Senin, 18 Maret 2013

Selalu tak Berdaya


Begitu mudahnya manusia ingkar terhadap dirinya sendiri, yang berjanji untuk belajar merefleksi diri.  Hanya cermin yang bisa mengatakan dengan jujur. Namun hati nurani tidak mudah menyerah pada kejujuran refleksi sebuah cermin.

Selalu tak  berdaya, dan suara malam itu ....seperti jeritan welas asih sehingga tidak ada pilihan selain menyerah. Hanya kepadanya saya tidak berdaya.Saya lupa d engan cermin diri, saya kirim permintaannya. Hanya karena saya peduli.


Dan selanjutnya masih saja saya tidak percaya apa yang terjadi kemarin. Saya menangis seperti anak kecil yang tertinggal ibunya di jalanan sampai kepala pusing dan terhuyung-huyung. Saya sedih harga diri saya tersakiti kedua kalinya. Saya menyesal melupakan hal yang sama dua tahun lalu, waktu itu 5 Februari 2011.
Saya tidak bisa menerima perlakuan ini  dan saya  bicara terus mengeluarkan kekesalan saya agar berkurang, sehingga...
Akhirnya saya lega dan semangat saya bangkit ketika saya dipedulikan. Yap, kebutuhan batin seseorang adalah pengakuan. Kepedulian adalah wujud pengakuan atas hak seseorang, yang tidak bisa diterjemahkan sebagai pemaksaan. Hak asasi setiap orang perlu dihargai dan tidak ada seorangpun yang akan membiarkan harga dirinya diabaikan.
Tidak ada paksaan pada kesepakatan. Dan pengingkaran atas kesepakatan adalah perendahan harga diri.


Dan jika selanjutnya saya senang itu juga  bukan berarti saya tidak bisa membaca. Apapun, sedikit atau banyak, asli  atau pura-pura, menjadi tidak begitu penting. Karena ada yang sangat penting yaitu saya mendapat pengakuan hak atas janji yang sudah dibuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar