Rabu, 14 Juli 2010

Mengenali desa Mone









Kabut tebal dan hujan mulai turun di puncak Kelimutu. Beberapa pengunjung yang baru tiba tidak dapat melihat pemandangan Gunung Kelimutu.Mereka wisatawan asing W.domestik. saya masih sempat beristirahat lagi di puncak. Tempat ini ditandai dengan sebuah tugu bertangga. Saya sempat berfoto dan menikmati pemandangan berkabut dan suara angin menderu. Dari sini beberapa menit saya masih bisa melihat danau ketiga yang berwarna hitam pekat di sebelah kiri saya berdiri di tangga teratas tugu.

Kami beristarahat lagi sambil minum teh panas yang kedua.Kembali lagi melihat danau pertama yang sudah tertutup kabut samasekali. Beberapa anak muda, mereka mahasiswa Ende yang lagi senang-senang. Kami bergabung dan bercanda juga hingga akhirnya hujan benar-benar turun.Kami berpisah, saya berlari ke gazebo yang ada. Di sana sudah ada dua wisatawan dari Belanda.Dua perempuan muda yang cantik dan tampaknya tepelajar. Kami ngobrol sedikit-sedikit.Seorang meneruskan membacanya sambil makan cemilan dan seorang lagi menulis. Sayang mereka kehilangan kesempatan melhat Danau Kelimutu.

Hujan sedikit reda, kami kembali ke Mone karna jam dua belas nanti kami harus kembali ke Ende.Di Mone saya sempatkan jalan-jalan di Jalan Ende Maumere yang melintasi desa ini. Beberapa orang saya lihat menggunakan sarung tenun khas Mone yang menutupi seluruh tubuh hingga leher. Sarung tenun tradisional Seperti selendang yang saya beli dari pemandu kami, Antonius.Para perempuan baya menyanggul rambutnya di bagian atas kepala berbentuk siput.


Kehidupan di sini sepintas tenang. tidak ada kesibukan yang terlihat. Pasar juga sepi karena di sini pasar hanya ada du kali seminggu. Kami sarapan di pasar, nasi bungkus dan beberapa kue nagasari yang murah harganya.

Masyarakat di sini umumnya bertani dan berkebun, tidak banyak area persawahan di sini. Ada juga yang beternak babi. Di pasar yang juga terminal hanya ada satu bis kecil yang penuh dengan muatan hasil kebun di atasnya sedang menunggu penumpang.Kami ngobrol dengan sopir. Tarip Mone ke Ende dua puluh ribu rupiah. Sedang dengan travel kami membayar limapuluhribu seorang.
Jam dua belas kami kembali ke bungalow. Sopir sudah menunggu kami kembali ke Ende.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar