Kamis, 18 Oktober 2012

Saya Meniru Siapakah?

Saya menulis status di facebook dengan kalimat yang meluncur begitu saja. Belum satu menit ada yang bertanya ucapan saya meniru siapa? Saya kesal. Meniru siapa? Meniru siapa?

Saya tidak tahu jawabannya karena saya tidak tahu siapa yang punya kesamaan dengan ucapan saya. Tadi pagi, saya mendengar suara burung tekukur di kejauhan. Suara itu dulu sering saya dengar di desa kelahiran ayah saat saya masih kanak-kanak. Ketika itu musim kering, tanah merekah dan rumpun bambu kecoklatan. Ada pilu dalam suara perkutut di sana kala itu.

Lalu saya menulis "Perasaan tidak punya batas untuk melintasi bukit kecintaan, menuruni jurang kebencian serta melewati lembah kerinduan"


Jadi saya tidak tahu saya meniru siapa.



Rumpun Bambu di Desa Asal Ayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar