. Cangkir saya kosong, saya kecele menyeruput udara hampa dari dalamnya.
Hampa.
Sepertinya begitu juga terkadang yang kita ingini. Tak ubahnya dengan minum kopi. Mengira kita masih ada satu regukan lagi padahal kita sudah menghabiskannya.

Walau begitu, mengira masih memiliki rasa yang baik, sebenarnya lebih baik daripada merasa sudah tidak memiliki sama sekali.

Sobat, seandainya mesin waktu bisa mengembalikan masa lalu, kan kita susun rencana hidup ke depan yang lebih baik. Menyempurnakan cita-cita  indah masa anak-kanak yang mengatakan " Aku mau jadi orang besar....pilot, dokter, profesor".

Ternyata hidup tidak cukup hanya untuk menjadi 'orang'. Hidup itu memerlukan penyempurnaan menjadi orang. Memerlukan kekuatan dan keberanian menghadapi segala kemungkinan  siapa pun kita. Mereka yang sukses sekalipun tidak tahu kepastian hidupnya di depan.

Ketahanan untuk menghadapi segala yang terjadi dan yang akan terjadi menjadi kepastian yang kita miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar