Rabu, 04 Februari 2015

Bukan karena Luka

Kentang bakar dan secangkir nescafe mengisi sore ini, ada seekor kupu-kupu coklat terbang mengitari teras. Saya tidak keberatan seandainya harus berbagi. Seperti kita sudah berbagi tentang kenikmatan yang ada pada sore ini. Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Ada detik-detik yang mendebarkan di setiap matahari akan tenggelam. Kala langit berwarna jingga dan waktu yang memburu, segala tergesa-gesa. Itulah kenangan  yang selalu melintas apabila senja berada dalam kesendirian saya.

Memang, hal biasa menjadi luar biasa ketika telah menjadi kenangan. Andai saya muda kembali akan saya kejar semua kenangan yang pergi dan saya tidak mau kehilangan lagi.
Ahaha,
Sudahlah, segala takdir sudah dirasai. Manis, pahit dan tawar bahkan rasa rame'rame juga sudah tercicipi. Bersyukurlah, rasa yang sangat manis yang mengakhiri taste saya. Jadi tidak ada alasan bagi saya untuk merasa kurang dalam menikmati hidup ini.

Sungguh, saya bersaksi bahwa saya sangat bersyukur memiliki takdir saya. Tuhan sudah mengobati luka-luka saya dengan cara yang manis.
Mewujudkan jawaban atas pertanyaa tentang apa itu cinta sejati.
Jika suatu saat saya menangis, tangisan itu bukan karena luka  tetapi karena cinta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar