Selasa, 28 Agustus 2012

Jika Tuhan Mengijinkan

Pagi dimulai oleh hening yang terus memagut. Diam reranting tak bergerak. Pohon kaku lurus dan udara hampa tak bertenaga. Membiarkan segala tak berbicara.

Banyak yang ingin saya ceritakan sebagai oleh-oleh dari perjalanan mudik lebaran tahun ini tetapi siapa pendengarnya. Ruang kerja saya  juga sepi ditinggal  penghuninya merayakan Galungan dan Kuningan. Teman juga tak ada. Beberapa ucapan yang saya kirim kemarin, kepada mereka yang terlebih dahulu memberi ucapan selamat Idul Fitri terus memberi balasan.

Semalam adik menelepon dari jakarta dan kami berjanji akan bertemu di Mataram empat hari lagi.Selanjutnya saya minta diantar ke Sumbawa Besar untuk menemui sahabat semasa kuliah yang kabarnya menjadi nyonya wakil bupati di Sumbawa Besar. Tetapi saya menemuinya bukan untuk  nyonya wakil bupati.
Saya ingin bertemu sahabat baik, teman sekamar lebih dari tigapuluh tahun lalu yang tak pernah bertemu semenjak lulus kuliah.
Enam bulan lalu seorang kawan yang tinggal di Surabaya memberi kabar bahwa ia telah bertemu sahabat ini di Sumbawa saat kunjungan kerja di sana tahun 2009. Sayang ia tidak meminta nomor telepon. Saya melacaknya di website Gaung NTB dan benar ada nama sahabat saya yang dilengkapi nama suaminya , Wakil Bupati Sumbawa Besar.
Kalau rencana ini nanti terlaksana, tentu akan banyak kejutan yang saya dapatkan. Saya akan bertemu lebih banyak kawan yang berasal dari Sumbawa, Minatolla, IKIP Biologi, Nurmawati saat itu SKKA, Abdul Muis, Unibraw Hukum, Akhmad Majid, Unibraw Hukum dan Masdalifah sendiri Unibraw FKK. Karena mereka masih memiliki hubungan keluarga dan kerabat.
Semoga Tuhan memberi kemudahan saya untuk silaturahim kali ini. Saya yakin kami akan sangat senang dengan pertemuan itu nanti Insyaallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar