Jumat, 19 Oktober 2012

Flamboyan Tua di Luar pagar

Senja muram jatuh. Di dalam kelas suasana sedikit hening karena murid mengerjakan tugas. Badan terasa letih di akhir jam belajar. Tujuh jam nonstop saya mengajar karenanya saya harus beristirahat walau di kelas. Untuk itulah saya memberi tiga buah soal yang cukup untuk dua jam pelajaran ke depan.

Saya duduk sambil memeriksa pekerjaan murid. Sesekali satu dua anak maju mendekati saya untuk minta penjelasan dan ada pula yang menanyakan apakah pekerjaannya sudah betul.

Sekeliling mulai sunyi karena beberapa kelas sudah kosong. Di luar pagar tampak pohon flamboyan tua masih gagah dan bertambah kekar seperti petarung yang memperlihatkan otot-ototnya.
Flamboyan tua ini usianya hampir sama dengan usia sekolah kami. Tiga puluh dua tahun. Tiga puluh dua tahun telah berlalu berarti tigapuluh dua generasi sudah berganti.

Setiap kali saya mengajar di deretan kelas ini selalu melihatnya karena pintu dan jendela kelas menghadap ke sana.
Ketika saya mengajar pagi sering terdengar suara riuh burung yang berlompatan di sana.
Bergembira di antara dahan-dahan besar dan menyelinap di rimbun dedaunan.

Flamboyan tua menjadi saksi bisu semua yang terjadi di dalam kelas. Pada suatu hari nanti dia akan kehilangan pecinta beratnya. Karena harus beristirahat untuk masa pensiunnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar